Chapter 1

183 10 0
                                    

"Kita tak akan pernah tahu pasti alasan seseorang bersikap buruk" |Lintang|

Pernahkah kamu mendengar jika sebuah nama adalah ciri khas layaknya getaran yang merefleksikan masa lalu, masa kini hingga potensi seseorang di masa depan? Sebuah nama layaknya sebuah pengukur nasib yang dianggap memiliki makna istimewa.

Gadis ini juga menganggapnya seperti itu. Ia sangat percaya Lintang yang dalam bahasa Indonesia adalah Bintang, akan terus bercahaya meskipun dalam kegelapan yang menakutkan. Setitik kecil cahaya Lintang juga akan menyinari mereka pada kegelapan. Nama itu seperti sebuah kekuatan yang menopangnya tatkala merasa rapuh. Begitu berati, sampai-sampai lupa jika sebenarnya Ia kecewa pada seseorang yang memberinya nama.

"Lintang please, kalau sakit lagi bagaimana?" Vera mengecek keadaan Lintang setelah keluar dari sebuah coffee shop.

"Kamu harusnya tak nekat bekerja Lin, kan baru sakit."

Masih teringat jelas oleh Vera, di tengah malam kemarin, tiba-tiba saja Ia menelponya. Suaranya gemetar dan berkata "aku kedinginan Ver, tubuhku lemas." Seketika jantung Vera berasa seperti mau copot dan bergegas menemui.

"Udah mendingan kok Vera, kau tahu sendiri kan ada sesuatu yang harus aku perjuangkan."

"Kapan sih Lin kamu mau dengerin orang lain," gerutu Vera kesal.

Bahkan sebelum gadis itu membuka mulut, Ia sudah tahu jawabanya akan seperti itu. Apa boleh buat Ia hanya bisa menggelengkan kepala.

"Aku baik-baik aja kok, ibu kedua ku hahaha."

"Ahh, serius aku bete sama kamu Lin."

"Jangan dong ibu kedua ku sayang," rayu Lintang menggelendot pada Vera.

"Tau lah."

Sesaat mereka saling diam. Lintang tampak meraih syal yang ada di lehernya lalu diangkat untuk menutupi kepala. Sepertinya Ia baru menyadari jika siang itu matahari bersinar begitu terik, langkahnya pun dipercepat.

Belum jauh melangkah, fokusnya seketika buyar tatakala seorang cowok muda berperawakan tinggi, rambut acak-acakan berlari kencang dari arah depan.

"Brukk."

"Auhhh."

"Apa - apaan ini?" teriak Vera sembari mengibaskan bajunya yang basah.

Belum sempat menghindar cowok itu sudah lebih dulu menabrak keras. Dalam hitungan detik kopi yang dibawa Vera menumpahi bajunya, sedang Lintang terjeremban ke sisi jalan.

"Kalau jalan lihat-lihat dulu kenapa sih!" seru Lintang  kesal seraya tergopoh berdiri.

"Lo lihat ada orang kan, siapa suruh berdiri di tengah jalan, bego!" gertak cowok itu kasar sembari melotot.

Cowok itu nampak memungut jaketnya setelah menggertak Lintang dengan kasar. Menjengkelkanya lagi, raut mukanya sama sekali tidak menunjukkan penyesalan.

"Apa sulitnya minta maaf," teriak Lintang sembari berkacak pinggang.

"Eh lo."

Cowok itu nampak emosi dan mengarahkan telunjuknya ke wajah Lintang.

"Sudah, kita pergi saja Lin." Vera panik dan cepat menarik lengan Lintang.

"Kenapa sih Ver?"

"Udah biarin aja aku nggak mau ribut Lin." Vera melirik ke arah Lintang seakan memastikan keadaanya. Lintang yang sadar jika Vera melirik kearahnya.

"Kenapa berhenti Lin?"

"Bajumu bagaimana?"

"Tenang saja di mobil ada ganti kok. Buru gih nanti telat kuliahnya."

Lintang dan Gema [END]Where stories live. Discover now