EMPATPULUH TIGA

134 16 0
                                    

Yooran berdiri di depan pintu dengan tulisan genius lab di depannya. Ia menunduk kearah keset kaki bertuliskan ‘Go Away’ lalu mendecak kecil. Ia menekan bel di samping pintu sambil menenteng sekotak ayam yang dipesan oleh sang pemilik ruangan. Oppanya itu benar-benar tidak ingin diganggu saat sedang bekerja hingga studionya diberi password yang entah berapa angkanya.
Yooran kembali menekan bel berkali-kali. Ia mendecak kesal karena diabaikan.

“Jika tidak dibuka, akan aku makan ayam Oppa!” Teriak Yooran kesal.

Pintu terbuka. Yoongi menguap lebar sambil kembali berjalan menuju kursi yang ada di depan monitor komputer besarnya. Yooran masuk, masih dengan wajah kesal. Matanya mengitari ruangan yang tampak maskulin dengan tema hitam dimana-mana. Tidak ada warna lain selain warna hitam. Hanya tuts keyboard yang berwarna putih yang menjadi pembeda diruangan itu.

Yooran meletakkan ayam di salah satu meja dekat sofa panjang yang ada di dekat pintu. Matanya masih sibuk menelisik ruangan super privasi milik Min Suga PDnim itu.

“Jadi seperti ini studio untuk membuat lagu.” Celetuk Yooran dengan polos. Ia menghampiri Yoongi yang masih tampak sibuk dengan komputernya.

Yooran mengernyitkan dahi, ia tidak mengerti apapun yang tertera di layar komputer sementara Yoongi masih sibuk menekan mouse komputer dengan wajah serius dan headphone besar menyumpal telinganya.

“Woah…” Mulut Yooran sedikit ternganga melihat pekerjaan yang lebih rumit daripada mengaudit laporan keuangan yang biasa ia lakukan. Yooran menepuk pundak Yoongi. Yoongi hanya melepas headphonenya sambil terus fokus kearah komputer.

“Boleh aku dengarkan pekerjaan Oppa?” Pinta Yooran.

“Ini belum selesai.”

“Kapan akan selesai? Aku ingin mendengarnya.”

“Jika kau tidak menggangguku, ini akan selesai dengan segera.”

Yooran cemberut. Ia memukul kecil bahu Yoongi dan berjalan menuju keyboard yang berada di salah satu sudut ruangan tak jauh dari tempat ia berdiri. Ia menekan beberapa tuts sembarangan.

“Jangan disentuh.” Sergah Yoongi.
Yooran kembali cemberut. Bahkan setelah 9 tahun berpisah, pria itu masih saja menyebalkan. Yooran kembali menekan tuts, kali ini dengan tempo cepat. Ia menekan tuts dengan cepat dan diakhiri dengan suara yang cukup keras akibat menekan tuts dengan kedua telapak tangannya.

“Hei! Kau ini!” Yoongi merengut kesal menatap Yooran.

“Jika rusak, Oppa bisa beli yang baru.” Ucap Yooran seraya melenggang menuju sofa dan mendudukkan pantatnya dengan kasar disana. Ia duduk bersidekap sambil menatap sang Oppa yang masih sibuk dengan komputernya.

“Ku kira Oppa akan menjadi pemain piano. Ternyata seorang produser.” Yooran kembali teringat tentang masa lalu. Dulu, Yoongi sangat suka main piano. Appa mereka bahkan mengundang guru khusus untuk mengajari putra tertuanya itu bermain piano hingga handal.

“Apa bedanya? Sama-sama bermain musik kan?” Yoongi beranjak bangkit dan berjalan menuju sofa dan duduk disamping Yooran. Ia dengan cepat meraih bungkusan ayam dan membukanya. Dengan cepat ia mengambil satu potong ayam dan segera melahapnya.

“Yang pedas itu untukmu.” Ujar Yoongi sambil menunjuk potongan-potongan ayam berwarna merah yang bersebelahan dengan potongan ayam rasa original miliknya.

Yooran tak menggubris. Hanya terus mengitari seluruh ruangan yang tak berwarna itu.

“Bagaimana denganmu. Kau ingin jadi disainer kan? Kenapa malah mengambil jurusan bisnis?” Tanya Yoongi seraya mencomot potongan ayam keduanya.

“Beruang itu yang memintaku.” Jawan Yooran sambil memutar bola mata malas.

“Beruang itu berpikir kesuksesan adalah saat dimana kau bekerja di perusahaan besar, bekerja dari pagi sampai sore dan mendapat gaji bulanan. Sangat berbeda dengan pemikiran Appa yang selalu bilang bahwa menjadi apapun bisa menghasilkan kesuksesan.” Sambung Yooran. Ia ikut mencomot satu ayam dengan bumbu kemerahan itu.

“Kau masih semester dua kan?”
Yooran mengangguk.

“Berhenti saja.”

Yooran terkekeh pelan lalu melirik sinis Yoongi, “Kau ingin aku dibunuh beruang itu? Kau pikir uang kuliah di kampus itu seharga ramen instan apa?”

“Aku akan menggantinya. Hanya uang kuliah kan? Lagipula uang jajan dan biaya lainnya Eomma yang membayar. Jika hanya itu, aku bisa mengembalikannya sepuluh kali lipat.” Yoongi meletakkan tulang sisa ayam di atas plastik pembungkus ayamnya tadi. Ia menatap intens Yooran.

“Ayolah. Ini bukan mimpi mu. Ini bukan hal yang kau inginkan. Jika aku jadi kau, aku tidak akan melakukan apapun yang tidak aku sukai. Ini hidupmu, kau yang berhak memutuskan apapun, bukan si beruang gila itu.” Lanjut Yoongi. Ia dan Yooran menjuluki Appa tiri mereka dengan nama beruang karena bentuk tubuhnya yang gempal mirip beruang.

Yooran menghentikan makannya dan meletakkan ayam yang masih sisa setengah ketempatnya semula. Ia menatap Yoongi lekat-lekat. Ini pembicaraan pertama didalam hidupnya yang membahas tentang apa yang dia inginkan, bukan apa yang harus dia lakukan. Yooran terdiam sambil menghela nafas panjang.

“Aku tidak yakin.” Yooran menggeleng pelan, “Aku tidak siap.” Lanjutnya.

“Kenapa tidak. Kau tidak pernah memutuskan apapun sejak lama, buatlah keputusanmu sendiri sekarang.”

Yoongi meraih tangan Yooran dan menggenggamnya erat, mata mereka bertatapan dengan sangat intens.

“Min Yooran, dengarkan aku. Ini bukan yang kau inginkan. Kau hidup dijalan yang ditentukan oleh orang lain. Mungkin awalnya kau akan merasa baik-baik saja, namun kau akan menyesal ditengah nanti. Percayalah padaku. Appa tidak pernah mengajarkan kita untuk hidup diatas kehendak oranglain kan?”

Yooran terdiam, ia menunduk dalam.

“Persetan dengan si beruang tamak itu. Jika uang yang ia inginkan, akan aku berikan.” Lanjut Yoongi dengan nada bicara penuh penekanan.

“Bisakah kita membawa Eomma keluar dari tempat itu?” Ucap Yooran lirih.

Yoongi terdiam. Ia menarik nafas panjang dan memejamkan matanya sebentar.

“Oke, ayo buat Eomma keluar dari sarang beruang itu. Aku berjanji akan membawanya keluar dari sana dan hidup bersama kita.
Kita akan hidup bersama dan bahagia seperti dulu. Aku berjanji.”

My Spring Day |Kim Taehyung| [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang