🎃 MANTAN || 8 🎃

19.5K 3.5K 311
                                    

"Aswa, kamu masih suka cokelat?" tanya Benua.

Aswa menoleh sekilas pada laki-laki yang kini tengah menatapnya dengan serius. Berdiam diri selama beberapa saat, karena ia sedang membuat buket bunga untuk pesanan pelanggan, Aswa pun mengerakkan kepalanya naik turun. Aswa masih suka makanan yang manis, terutama cokelat. Apalagi, cokelat itu makanan yang mampu memperbaiki mood. Cokelat memiliki senyawa yang dapat merangsang produksi endorphin. Endorphin adalah baham kimia di dalam otak yang bisa menciptakan rasa senang. Selain itu kandungan serotonin dan antidepresian yang ada dalam cokelat benar-benar mampu untuk memperbaiki mood seseorang.

"Terimakasih sudah berkunjung, silahkan kembali," ujar Aswa, sembari memasang senyum pada pelanggan yang baru saja membeli bunganya.

"Seharusnya kamu ngucapin itu juga ke aku." Benua kembali mengikuti setiap pergerakan Aswa.

"Maksud?"

"Ya pas dulu aku mutusin kamu, kamu harusnya ngomong gitu. Biar aku gampang buat balik lagi sama kamunya."

Aswa menghembuskan napas. "Aku bukan toko bunga, yang bisa kamu datangi sesuka hati."

"Aku tau, karena pada nyatanya kamu itu rumah tempat aku pulang."

Aswa memutar bola mata, sudah malas mendengar omongan manis yang Benua lontarkan. Sudah satu bulan berlalu, dan tak ada satu hari pun, yang Aswa lewatkan tanpa omongan berasa gula dari Benua. Setiap hari, setiap saat, apalagi ketika Minggu, Benua akan duduk di kursi tokonya, mengoceh tanpa henti atau memaksa Aswa untuk makan siang berdua, atau pergi jalan-jalan dan lain hal. Yang sudah pasti dirinya tolak.

Tapi, tak apa-apa juga sih. Karena akhir-akhir ini, apalagi ketika Minggu di mana Benua bisa bertahan seharian di tokonya, pembeli bunga di toko Aswa meningkat, dan kebanyakan memang kaum hawa semua.

Benua itu ... layaknya bunga snapdragon yang indah. Bunga tersebut sangat di sukai para lebah madu karena melepaskan empat kali lebih bayak aroma menarik bagi mereka. Begitulah perempamaan yang pas bagi Benua dan wanita-wanita yang kini diam-diam mencuri pandang kepadanya.

"Kamu tuh, emang nggak punya kerjaan ya? Setiap hari datang ke toko aku. Nggak bosen apa?" tanya Aswa setelah melayani seorang wanita muda, yang menatap Benua secara terang-terangan.

"Aku emang nggak punya kerja, tapi aku punya banyak pekerja yang siap hasilin pundi-pundi uang buat aku. Dan aku nggak pernah bosan di sini, soalnya ada kamu."

"Terus aku nggak dianggap ya?" Siti berujar, sembari meniup kerudungnya.

"Nggak lah, aku nggak pernah melirik orang ketiga di antara hubungan aku dan Aswa."

"Emang hubungan kita apa? Aku anggap kamu bukan siapa-siapa, temen aja bukan!"

Benua menahan napasnya, menatap Aswa tidak percaya. Bibir Aswa selain terlihat manis, nyatanya terdengar tajam juga. Benua benar-benar dibuat mati kutu oleh ucapan Aswa yang tidak berperi ke lemah lembutan. Dan Benua merasa diderkriminasi di sini. Bagaimana tidak? Aswa selalu sinis dan berbicara setajam silet hanya kepadanya. Salah apa Benua ini, Ya Allah?

"Eh, Aswa, di sini masih ada lowongan kerja nggak, soalnya aku ma---"

"Nggak ada!" potong Aswa dengan cepat. Meski ada pun, Aswa tidak akan memberikannya pada Benua.

Astagfirullah, Mantan! [RE-UPLOAD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang