Chapter 14

26 2 0
                                    

"I want you and your beautiful soul" |Gema Baskara|

"Sebenarnya apa yang telah Gema lakukan. Mengapa orang yang ingin menyakitinya?" Lintang masih bertanya tanya-tanya sendiri di pembaringinya. "Aduh." Disentuhnya pelipisnya yang masih terasa sakit. Kejadian kemarin begitu membuatnya begitu takut, bahkan hari ini Ia juga harus tak bekerja dan kuliah karena masih sakit.

Sesaat kemudian Ia berpaling pada ponselnya. "Bagaimana keadaanya,"gumamnya khawatir. Ingin Ia menghubunginya, namun tak jadi dilakukan karena takut mengganggunya. Ia pun meletakkan lagi ponselnya. Lalu membenamkan wajahnya lagi pada bantal.

"Vin nanti aku datang ke coffee shop ya."

"Ngapain Ver?"

"Mau ngomong sesuatu."

Entah mengapa Vera begitu ingin menemui Malvin, setelah mengetahui Lintang tak masuk kerja. Diamati dari balik kaca, cowok itu sedang sibuk membuat coffee. Cukup sibuk rupanya. "Kamu pekerja keras sekali Ver," gumam Vera seraya melangkah ke dalam.

Ada apa sih Ver?" tanya Malvin mendekat sembari meletakkan secangkir coffee late di depanya.

Nggak, cuma mau lihat kamu," sahut Vera dengan senyum usil.

"Aku kira ada hal penting apa. Lintang gimana udah baikan?"

"Sepertinya sudah." Vera diam sebentar lalu menatap Malvin. "Sepertinya Lintang sekarang sudah semakin akrab dengan Gema. Kalau dia cerita tentang kamu gimana?"

Malvin tak menyahut. Ia nampak sedang memikirkan sesuatu. "Entahlah, tapi kamu jangan pernah cerita sama dia ya."

"Nggak lah Vin."

"Makasih ya,"sahutnya pelan sembari menghembuskan nafas. Seketika ucapan Vera membuat ingatan tentang masa lalunya muncul di lagi dibenaknya.

Seorang anak kecil tengah termenung di halaman rumah.  Ia pun menghampiri dan mencoba mengajaknya bicara. "Kamu sekarang saudara aku, kita main bareng ya." Anak itu tak menyahut. Ia melotot  bahkan mendorong dan beranjak pergi. Tak lama, papa dan mamanya memanggilnya di ruang tamu.

"Pa, lihat anak kesayangan papa ini mendorong Malvin sampai terluka." Wanita itu melebihkan kata-katanya dan menatap tajam.

"Gem, kamu jangan keterlaluan ya."

"Dia juga nggak mau belajar pa, di sekolah nilainya saja sangat buruk. Beda dengan Malvin yang sangat rajin ini," ucap mamanya mencibir dan melotot ke arah anak itu.

"Kamu harus tiru saudara kamu itu Gem," ujar papanya melotot."Mau jadi apa kamu nanti jika seperti ini."

Mendengar makian orang tuanya, anak itu hanya diam saja. Kemudian Ia menangis dan berlari ke kamarnya. Sejak saat itu, anak kecil ini menjadi sangat benci sekali padanya. Bahkan tanpa sepengetahuan orang lain, Ia dipukul atau ditendang olehnya. Di sekolah Ia dan teman-temanya sering menganiayanya. Sehinga membuatnya takut. "Kamu kenapa," tanya papanya setelah melihat tanganya memar. "Tadi habis jatuh pa," jawabnya berbohong.

Malvin menghela napasnya seakan tersadar dari lamunanya. "Aku hanya tak ingin orang lain mengetahui siapa diriku Ver,"ucapnya dengan pandangan mata nanar.

"Kamu kelihatan perhatian sekali pada Lintang Vin," tanya Vera penasaran.

Malvin berdiam tak menyahut seraya meraba keningnya. "Aku sebenarnya suka sama Lintang Ver, aku melihatnya beda dengan wanita lain yang aku temui. "

Vera yang saat itu sedang meneguk minumanya tersedak. Ia pun terlihat bengong dan tertegun sebentar. "Kamu serius Vin?"

"Iya Ver, aku sudah lama menyukai gadis itu," ucapnya menunduk. "Tapi aku ragu mengatakan ini padanya."

Lintang dan Gema [END]Where stories live. Discover now