V - Energy

15.6K 1.3K 50
                                    

AUTHOR'S NOTE:

Mari kita mengheningkan cipta sejenak atas kepergian salah satu penyair terbaik kebanggan Indonesia—Sapardi Djoko Damono. Beliau adalah salah satu alasan saya mencintai sastra. Jelas saja, siapa yang tidak mudah jatuh cinta akan karya-karya beliau yang sederhana namun sarat makna? Salah satu penyair yang membuat karyanya indah tanpa perlu banyak riasan.

Banyak dari kita yang kehilangan mimpi bertemu langsung dengan beliau. Tak apa. Percayalah, beliau abadi dalam karya-karyanya. Beliau akan duduk di tempat terindah Keabadian itu, membacakan karya-karyanya yang tak kalah indah.

Yang fana adalah waktu. Kita abadi: memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa
"Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?" tanyamu.
Kita abadi.

Sapardi Djoko Damono, Perahu Kertas

—Sapardi Djoko Damono, Perahu Kertas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saras dibangunkan paksa oleh dering ponselnya sendiri yang ia letakkan di atas night stand subuh tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saras dibangunkan paksa oleh dering ponselnya sendiri yang ia letakkan di atas night stand subuh tadi. Keduanya memang baru kelelahan atas percintaan panas itu ketika mentari sudah malu-malu menampakkan diri. Tentu saja dengan otot yang kembali remuk redam, Saras mengambil ponsel jadul miliknya dan mengangkat panggilan itu.

Tentang ponsel, Saras masih ingat betul bagaimana tampang melongo Edzhar ketika ia mengeluarkan ponsel jadul tanpa kamera yang ia miliki dari Classic Handbag keluaran Chanel. Katakan ia old school, tapi Saras memang memegang prinsip ini sejak dahulu.

Baginya, memiliki ponsel pintar akan membuat si pemiliknya kalah pintar. Membuat manusia tampak tidak manusiawi. Dengan kata lain, Saras tidak ingin menjadi seperti orang lain yang selalu sibuk dengan ponselnya, tanpa melakukan kegiatan berarti. Karena untuk Saras, waktu adalah uang.

Perfectly ImperfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang