Selamat datang di pernikahan dua mempelai pertama-ku. Semoga jadi pengalaman yang mengesankan ƪ(‾ε‾)ʃ ƪ(ˇ▿ˇ)ʃ ƪ(‾ε‾")ʃ ▹(ˇ⌣ˇ)◃ ƪ(˘ε˘")ʃ
Seisi gereja sudah didekorasi dengan apik. Bunga-bunga putih menghiasi hampir seluruh penjuru. Pilar-pilar pada kedua sisi yang berguna untuk menyangga atap juga menjadi salah satu tempat disematkannya rangkaian bunga mawar putih. Seluruh ornamen dibuat berdasar putih. Bisa jadi langit-langit yang terbuat dari kayu jati itu merupakan satu-satunya yang tidak dihias berwarna putih.
Seluruh tamu dari kalangan atas juga telah memenuhi ruangan gereja. Ada satu hal yang membuat mereka serupa, selain kekayaannya, yaitu warna busana yang mereka kenakan. Para tamu undangan serempak mengenakan pakaian berwarna putih. Barangkali, lebih tepatnya, yang senada dengan dress code tidak akan diperbolehkan masuk.
Saras tentu tidak ambil pusing atas opini publik atas peraturan yang ia tetapkan. Toh, kenyataannya, Saras sudah menyebar informasi perihal dress code melalui surel dua minggu sebelum pernikahan mereka digelar.
Bukannya Saras ingin membuat pernikahannya terlihat indah dan seragam, ada alasan lain dibalik penetapan dress code itu—yang sebenarnya tidak ingin ia bahas. Lagi pula, ia bisa pastikan hanya secuil dari para tamu undangan yang berniat datang benar-benar untuk mendoakan pernikahannya. Yang lainnya? Mungkin saja hanya menjadikan ajang untuk menambah relasi atau sekedar ingin melihat para artis papan atas secara langsung.
"Selamat siang, Saudara-Saudari terkasih. Selamat datang di Gereja Katedral Jakarta. Sesaat lagi kita akan mengikuti Pemberkatan Pernikahan Edzhar Gabriel Wilson dengan Sarasvati Daksayani Santoso. Dengan ini, tanpa mengurangi rasa hormat—"
Suara Lektris mengisi seisi ruangan gereja. Para hadirin lantas berhenti mengeluarkan suara dan mendengarkan dengan seksama.
"Baiklah, hadirin sekalian, marilah kita berdiri untuk menyambut kehadiran Imam dan Para Altar, beserta kedua mempelai bersama keluarganya."
Usai Lektris berhenti bersuara, perhatian seluruh tamu undangan beralih ke pintu masuk gereja yang kini tengah penuh sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfectly Imperfect
ChickLit"Aku hamil." Lelaki itu menatap perempuan, yang sudah menjadi istrinya dua tahun belakangan, dengan pandangan tak terbaca. Di hadapannya, perempuan itu tampak tenang mencerup sebatang rokok yang ada di sela jemari lentiknya. "Kenapa masih merokok da...