Takdir si Kue Jahe

9 1 3
                                    

Jumlah kata : 1.531

Crush

Oh, hallo kalian. Maaf aku tidak menyadari kehadiran kalian karena aku sedang makan.

Apa kalian mau? Ini kue jahe. Sangat enak jika kalian memakannya bersama segelas susu.

Kebetulan, kisah yang ingin kusampaikan kepada kalian adalah kisah si kue jahe. Apakah kau mau mendengarnya?

-----------------------------------------------------------

Pada suatu zaman, di suatu rumah tua, terdapat seorang nenek tua yang sedang memangang sesuatu.

“Tampaknya telah selesai,” katanya sambil membuka oven tua. “Oya?!”
Sesuatu merangkak keluar dari dalam oven tersebut yang membuat nenek tersebut terkejut. Seorang bocah laki-laki.

“Oya oya,” katanya sambil membantu anak itu keluar dari oven. “Padahal aku berniat memanggang kue jahe. Dan yang kudapatkan adalah anak lelaki yang manis. Kemari nak, kita cari baju untuk kau kenakan.”

Anak lelaki itu tidak berbicara. Dengan patuh dia mengikuti nenek tersebut.

“Nah, ini adalah pakaian lama cucuku. Sangat pas untukmu. Apa kau suka?”

Anak itu mengangguk.

“Oya, kau tidak bisa berbicara? Padahal dari penampilan sepertinya kau sudah berumur sepuluh tahun. Tapi kau mengerti apa yang kukatakan, bukan?”

Lagi, dia mengangguk.

“Baiklah. Tunggu sebentar.”

Nenek tua itu kembali ke dapur. Tak berapa lama dia kembali dengan segelas susu hangat.

“Ini minumlah,” katanya sambil menyodorkan gelas susu tersebut.
Seteguk, dua teguk dan akhirnya susu itu habis diminum anak lelaki tanpa nama itu.

“bagaimana, enak tidak?”

“Ini enak, eh?!” Anak itu terkejut dengan suara yang keluar dari mulutnya.

“Syukurlah suaramu sudah keluar, juga sangat enak untuk di dengar.” Nenek tua itu tersenyum.

“Ta-tapi bagaimana bisa?”

“Itu tidak penting. Yang penting adalah nama untukmu.”

“Nama?”

“Ya, seseorang tanpa nama akan sangat mencurigakan. Apa kau mau kuberi nama?”

“Mau!”

Nenek itu menghelus rambut anak itu dengan lembut. “Baiklah. sebenarnya sudah aku pikirkan tadi, bagaimana dengan Ginger?”

“Ginger?”

“Ya, warna rambutmu sama seperti warna jahe. Jadi aku pikir Ginger cocok. Apa kau tidak suka?”

“Aku sangat suka!”

“Baguslah. Sekarang kau adalah Ginger, cucu manisku. Dan kau bisa memanggilku nenek Miranda.”

Die Verhaal from Stella Where stories live. Discover now