"Menyerahlah dengan pernikahan bodohmu itu, Saras!" Kakaknya—Tristan Mahesvara—berusaha menyadarkan adiknya yang tolol itu.
Dari sekian banyak hal di bumi yang bisa Saras dapatkan, hanya segelintir hal yang tidak dapat ia genggam. Salah satunya, pernikahan yang bahagia.
"Enggak, Kak." Hanya jawaban datar itu keluar dari mulut Saras. Ayolah, seorang Sarasvati Daksayani tidak selemah itu. Tidak peduli seberapa menyedihkannya pernikahan yang sedang dijalaninya, perpisahan tidak akan pernah menjadi sebuah jawaban.
"Jangan pikir kakak enggak tahu apa yang dilakukan suami bajinganmu itu, Saras!" Nada ketus kakaknya di seberang sana membuat Saras tersenyum kecut. Mengingat berbagai momen kebersamaan ketika mereka masih kecil dulu. Tentang kakaknya yang penyayang, pelindung, dan pemarah pada saat bersamaan.
Ah, rupanya kelakuan suaminya sudah sampai ke telinga kakaknya yang jauh di sana. Dengan kata lain, hal itu juga pasti sudah diketahui oleh kedua orang tuanya—yang jahat dan licik. Hanya Tristan yang benar-benar ingin Saras bahagia. Tidak orang tuanya atau siapa pun. Dan Saras terlalu berharga untuk mengemis kebahagiaan dari orang lain.
"Enggak, Kak. Aku baik-baik aja, percayalah."
Terdengar helaan napas berat di seberang sana. Tristan bertanya gamang, "Memangnya kapan adikku yang selalu kuat ini mengaku enggak baik-baik aja?"
Saras terkekeh pelan mendengar kalimat sindiran milik kakaknya itu. Ia kemudian menjawab, "Ketika semuanya sudah hancur lebur, Kak. Aku berjanji akan menyelamatkan diriku sendiri. Ya, sendiri."
Ia tidak akan menghamba pada kebahagiaan. Ia sudah lama hidup tanpa itu. Ia hanya harus ... melanjutkan.
oOo
Jangan lupa voment-nya yaaa! Thank you :)
YOU ARE READING
Perfectly Imperfect
ChickLit"Aku hamil." Lelaki itu menatap perempuan, yang sudah menjadi istrinya dua tahun belakangan, dengan pandangan tak terbaca. Di hadapannya, perempuan itu tampak tenang mencerup sebatang rokok yang ada di sela jemari lentiknya. "Kenapa masih merokok da...