03

40 12 13
                                    

Gerbang SMA Trisaksi terbuka begitu lebar. Para murid yang sudah tiba disekolah buru-buru langsung kekelas mereka masing-masing.

Avi berjalan dengan pelan menyusuri lapangan parkiran diSMA Trisakti. Dia tersenyum tipis saat ingatannya kembali pada hari pertama dia bersekolah disini. Lebih tepatnya saat kejadian dimana ia bertemu dengan cowok yang dirinya paksa untuk mengantarkannya kesekolah. Avi masih ingat bagaimana wajah cowok itu dengan terpaksa mau memberikan tumpangan pada Avi.

Setelah kejadian hari itu. Avi sama sekali tak pernah bertemu dengannya. Padahal Avi ingin sekali mengetahui nama cowok itu.

Langkah kaki Avi mengecil saat matanya menatap rombongan cowok dengan jaket sama. Satu diantara mereka membuat Avi mengerjabkan matanya. Cowok itu? Cowok yang ia yakini adalah penyelamatnya hari itu.

Avi ingin menyapa. Tapi satu kejadian lebih dahulu menyapa Avi.

Blushh,

Avi memejamkan matanya saat ia merasakan wajahnya basah karena terkena cipratan air.

Semua orang yang berlalu lalang disana seketika terhenti. Mereka dengan serentak menatap Avi.

"APA-APAAN NIH!" Teriak Avi. Gadis itu mengusap wajahnya yang basah. Lalu menatap orang-orang disana.

"Hayo loh! Kena anak orangkan," kata Bagas. Dia menatap kearah Avi yang sedang melotot tajam kearahnya.

"Siapa nih pelakunya. Bukan gue," kata Laskar. Dia memundurkan langkahnya kebelakang.

"Lho sih bos! Asal sembarang buang air aja," kata Mahen. Dia bergidik ngeri ketika melihat tatapan Avi yang amat tajam.

"Air apa dulu! Kalau ngomong bahasa indonesia yang bagusan dikit, Hen." Kata Juan. Dia menyeringai sambil cengengesan.

"Air comberan goblok! Lho pikir apa?! Air kencing. Ngana sehat gak sih!" Sahut Mahen ngegas.

Giant yang mendengarkan teman-temannya berdebat tertawa. "Santai, Hen. Ngeggas amat. Habis isi bensin lho!" Kata Giant tertawa bersama Juan.

"Woi! Lho," tunjuk Avi pada gerombolan cowok dengan jaket sama itu.

Mereka bertujuh mengerutkan keningnya dengan tatapan bertanya 'siapa? gue'.

"Kalian bertujuh!" Avi menatap satu persatu ketujuh cowok itu. "Ini kerjaan siapa! Siapa yang udah nyiram air kemuka gue!" Tanya Avi dengan marah.

Gadis itu bertanya dengan intonasi seperti orang yang tengah mengajak ribut. Gadis itu belum tahu saja kalau dia sedang berhadapan dengan siapa. Tujuh orang dari tim inti BARSA. Jantungnya SMA Trisakti. Sumber kekuatan dan sumber masalah untuk sekolah itu.

Semua orang disekolah ini tak ada yang tak mengenal mereka. Orang-orang yang berpengaruh besar disekolah elit bertarap internasional itu.

"Gue tanya loh! Hei, kok malah dikacangin." Dengus Avi. Wajah gadis itu masih basah karena air yang dengan lancangnya mengenai diwajahnya itu.

Laskar, Mahen, Adam, Bagas, Juan dan Giant reflek menoleh kearah Galang yang berdiri paling depan. Dengan tidak tahu dirinya. Keenam cowok itu menujuk kearah Galang.

"Dia pelakunya," kata Adam. Orang yang paling jujur diantara tujuh cowok itu.

Galang menaikan satu alisnya menatap datar semua teman-temannya. Lalu dia menatap kearah Avi. Gadis yang tempo hari pernah ia tolong

"Kenapa?" Tanya Galang pada Avi. Bukannya menjawab. Avi malah terkurung oleh tatapan tajam milik Galang.

Galang menyeringai kecil. Dia berjalan mendekat membuat suasana hening. Semua menunggu apa yang akan ketua geng BARSA itu lakukan pada Avi. Galang Ragasiwi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GALANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang