Sisi Lain

281 31 6
                                    

Bonus Chapter; Cara Kirino

Ara

Pertama kali berkenalan dengan Kirino, laki-laki itu yang menginisiasinya. Melalui pesan singkat yang ia kirim malam-malam setelah aku selesai merangkum catatan Ekonomi yang dibagikan oleh Bu Sita siang tadi.

Kira-kira pukul sebelas malam, ketika aku selesai memasukkan buku-buku ke dalam ransel dan bersiap untuk naik keatas kasur. Layar ponselku menyala dengan tiba-tiba. Tertera dengan jelas nama yang belum pernah aku jumpai sebelumnya.

Kirino Isha K?

Kirino Isha k
Ini bener Ara kelas 10b?

Aku terdiam untuk beberapa saat. Berusaha menggali ingatan barangkali aku sempat berkenalan dengannya secara sekelibat atau entah bagaimana hingga laki-laki ini mengetahui kontak personalku dan mengirimkan pesan singkat semalam ini.

Serafina Ara
Iya, ini siapa ya?

Kirino Isha K
Hehehe
Gue Kirino, kakel lo kelas 11 IPA 1

Kirino. Seorang kakak kelas dari kelas 11 IPA 1. Tapi ingatanku tentang laki-laki bernama Kirino itu tidak kunjung muncul juga. Kirino.... Kirino.... Dapat! Salah satu murid kesayangan Yui Sensei yang pernahㅡatau mungkin kerapㅡmengantarkan tas guru bahasa Jepangku itu ke kelas. Hanya sebatas itu pengetahuan yang dapat aku temukan mengenai Kirino.

Serafina Ara
Ohhh Kak Kirino
Kenapa, kak?

Kirino Isha K
Waktu itu gue liat puisi lo di mading bagus
Gue... boleh minta tolong ajarin?
Buat bikin haiku

Serafina Ara
Oh....
Boleh-boleh
Kak Kirino mau belajar gimana?

Pada akhirnya, siang itu di jam istirahat kedua aku mendudukkan diri di perpustakaan yang cukup ramai oleh siswa-siswi di sekolahku. Ada yang menumpang mencetak tugas, ada yang membaca novel romansa, ada pula yang sekadar duduk-duduk tanpa alasan disana.

Tidak lama sosok laki-laki menyembul dari balik pintu, seperti sedang mencari-cari seseorang disana. Itu Kirinoㅡyang kuasumsikan dari foto profilnya bersama dengan seekor kucing. Aku mengangkat tangan kananku, memberikan isyarat untuk laki-laki itu.

"Lama ya, Ra?"

"Enggak kok, Kak. Kak Kirino udah makan?"

"Udah barusan. Eh oh iya, kita belum kenalan beneran ya. Gue Kirino, 11 IPA 1."

"Gue Ara, 10B."

Kirino menggaruk tengkuknyaㅡyang aku yakin sedang tidak gatal itu. Lantas laki-laki itu mengeluarkan sebuah buku bersampul cokelat, bersamaan dengan sebuah bolpoint hitam dari sakunya.

"Lo udah makan, Ra?"

"Udah tadi sebelum kesini."

"Jadi... Kayak yang gue bilang kemarin. Lo kan anak mading tuh, terus tulisan lo bagus-bagus. Nah kebetulan, gue ada tugas buat bikin haiku lo mau ngajarin gue?"

Aku mengernyit, sebuah senyum tipis melengkung di bibirku. Haiku adalah puisi pendek khas Jepang. Ditulis dalam tiga larik yang masing-masing berisi 5, 7, dan 5 suku kata. Totalnya ada sekitar 17 suku kata.

Kirino menggerak-gerakkan kedua kakinya dengan sedikit gelisah. Aku tahu, pasti laki-laki itu memiliki alasan lain. Dari sekian banyak anak mading yang ada, kenapa ia justru memilihku untuk mengajarinya membuat haiku, sedangkan ada anak satu kelasnya sendiri yang juga tergabung dalam ekstrakulikuler mading?

ElixirWhere stories live. Discover now