Sang Gadis Angin

Zacznij od początku
                                    

“An!” teriak teman-temanku di bawah sana. Wajah mereka khawatir sekali.

Berbeda denganku yang sudah pucat. Ah semoga aku tidak mendarat di tempat yang berbahaya, lagi.

Angin kencang membawaku ke halaman belakang sekolah. Banyak pohon apel tumbuh di sana. Anak-anak suka mengambilnya jika sudah masuk musim panen. Dan tampaknya aku akan  mendarat di salah satu pohon.

“Waaa!” teriakku kala aku tersangkut di sebuah batang pohon. Aku tergantung.

Bagaimana caranya aku turun dari atas sini?

“Adakah seseorang di sana?” sebuah suara lembut terdengar olehku.

Suara itu berasal dari seorang gadis berpayung biru. Dengan takut-takut dia mendekatiku.

“Hei tolong bantu aku untuk turun dari sini.”

“Tapi bagaimana?”

Pertanyaan bagus.

Aku berpikir sebentar di tengah hujan yang mulai mereda. Lalu terlihat olehku tangga kayu yang biasanya digunakan kepala sekolah untuk memetik apel.

“Hei kau, bawakan tangga itu.”

Dia masih tidak bergerak. Wajahnya berubah datar. “Mana kata ‘tolongnya’?”

Ah, merepotkan sekali gadis ini. “Hah … tolong, kumohon.”

Dengan senyum lebar dia mengambil tangga kayu itu dan membawanya kepadaku.

“Hati-hati turunnya, nanti jatuh.”

“Iya bawel-”

Perkataanya menjadi kenyataan. Aku terjatuh dan menimpa gadis itu karena terpeleset.

Dan lebih sialnya, posisiku menimpanya yang membuat wajah kami terlalu dekat.

“Kyaa!”

Sebuah tampara telak mendarat di pipiku. Setelah berteriak, gadis itu berlari meninggalkan aku dan payung birunya.

Pertemuan yang tidak elit sekali. Ah, aku lupa bilang terima kasih. Siapa namanya ya?

Pagi itu hujan telah reda seutuhnya, tapi langit masih mendung. Aku datang terlambat karena insiden pagi ini. Saat ditanya aku kenapa, aku hanya menjawab jika aku terbang.

“Bro, lain kali ajak aku terbang ya.” Laguna melucu saat guru belum datang.

“Ya, kuajak terbang tinggi lalu kujatuhkan ke tanah.”

“Njir, sakit. Kek cewek aja kau,” katanya sambil tertawa.

Kadang aku bingung dengan temanku ini, suka sekali buat candaan garing.

“Baiklah anak-anak. Tolong tenang, kita kedatangan anggota kelas baru. Dia akan bersama kita untuk sementara.” Bu guru masuk bersama seorang murid baru.

Dan tebak siapa dia. Yap, dia gadis tadi pagi.

“Oh bukankah itu anak yang menyangkut di pohon tadi pagi?” katanya dengan enteng.

Die Verhaal from Stella Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz