[60] Merindukan Senja

197 19 23
                                    

Kunci hidup tenang hanya 1, berdamai dengan masalalu.

❄❄❄

"Tumben lo pake aktribut lengkap?" Tanya Liona padaku, iya memang benar. Ini pertama kalinya aku mengenakan dasi, topi, ikat pinggang bahkan kaos kakiku menurut aturan yaitu putih.

"Gue mau ikut aturan mulai hari ini." Ucapku, Rifa yang semula duduk santai dengan ponselnya langsung terkejut lalu menatapku.

"Lo sakit?" Aku menepis telapak tangan Rifa yang mendarat di jidatku, segitu tidak percayanya mereka dengan perubahanku?

"Ishh... temen berubah di semangatin kek, malah dikira sakit." Ucapku dengan wajah cemberut, kedua temanku menatapku jijik.

"Telat lagi?" Tanya Liona dengan teman sebangkunya, Mufi. Memang dia selalu terlambat setiap hari senin, entahlah kenap selalu begitu.

"Gilak gilak gilak, gue tadi hampir ketahuan sama lele anjirrr..." lele adalah julukan kepala sekolah, kumis tebal membuat kami semua memanggilnya lele.

"Kenapa ga ketahuan aja sekalian elah ga asik dong." Ucapku mengundang setuju dari temanku yang lain.

"Emang ya kalian tu temen terbaik gue." Mufi tersenyum paksa, membuat kita terkekeh.

Upacara pun dimulai. Kami semua siswa dan siswi SMA garuda berkumpul menghadap tiang bendera dengan berbagai ekspresi, kesal, mendalami, bahkan datar. Aku dan ketiga temanku di pilihan pertama.

"Ini kapan selesainya sih ngoceh mulu si lele elah." Rifa berdecak kesal, sedangkan kami bertiga menghela napas panjang.

"Coba ganti tema gitu topiknya, bosenin sumpa." Ucap Liona.

"Namanya juga cowok Lee, kalo bukan udah makan belum yaa lagi apa?" Liona, Rifa, dan Mufi menatapku dengan tatapan datar kemudian.

Cletak!

"Bucin lo!" Ketiga temanku menampol kepalaku membuatku meringis sakit.

"Eghmm!!" Suara berat itu pun menghentikan kami yang sedang mengoceh, aku sangat kenal dengan suara ini.

"Emang ya kalian ini gapernah bisa diem." Aku memutar kepalaku menatap ke arah belakang, benar! Pak Heri.

"Eh pak Heri hehe... pagi pak." Aku mencium tangannya, tatapan terkejut yang ia berikan kepadaku.

"Kamu kok disini?" Ucapnya, aku pun menunjukkan semua aktributku dengan sombong.

"Bagus bagus, pertahankan Naya." Setelah menepuk nepuk pundakku ia pun pergi dan lanjut keliling.

"Segitu kagetnya semua orang liat gue berubah jadi rajin gini?" Aku menghela napas.

Upacara selesai, entah lah sedang apa Egy berada di depan mic yang sebelumnya digunakan kepala sekolah.

"Eghm... cek... cek... untuk kelas 11 nya tetap di lapangan ya, yang lainnya bisa bubar barisan." Aku masih tak mengerti maksud Egy, banyak sorak dari kelas 11 yang mengeluh panas. Matahari pukul 9 cukup terik, begitupun aku dan ketiga temanku ikut mengeluh.

"Selamat pagi."

"Pagiiiiiiii." Sahut kami dengan suara lantang guna meluapkan emosi.

"Salam pramuka!"

"Salam!"

"Baiklah, langsung saja pada intinya. Saya Egy Nanda Firmansyah berdiri disini guna mengumumkan kelolosan bantara." Hening, tak ada satu pun yang berbicara. Aku mendengarkan drngan seksama.

"Saya tidak menyangka hasilnya akan seperti ini, diluar dugaan saya dan ini membuat kami para senior ingin menangis melihat hasilnya." Terlihat wajah kecewa dari wajah kakak senior yang saat ini berdiri didepan, aku tak mengetahui maksud dari ini semua apa.

"Untuk namanya yang saya sebut silahkan berdiri didepan saya sekarang." Suasana semakin tegang, aku masih penasaran apa yang akan dikatakan Egy?

"Naya Senjanic." Mulutku terbuka lebar, aku refleks menunjuk diriku sendiri.

"Gue?" Tanyaku pada ketiga temanku, mereka mengangguk.

"Naya Senjanic! Maju!" Teriak Egy, aku tersentak. Wajahnya tampak emosi, aku sudah melakukan apa? Aku berjalan kedepan lalu berdiri didepan Egy.

"UNTUK SELURUHNYA!! PIMPINAN SAYA AMBIL ALIH!! ISTIRAHAT DITEMPAAAAT GRAK!!" Kami pun mengikuti aba aba.

"Saya umumkan bahwa, ANGKATAN KALIAN TIDAK LOLOS 95%!!!" Teriak Egy dengan wajahnya yang emosi, sedangkan kakak senior yang lain menatap kami kecewa. Seluruh siswa kelas 11 teriak terkejut.

"Dan semua berawal dari penentangan kakak senior yang disetujui semua siswa, orang yang saya panggil adalah yang menentang kakak senior kemarin!" Teriak Egy, aku mulai tidak mengerti dengan pemikiran organisasi ini. Apa maksudnya? Aku hanya ingin keadilan.

"Kak." Aku mengangkat tanganku, ia menoleh.

"Maaf saya potong pembicaraan gapapa?" Tanyaku, Egy mengangguk.

"Kenapa senior selalu benar? Senior bukan makhluk tuhan yang sempurna yang tak pernah salah! Senior juga harus dihukum jika melakukan kesalahan seperti halnya junior jika melakukan kesalahan!" Teriakku, aku cukup kesal dengan organisasi ini. Terutama dengan Viola! Ingin rasanya aku membully dia!

"Saya meskipun dikenal semua orang sebagai urakan! Saya masih menegakkan keadilan! Orang orang yang saya bully itu mereka bukan tak bersalah, namun mereka sudah meremehkan, menjelek-jelekkan, bahkan menganggap bahwa saya lemah. Dan saya benci itu! Saya tidak pernah mengibuli orang yang tak bersalah, saya saja yang dianggap hanya kotoran disekolah ini masih bersikap adil! Kenapa organisasi ini yang dianggap emas oleh sekolah tidak ada adil adilnya?" Emosiku meluap sekarang, aku tidak suka dengan semua yang berbau pramuka sekarang!

"Viola, senior yang selalu benar ituu sudah mengubah anak panah yang membuat saya dan ketiga teman saya tersesat di hutan terlarang! Apa itu adalah sesuatu yang bisa dibenarkan?" Tanyaku, Egy menatapku.

"Kenapa kamu yakin sekali bahwa Viola yang melakukannya?" Tanya Egy.

"Syal merah! Itu milik Viola!! Dan ia sangat tidak suka dengan saya! Karena saya sering tidak mengikuti perintahnya, bisa saja ia dendam dengan saya." Ucapku yang membuat semua terdiam.

"Bagaimana Ibuk Bapak guru? Sudah percaya?" Tanya Egy kepada guru guru yang sedang berdiri disebelah kanan mimbar, aku masih bingung. Ini sebenarnya apa?

"Kalian memang tidak lolos 95% tapi kalian lolos 100%!!!" Teriak Egy dengan senyumnya, guru guru serta para senior bertepuk tangan dengan wajahnya yang berseri seri.

"Hah?" Kami semua seangkatan masih tidak mengerti.

"Biar saya jelaskan, kami senior saat jelajah malam memang sengaja membuat kesalahan guna mengetes kalian. Bukan hanya tanda yang diganti, namun banyak lagi yang lain. Dan kami memang sengaja menyuruh Viola menggunakan syal itu saat hari pertama dimalam hari, itu untuk memberitahu bahwa syal itu milik Viola. Dan saya ingin tau siapa yang berani melawan senior hanya karna kebenaran dan ternyata Naya orangnya." Mereka semua pun bertepuk tangan.

"Ini yang membuat kakak kelas kalian tidak lolis 100% mereka lebih memilih takut kepada senior dibandingkan meminta keadilan, sekali lagi selamat buat kalian semua. Ini yang saya maksud membuat kami menangis, menangis bahagia. Sukses selalu ya." Tepuk tangan bergemuruh diseluruh penjuru kelas.

"Untuk badge bantaranya nanti dibagikan ya disetiap kelas, terimakasih. Salam pramuka!"

"Salam!" Bukan teriakan emosi, namun teriakan semangat yang kami lontarkan. Setelah sekian lamanya, aku merasakan kembali bagaimana rasanya menjadi senja. Dasi, topi, ikat pinggang, kaos kaki putih, dan menjadi murid disiplin. Aku akan kembali seperti dulu, rajin dan mengikuti perintah sekolah. Senja, aku rindu.

Story About Him,
30 Juli 2020/ 07:41 PM

::jangan lupa vote xx

HAI GAISSSS, GIMANA PARTNYA? BTW SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA UNTUK YNG MERAYAKAN YA GAISSS.

Story About Him (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang