7. Cokelat

490 35 8
                                    

"Selamat pagi Ara," sapa Era saat mereka berpapasan di koridor sekolah.

"Selamat pagi juga Era." Ara membalas disertai dengan senyuman manisnya. Senyuman yang membuat semua cowok dapat meleleh saat itu juga.

Mereka lalu berjalan menuju ke kelas mereka. Saat sampai di dalam kelas, semua murid menatap mereka berdua. Tidak. Tapi hanya menatap Ara lebih tepatnya.

Ara mengernyit bingung, lalu kembali melanjutkan langkah menuju ke mejanya. Saat sampai di mejanya, Ara dibuat bingung karena disana ada sebuah kotak persegi berbalut pita berwana Biru.

Ara meraihnya dan membukanya. Di dalamnya ada sebuah cokelat dan sepucuk surat sepertinya.

"Ehem. Cieee... dari siapa tuh?" goda Era sambil menaik-turunkan alisnya. Ara hanya mengedikkan bahunya lalu dia membuka kertas berwarna biru itu.
"Selamat pagi Ara," sapa Era saat mereka berpapasan di koridor sekolah.

"Selamat pagi juga Era." Ara membalas disertai dengan senyuman manisnya. Senyuman yang membuat semua cowok dapat meleleh saat itu juga.

Mereka lalu berjalan menuju ke kelas mereka. Saat sampai di dalam kelas, semua murid menatap mereka berdua. Tidak. Tapi hanya menatap Ara lebih tepatnya.

Ara mengernyit bingung, lalu kembali melanjutkan langkah menuju ke mejanya. Saat sampai di mejanya, Ara dibuat bingung karena disana ada sebuah kotak persegi berbalut pita berwana Biru.

Ara meraihnya dan membukanya. Di dalamnya ada sebuah cokelat dan sepucuk surat sepertinya.

"Ehem. Cieee... dari siapa tuh?" goda Era sambil menaik-turunkan alisnya. Ara hanya mengedikkan bahunya lalu dia membuka kertas berwarna biru itu.

Hai!

—Bluesea

Hanya itu yang tertulis di kertas itu. Siapa yang memberikannya? Ara pun hanya tersenyum sambil memasukkannya ke dalam tasnya. Akan dia makan nanti saja, pikirnya.

Ara mengambil buku gambar dan peralatan tulisnya. Ara mulai menggambar sesuatu yang ada dalam otaknya sekarang. Membuat Era malas. Jika sudah begini, dia pasti akan terabaikan.

"Gambar terussss...," sindir Era sambil mencebikkan bibirnya.

Ara tidak peduli. Dia masih saja menggambar sampai akhirnya bel masuk berbunyi. Semua murid langsung masuk ke dalam kelas masing-masing.

Sagara pun juga langsung masuk setelah dari toilet tadi. Dia tersenyum pada Ara saat melintasi meja Ara.

Tak lama kemudian,guru mereka masuk. Lama sekali rasanya menunggu waktu istirahat. Para murid bahkan sudah ada yang tidur dengan menelungkupkan wajahnya di meja.

Sagara terus memandang punggung Ara dari belakang. Rambutnya lurus sebahu yang dia biarkan terurai. Sangat indah.

Saat sedang menatap Ara, tiba-tiba pundaknya ditepuk oleh Dito. Membuatnya terlonjak kaget.

"Ngelamun mulu sih lo? Lihatin apa?" tanya Dito sedikit berbisik.

Sagara tersenyum tanpa menoleh. "Lagi lihat masa depan gue," jawabnya.

Dito terkekeh. "Siapa?" Dito mengikuti arah pandang Sagara, dan membuatnya melongo. "Jangan bilang lo suka sama Ara!" pekiknya.

"Emang kenapa?" tanya Sagara menoleh.

SagaraWhere stories live. Discover now