The Imitation Fake

Start from the beginning
                                    

"Apakah kau ingin aku menghapus dilema hidup yang membosankan ini?"

Sebuah suara kaku seperti robot mengagetkanku.

Padahal dalam kamar ini hanya ada aku sendirian. Ah sial, ngak mungkin hantu kan?

"Apa kau ingin dirimu yang lain melakukan pekerjaan yang menyebalkan?"

Suara itu kian jelas. Akhirnya aku menemukan asal suaranya, dari ponselku.

Dengan gemetaran aku mengangat ponsel. Di layarnya terlihat serang gadis yang sangat mirip dengan diriku. Dia mentapku dengan senyuman mencurigakan.

"A-apa ini?"

"Aku adalah IF atau Imitation Fake. Aku akan mengabulkan permintaanmu. Apa kau tertarik?"

Seketika senyuman cerah terbit di wajahku. Kebahagiaan memenuhi rongga dadakku. Dan ini tidak bisa dihentikan.

"Tentu saja aku mau! Ini perubahan situasi!"

"Baiklah. Program Loading ...." Gadis itu menutup matanya sebentar. "Update success! Sekarang kau bisa membuat imitasi dirimu. Caranya tinggal masukkan jumlah yang ingin diimitasi dan waktu yang akan menentukan berapa lama imitasinya harus bekerja, di aplikasi ini."

Layarnya berganti menjadi home screen yang menunjukkan sebuah aplikasi bernama IF.

"Baiklah. akan kugunakan besok. Aku tidak sabar melihatnya!" Dengan senang kumatikan ponselku dan bergegas tidur. "He he he. Tuhan, aku minta maaf karena berbuat curang."

Seperti yang kukatakan malam kemarin, kali ini aku mencoba aplikasi itu. Kebetulan di sekolah tugasku sudah menumpuk.

Tidak, aku bukan melalaikannya, hanya saja panitia lain suka melempar tugas kepadaku. Mentang-mentang aku yang terlihat lebih santai. Padahal kenyataanya tidak.

"Oke, sekarang kita gunakan kempuan yang aku inginkan itu."

Aku memasukkan jumlah dan waktu dari imitasi diriku. Ternyata tidak sulit. Lalu kutekan tombol enter.

"Loading data ...." Kata suara seperti robot di ponselku.

Dalam sekejap cahaya menyilaukan menyinari ruangan itu. Saat aku membuka mata, beberapa diriku yang lain muncul dihadapanku.

"Wow! Ini berhasil. Baiklah sekarang ayo lakukan tugas kalian."

"Siap." Mereka menghormat secara bersamaan. Keren sekali.

Mereka bergerak otomatis saat aku perintahkan. Tidak ada kecacatan sedikit pun dalam pekerjaan mereka. Dalam waktu singkat, tugas yang menumpuk telah selesai. Bukankah ini sangat sangat hebat?

"Wah selesai! Padahal biasanya aku membutuhkan waktu seharian. Tapi kini hanya dua jam dan selesai. Bisa-bisa aku bersantai dan berlibur saja."

Tanpa sengaja, aku melihat angka romawi dan barcode di punggung tangan salah satu imitasi. Di paha imitasi yang lain pun ada angka dan barcode, tapi dengan angka yang berbeda. Apa itu kode mereka?

Entahlah. Siapa yang peduli?

Mereka menghilang saat waktunya habis. Dan tepat saat itu guru dan beberapa panitia lain datang. Mereka sangat terkejut dengan hasil kerjaku. Mereka memujiku, walau bukan aku yang mengerjakan.

Die Verhaal from Stella Where stories live. Discover now