Chapter 38

26 1 0
                                    

"Aku tidak pernah keberatan untuk menunggu. Seberapa lama pun, sejauh sejauh apapun, selama aku mencintainya akan tetap bertahan." |Gema Baskara|

Setelah menjalani proses perawatan yang cukup lama di rumah sakit, Gema pun sudah di ijinkan pulang. Ia pun sudah bersiap-siap untuk meninggalkan ruangan dan rumah sakit yang terasa mengerikan baginya itu. Kedua orangtuanya pun juga masih terlihat mendampinginya hingga Ia sembuh seperti ini.

"Gema masih perlu kembali ke rumah untuk berkemas-kemas, Pa."

"Iya, jika sudah segera kembali ke rumah Papa lagi ya."

"Iya Pa," sahut Gema menuruti ucapan papanya. "Mama juga tak perlu khawatir, aku juga akan lebih sering berkunjung kesana." Ia pun meraih tangan mamanya lalu menatapnya penuh kasih sayang.

"Iya nak," ujar mamanya mengelus bahu Gema.

"Ayo kita pulang sekarang," ujar Gema beranjak keluar ruangan perawatan. Kedua orang tuanya pun mengikuti langkah Gema. Mamanya kemudian berjalan menggandeng Gema yang masih sedikit lemah, sedangkan papanya masih berjalan di belakang mengurus sesuatu. Setelah semua urusan beres, kedua orang tua Gema pun mengantarkanya pulang ke rumah. Di perjalanan Gema tampak tersenyum melihat kedua orangtuanya tengah duduk di sampingnya dan memberiakan perhatian besar padanya. Sesampai di rumah mereka juga bercengkerama.

"Terimakasih ya Pa, Ma," ujar Gema memeluk ke dua orang tuanya yang tengah duduk di sofa."Maafkan Gema yang selama ini terlalu keras kepala."

Ini bukan salah kamu nak, kita yang banyak salah sama kamu Gem," sahut mamanya memeluk erat Gema.

"Mama jangan ngomong begitu," ujar Gema mengelus rambut mamanya.

"Maafkan kita Gem. Mulai sekarang hiduplah bahagia dan lakukan apa yang kamu mau," ucap papanya mengelus pundak Gema. " Mama dan Papa ingin kamu selalu bahagia dan mendukungmu apapun yang kamu lakukan nak."

Gema tak menyahut. Ia hanya tersenyum bahagia di pelukan orang tuanya. Pelukan dan saperti itulah yang sudah lama Ia rindukan. Meskipun orang tuanya tak lagi, Ia merasakan sekali bahwa mereka sangat peduli padanya. Tak lama kedua orang tua Gema meninggalkan rumah itu dengan senyuman simpul di bibirnya. Kali ini Gema merasa sangat damai. Kemudian Ia meraih gitarnya yang sudah beberapa lama tak Ia mainkan.

*****

"Ayah sudah bicara pada Ibu kamu," tanya papa Lintang memulai pembicaraanya sesaat setelah tiba di resoran itu.

"Ibu juga sudah bicara pada Lintang jika Ia sudah memaafkanya,"sahut Lintang seraya meraih minumanya.

"Ayah juga sudah menceraikan wanita itu, tapi sepertinya Ibumu tak mau lagi menerima Ayah lagi,"

Lintang hanya diam tak menyahut,Ia malah memain-mainkan gelas yang ada di depanya. Ia tahu semua itu bukan salah Ayahnya dan Ibunya pun juga tak salah. Namun mungkin saja ibunya sudah memendam sakit hati yang lama melihat orang yang sangat dicintainya itu memilih wanita lain sehingga Ia takmau menerimanya lagi.

"Lalu apakah Ayah masih akan tetap disini?" tanya Lintang kemudian.

"Iya, Ayah akan mengembangkan bisnis kecil-kecilan disini,"

Lintang akan segera balik ke kampung yah, setelah lulus ini Lintang mau kerja dan lanjut kuliah yang lebih dekat dengan Ibu,"

"Kau tak akan kembali?"

"Lintang akan kembali dan mengajak Ibu kemari nanti.

Ayahnya hanya mengangguk seraya menunduk. Sorot matanya memancarkan kesedihan sekaligus rasa bangga melihat anaknya itu. Kemudian Ia menekan kuat kukunya lagi terlihat menyesal tak bisa melihat Ia tumbuh dan berkembang hingga sebesar dan secerdas ini.

"Besok Ayah ikut Lintang ya untuk pamit pada Gema,"ujar Lintang lesu.

"Iya nak, Papa akan ikut kamu kesana," sahutnya sembari mengelus bahu Lintang lembut.

                              ~o0o~

Seperti biasa Gema tengah bersantai di sofa sambil memainkan gitarnya. Tak lama kemudian,Ia beranjak lalu kembali dengan membawa cincin berlian yang akan diberikanya pada Lintang tempo hari. Cincin itu Ia pandang lama seraya Ia pun tersenyum. Ingin rasanya Ia segera memberikanya pada gadis yang dicintainya itu dan mengatakan keseriusanya padanya. Baru Ia meraih ponsel ingin menghubungi Lintang, tiba-tiba Lintang menghubunginya duluan.

"Ada apa Lintang?"

"Aku ke rumah kamu ya, sama Ayah."

"Kenapa?"

"Mau jenguk kamu."

Benar saja, tak beberapa lama kemudian Lintang tiba dengan ayahnya. Kali ini sikap Gema lebih melunak melihat kehadiran ayah Lintang itu, bahkan Ia tersenyum dan menyaliminya dengan sopan lalu mengajaknya ke sofa. Ayah Lintang pun tampak hangat dan menepuk bahunya.

"Maafkan atas sikap Gema tempo hari ya Pak," ujar Gema menyesal.

"Kamu tidak salah, apa yang kamu lakukan itu benar. Bagimana kondisi kamu?"

"Sudah jauh membaik Pak."

Lintang mendengarkan pembicaraan Gema dan Aahnya itu dengan senyuman yang seakan dipaksakan. Ia seakan bingung dan khawatir bagaimana harus menjelaskan pada Gema jika Ia harus segera meninggalkan kota itu. Seakan mencoba menguatkan diri Ia pun menarik napasnya panjang.

"Aku kemari sekaligus mau pamit Gema, Aku akan kembali ke kampung untuk mencari kerja sembari meneruskan kuliah terdekat agar tak jauh dari Ibu lagi,"ucapnya berat lalu menundukkan kepala.

Seketika Gema terlihat terkejut dan tak menyangka mendengar ucapan perpisahan Lintang yang tiba-tiba itu. ucapan itu seakan membuat genggaman kuatnya pada kotak cincin itu sedikit melonggar lalu buru Ia masukkan pada sakunya.

"Baiklah jika itu adalah pilihanmu, cita-cita mu harus kamu kejar," sahutnya sambil mengangguk dan tersenyum canggung.

"Ayah tunggu di luar ya," ujar ayahnya menatap Lintang dan Gema bergantian. Dengan berat Ia pun beranajak ke luar.

"Maafkan aku ya Gem."

"Aku akan menunggu kamu," sahut Gema mencoba tersenyum ke arah Lintang.

"Aku pergi dulu ya, jaga kesehatan kamu," ucapnya berat seraya bangkit dari duduknya.

Tiba-tiba saja Gema menghampiri dan memeluk tubuhnya erat. "Aku sangat sayang sama kamu Lintang. Aku akan menunggu hingga kamu benar-benar menjadi milikku selamanya."

Seakan begitu sedih mendapat perlakukan seperti itu dari kekasihnya, Lintang menangis di pelukanya. Ia pun memeluk lebih erat tubuh Gema. "Aku juga sayang kamu. Terimakasih atas pengertianmu."

"Kamu jangan sedih ya, jika nanti kamu tidak bisa melihat aku lagi" ucap Gema lirih.

Mendengar ucapan Gema, Lintang segera melepaskan pelukanya dan menatap pada matanya. "Kenapa ngomong seperti itu?"

"Kita kan bakal jauh jadi nggak bisa melihat aku lagi kan,"tangan Gema mengusap air mata Lintang.

Lintang seketika kesal dan memukul lengan kekasihnya itu lalu memeluknya sekali lagi. "Kamu harus berjanji akan baik-baik saja, tunggu aku kembali."

Gema hanya tersenyum menanggapi, seraya melepas kepergian Lintang dengan senyuman dipaksakan. Ia menatapnya berlalu hingga tak terlihat lagi. "Semua ini tak mudah bahkan sangat berat bagiku Lintang, namun aku yakin jika sudah takdirnya kita akan bersama lagi."

Lintang dan Gema [END]Where stories live. Discover now