III. Bertemu Mantan

416 71 2
                                    

Grizelle sudah siap dengan dress selutut berwarna mantis. Rambut panjangnya ia biarkan tergerai dengan sebuah jepitan berwarna keemasan bertengger di atas sana. Sebenarnya, ia berniat untuk menguncir rambutnya, tapi Birdella membantah. Birdella bersikukuh agar adiknya itu menggerai rambut cokelatnya. Wajahnya pun dipoles cantik oleh sang kakak. Meski tidak terlalu mewah, tapi polesan yang diberikan Birdella di wajah adiknya dapat memaling-pandangkan mata yang menatapnya.

Jangan lupakan sepatu hak setinggi lima sentimeter berwarna senada dengan jepit rambut turut memperindah kaki jenjangnya. Grizelle tampil memukau untuk menghadiri makan malam ini. Walau hatinya tidak seindah penampilannya. Membayangkan akan bertemu dengan mantan bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan.

Birdella tidak ikut dalam pertemuan ini. Ia ada jadwal siaran setiap malamnya. Ia tidak ingin mengecewakan para pendengar setianya. Tentang pertemuan keluarga malam ini bukan ia tidak peduli, hanya saja ia sudah yakin bahwa keluarganya sangat paham tentang pekerjaannya. Ia begitu mencintai pekerjaan ini lebih dari apa pun. Jika bukan untuk hal yang sangat mendesak, ia tidak akan mengambil izin. Pun, ini acara makan malam kedua keluarga untuk memperjelas kelanjutan hubungan Grizelle dan Zeroun, bukan acara lamaran yang resmi.

Grizelle duduk dengan santai di kursi yang sudah dipesan. Ia menunggu makanan yang dipesan tiba. Perutnya sudah berbunyi sejak tadi. Zephyra sengaja tidak memasak saat di rumah tadi, sebab mereka akan makan malam di luar. Sementara Grizelle bukan tipikal yang bisa tahan lapar.

"Jangan makan sebelum mereka datang. Paham?" bisik Zephyra di telinga anaknya. Ia tahu persis kebiasaan si bungsu. Begitu makanan datang, sudah pasti langsung disambarnya.

"Mama mau menyiksa perutku hanya karena mereka?" tuduh Grizelle.

"Nggak. Mama hanya mau kita menikmati makanan bersama-sama," kilah balik Zephyra.

Belum sempat Grizelle menjawab Mamanya, orang yang mereka tunggu telah tiba. Dua lelaki dengan pakaian formalnya. Tampak rasa malas dari raut wajah Grizelle untuk menyambut lelaki yang kini berdiri di depannya dengan ekspresi kaget. Grizelle yakin, lelaki itu tidak tahu bahwa yang akan bertemu dengannya malam ini adalah dirinya. Ia sudah tahu bahwa Papa dari lelaki itu tipikal yang suka memberi kejutan.

Ponselnya bergetar, sepertinya ada sebuah pesan masuk. Tanpa memedulikan pertemuan yang sedang berlangsung, ia membuka ponselnya. Tertera sebuah nama yang muak untuk dilihatnya.

Mantan

Kenapa kamu dan kedua orang tuamu yang ada di sini?

Lelaki yang di depannyalah yang mengirimkan pesan kepadanya. Dengan santai ia membalas pesan tersebut,

Kamu pikir aku senang duduk manis di sini?

Terdengar decakan dari lelaki di hadapannya. Grizelle memutuskan untuk menonaktifkan ponselnya agar tidak menerima balasan lagi dari lelaki itu. Pengecut. Beraninya kirim pesan. Begitulah isi pikiran Grizelle.

"Zeroun, gimana pendapatmu tentang semua ini?" tanya Zafran menghentikan tatapan kesalnya pada Grizelle—putri bungsu Zafran.

"Memangnya semua ini tentang apa, Om?" Zeroun berlagak tidak tahu. Kakinya sedari tadi bergoyang, pertanda sedikit salah tingkah. Ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk menepis angan-angan para orang tua untuk pernikahan mereka.

"Kamu dari tadi Papa perhatiin lihat Grizelle terus. Dia cantik banget, ya, malam ini?" goda Aska.

"Cantik? Iya, sepertinya begitu," jawab Zeroun dengan terpaksa dan sunggingan kecil dari bibirnya. Dalam hati ia menyambung jawabannya, Akan lebih cantik kalau wajahnya nggak dipoles dengan pemerah-merah itu.

Orang tua mereka yang mendengar jawaban Zeroun tersenyum senang. Saat masih berpacaran, Zeroun memang tidak pernah memuji Grizelle secara langsung di depan orang tua. Ia lebih menjaga sikap dan tidak ingin dipandang buruk oleh orang tua Grizelle. Terang saja hal itu semakin membuat orang tua Grizelle menyetujui hubungan mereka berdua.

"Berarti kalian setuju, kan, dengan pernikahan ini?" tanya Zephyra tidak sabar dengan mata berbinar.

"Ma," sela Grizelle.

"Ada apa? Kalian udah berpacaran lama. Apa lagi yang harus dipertimbangkan? Kalian saling mencintai satu sama lain. Kalian udah sangat memahami. Nggak ada lagi alasan untuk nggak menikah," tutur Zephyra membuka pikiran anaknya untuk melanjutkan hubungan ke tahap yang lebih serius.

"Bukan begitu, Tante. Hanya saja, antara saya dan Grizelle udah—" Kalimat Zeroun diambil alih oleh Grizelle.

"Sebenarnya, kami udah nggak seperti yang kalian pikir lagi. Hubungan kami udah kandas beberapa bulan lalu," aku Grizelle sambil menyeruput minumannya.

Azka, Zafran, dan Zephyra terdiam mendengar pengakuan Grizelle. Mereka terdiam karena kaget? Tidak. Mereka terdiam hanya untuk memberi jeda pada perbincangan ini.

"Lalu, apa masalahnya?" tanya Zafran.

Pertanyaan tersebut melebarkan tatapan Grizelle dan Zeroun. Bagaimana bisa orang tua mereka terlihat santai dan tidak mempermasalahkannya sama sekali? Ini sesuatu yang seharusnya dipikirkan oleh mereka daripada memaksa untuk menikah.

"Om, kami udah nggak punya hubungan apa-apa lagi. Kami udah mengakhiri semuanya," perjelas Zeroun dengan mata lebar.

"Kalian hanya perlu memulai kembali dengan ikatan yang lebih serius," jawab Azka sambil memasukkan sepotong daging ke mulutnya. Jawaban itu disetujui dengan anggukan Zafran dan Zephyra. Mereka benar-benar kukuh pada keinginan untuk menyatukan kembali Zeroun dan Grizella.

"Jika kalian bisa saling meninggalkan saat semua hanya hubungan sesaat, maka kalian akan saling bertahan saat hubungan kalian udah diikat erat," timpal Zephyra.

Grizelle dan Zeroun saling melempar tatap satu sama lain. Ini di luar nalar mereka. Para orang tua tidak mempermasalahkan hubungan mereka yang sudah kandas, dan tetap bersikukuh dengan pernikahan yang tidak ada dalam benak dua insan ini. Mereka berdua memutar kepala agar dapat memberi alasan bahwa putra-putri mereka ini tidak dapat diikat dengan pernikahan.

"Pa, aku sedang di puncak karir, aku mau serius dengan bisnis ini. Aku nggak mau terganggu dengan beban lainnya untuk sementara ini," ungkap Zeroun mengadu pada Azka.

Grizelle yang tidak terima dirinya dianggap sebagai beban dan gangguan dalam hidup mantannya itu pun beralasan, "Aku harus mengurus skripsiku dengan baik terlebih dahulu sebelum mengurus orang asing dalam hidupku, Ma, Pa."

"Kamu bilang aku orang asing?" protes Zeroun dengan nada meninggi.

"Apa bedanya dengan kamu yang mengatakan aku ini beban?" jawab Grizelle tak kalah galak.

"Kamu memang akan menjadi beban untukku jika kita menikah," sahut Zeroun.

"Kamu pun sekarang memang udah menjadi orang asing sejak kita memutuskan untuk hidup masing-masing," balas Grizelle.

"Kamu yang memutuskan hal itu."

"Kamu yang menyetujuinya."

"Kamu pikir kalau nggak kamu setujui, hal itu tidak akan terjadi?"

"Kamu pikir tanpa kamu minta, persetujuan itu nggak akan ada?"

Mata mereka sama-sama melebar. Tubuh mereka sama-sama condong ke depan. Tidak mau kalah satu sama lain. Tidak mau terlihat lebih rendah. Masing-masing memaksa diri menjadi yang lebih tinggi.

Pandangan mereka teralihkan saat mendengar tawa dari para orang tua.

"Inilah alasan kalian harus menikah," lontar Zephyra.

Mantan SepelaminanWhere stories live. Discover now