Happy Ending for the Evil Witch

Comenzar desde el principio
                                    

Seperti dugaanku, mereka menuju planet ini, planet Asteria. Mereka pasti berpikir untuk merebutnya kembali. Mereka anak-anak yang gigih dan berani.

"Nemia!" panggilku pada asisten Icybella. Orang kedua kepercayaanku. Tak lama gadis berambut silver itu datang.

"Ada apa yang mulia Totohen?"

"Sudah kubilang untuk memanggilku nyonya saja. Lalu kali ini aku ingin kau segera mengumpulkan pasukan yang kuat. Kita akan menyambut anak-anakku dengan meriah."

"Baiklah yang mul- maksudku nyonya. saya permisi." Gadis muda itu membungkuk lalu pergi. Dia anakku yang anggun dan patuh.

Seperti yang kupikirkan, mereka datang ke planet ini. Mereka mendarat di tempat yang jauh dari istana. Begitulah yang kulihat di monitor.

"Baiklah semunya. Mari kita sambut mereka dengan kekuatan kita."

Lamda, Dice, dan Gen, anak-anakku yang manis, datanglah pada mama.

******

Sebuah kapal terbang merah muda mendarat di sebuah padang rumput. Kapal itu jatuh tidak terkendali.

Pintu kapal itu terbuka dengan banyak asap yang keluar dari dalamnya. Selain asap, tiga pria juga keluar dari dalam kapal tersebut.

"Mou ... pendaratan yang buruk."

"Jangan berkata begitu Lamda, kau yang mengemudikannya."

"Hei jangan salahkan aku, Dice yang mengacau dengan menyentuh tombol sembarangan."

"Ma-maaf deh...."

Mereka berdebat sebelum akhirnya terlentang di padang rumput tersebut. Mereka sangat kelelahan.

"Oh ya ampun. Sebentar lagi fajar, dan aku begitu mengantuk," ujar Gen.

"Ya tentu saja, kita kan melarikan diri dari planet itu jam tiga pagi. Lihat, bahkan Dice sudah tertidur duluan." Lamda mencolek Dice yang terlelap di sebelahnya. Namun tidak direspon.

"Seperti gelandangan saja."

"Hi hi hi, sudah lah." Tidak berhasil mencolek Dice, Lamda menendang Dice agar bangun. "Dice ... bangunlah sebelum kugantung terbalik di pohon."

Entah karena takut atau karena tendangan Lamda, pemuda itu terbangun. "A-aku bangun!"

"Bagus, sekarang kita persiapkan perlawanan kita!"

"Baiklah, Lamda, apa kau punya informasi tentang lawan kita?" tanya Gen serius. Air mukanya sangat berbeda dengan sebelumnya.

"Oke." Lamda mengeluarka mikrofon dari sakunya. "Ini adalah mikrofon yang bisa membuat kata-kata yang menganggu saraf otak juga bisa membuat semua kata yang kita ucapkan terwujud. Misalnya." Lamda menghadap Dice sambil mengangkat mikrofonya. "Push him!"

Dice terguling karena dorongan hingga beberapa meter, seperi yang dikatakan Lamda.

"Hei!" teriaknya dari kejauhan. Dia berlari kembali kepada mereka.

"Hi hi hi. Maaf Dice. Habisnya kau tidak bangun-bangun."

"Ini mikrofon yang sama seperti perempuan berdada besar itu gunakan, kan?"

Die Verhaal from Stella Donde viven las historias. Descúbrelo ahora