Season

7 1 0
                                    

Jumlah kata : 1.512

Hallo lagi semuanya. Apakah kau siap mendengarkan kisah kali ini?

Aku akan bercerita tentang bunga kecil, dewa musim, dan kisah para dewa lain. Sebuah dongeng.

Selamat menikmati.

-----------------------------------------------------------

Pada zaman dahulu kala, saat manusia masih hidup berpindah-pindah. Para dewa telah tinggal dan menetap di dunia sebelum manusia.

Mereka memiliki karakteristik dan sifat yang berbeda-beda. Tapi mereka saling menghargai kedudukan dan  peran masing-masing.

Di sebuah bukit di hamparan padang rumput yang sejuk, hiduplah sebuah tunas bunga mungil. Dia tunas yang belum memiliki kelopak dan mahkota. Dia  tumbuh agak terlambat dibanding dengan bunga yang lain.

Merasa kasihan, Dewi bunga memberinya sebuah berkat. Bunga mungil itu pun tumbuh.

Tapi bukan seperti bunga lainnya, dia tumbuh dan memiliki hati. Layaknya dewa dan manusia. Dia telah tumbuh menjadi bunga spesial.

Entah karena Dewi bunga sengaja atau tidak, mahkota dari bunga itu tidak berwarna. Dia hanya memiliki warna hijau seperti tunasnya dulu.

Sang Dewi tidak bisa lagi memberinya berkat,karena itu akan melanggar aturan. Jadi dia hanya bisa berdoa untuk bunga yang sudah dianggap anaknya sendiri.

Bunga tanpa nama itu tidak berkecil hati. Dia bersyukur dan berterima kasih kepada Dewi bunga. Dia senang telah hidup dan dapat memiliki hati.

Karena kerendahan hatinya, Dewa takdir memberinya sebuah takdir yang mempertemukannya dengan dewa lain.

Salah satu dewa tersebut adalah Dewa musim semi.

Dewa musim semi selalu berkeliling dunia mengantarkan hangatnya musim semi. Bersama dengan kupu-kupu kuning sahabatnya yang selalu berada di sisinya.

Saat melewati padang rumput sejuk, kupu-kupu kuning itu tanpa sengaja terbawa angin dari Dewi angin kearah bunga tanpa nama. Dewa musim semi mengikutinya, berniat
menyelamatkan sahabatnya. Dan di sanalah dia bertemu dengan bunga tanpa nama.

“Eh?” kata sang dewa kala melihat bunga itu. “Kau bunga?”

Bunga itu hanya mengangguk kaku. Dengan tangannya dia menutup wajah merahnya. Dia malu, ini pertama kalinya dia berinteraksi dengan seseorang. Sedangkan kupu-kupu kuning hinggap di kepalanya.

“Tapi kelopakmu tidak berwarna dan terlihat layu.”

Wajah bunga kecil itu menjadi sendu.

“Ah …” Dewa musim semi tersadar akan kata-katanya yang telah membuat bunga itu bersedih.

Lalu terlintas ide dipikirannya. Dia segera berbisik kepada sahabatnya, kupu-kupu kuning.

Tak berapa lama kemudian segerombolan kupu-kupu  datang menjatuhkan tetesan air ke atas kepala bunga kecil. Menyirami kelopak bunga yang layu.

Tak lama kelopak yang layu itu kembali segar. Membuat bunga itu tertawa bahagia.

“Te-terima kasih.” Dewa musim semi hanya tersenyum menanggapinya.

“Aku tidak pernah melihat bunga sepertimu. Siapa namamu?”

Bunga itu menggeleng. Mengisyaratkan jika dia tidak punya nama.

Dewa musim semi berpikir sebentar. Akan sulit berbica jika tidak tahu namanya.

“Hei, maukah kau kuberi nama?”

Die Verhaal from Stella Where stories live. Discover now