12. Strange feeling

188 53 19
                                    

Perempuan itu memasuki lift apartemennya dengan sedikit terburu-buru. Ia tidak perlu menekan tombol lagi, karena ternyata lantai tujuannya itu sudah di pencet orang lain.

Ia melihat jam tangannya beberapa kali dengan gelisah —takut terlambat datang ke restaurant yang sudah di janjikan dengan Choi Hyunsuk. Ya, hari ini ia akan menepati janjinya waktu taruhan bermain game dengan Hyunsuk. Surprisingly, Sera kalah.


Deg


Sera menengokkan kepalanya ke segala sisi dengan cepat dan waspada. Tatapan apa yang barusan ia rasakan?

Datangnya dari belakang. Tapi setelah ia lihat orang-orang di belakangnya, sama sekali tidak ada yang terlihat mencurigakan. Hanya ada seorang ibu hamil, laki-laki umur 40an dengan setelan jasnya, dan seorang laki-laki dengan pakaian mahal yang wajahnya di tutupi masker. Mereka semua tidak terlihat seperti orang yang akan melakukan hal-hal yang buang-buang waktu seperti menguntit. Lagi pula, apa mungkin stalker itu bisa masuk ke sini? Ia tahu sendiri tagihan biaya pemeliharaan apartemen ini tidak bisa dibilang murah, dan Sera harus membayar semuanya. Mana mungkin mereka akan membiarkan orang mencurigakan berkeliaran di sini, 'kan?

Ia jadi teringat, hari ini, siang tadi ia ketiduran terlalu lama—makannya sekarang ia jadi telat. Semuanya karena semalaman ia tidak bisa tidur. Apalagi kalau bukan karena insiden stalker kemarin malam? Selain tidak bisa tidur, sepertinya hari ini ia hanya akan makan jajjangmyeon yang di beli dari Bibi kemarin. Dari yang awalnya lima, sekarang masih sisa 4 porsi lagi. Entah bagaimana Sera harus menghabiskannya.

Sera menggelengkan kepalanya membuang semua prasangka tadi. Mungkin itu hanya perasaan yang tumbuh akibat khawatir berlebih.

Ia keluar dari lobi, berjalan cepat menuju trotoar depan apartemennya untuk menunggu taksi. Matanya menyipit saat melihat langit sore Seoul, padahal sudah sore tapi masih saja sepanas ini —namannya juga musim panas. Tidak lama, sebuah taksi melaju. Ia mengulurkan tangannya untuk memberhentikan taksi tadi.

Saat membuka pintu taksi ia sempat merasakan tatapan aneh yang sama seperti di lift. Ia menengok ke belakang, tapi entahlah, terlalu banyak orang. Ia pun memilih mengabaikan dan buru-buru masuk ke dalam taksi.

"Pak, ke your pasta ya." Sera menyebutkan tempat tujuannya seraya memasang seatbelt.

"Baik." Pak Supir menengok sekilas dan tersenyum mengerti.

Mobil pun di jalankan. Tidak banyak yang dilakukannya selama perjalanan, paling melihat pantulan wajahnya di cermin kecil yang ia bawa dan memainkan ponselnya. Sekitar 15 menit perjalanan merekapun sampai, Pak Supir sama sekali tidak bertanya, sepertinya 'Your Pasta' ini lumayan terkenal.

"Uangnya Pak, kembaliannya ambil saja." Sera memberikan beberapa lembar uang pada Pak Supir dengan senyum ramah. Walau kini uang yang Sera miliki tidaklah banyak —menurutnya, tidak lantas membuatnya tidak dermawan lagi.

"Terimakasih, Nak." Pak Supir tersenyum sumringah. Sementara Sera segera berjalan menjauh dari sana.


Sera meraih pegangan pintu kaca restaurant. Sebelum benar-benar membukanya ia mengambil nafas dalam agar tidak gugup. Pasalnya melalui kaca besar ini, Choi Hyunsuk bisa terlihat dari sini —walau hanya kepalanya saja.

Flower Path | ft. CHS, NJM [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang