2. Pemuja Rahasia

23 7 0
                                    

*

Dan biarkan aku jadi pemujamu
Jangan pernah hiraukan perasaan hatiku
Tenanglah, tenang, pujaan hatiku, sayang
Aku takkan sampai hati bila menyentuhmu

*

"Gilaaaaa! Lega banget rasanya kerja rodi satu bulan ini berakhir."

Luna menjatuhkan badannya di kursi kerja andalannya seraya merenggangkan seluruh tubuhnya yang terasa remuk. Naya mengikuti Luna dan melakukan hal yang sama.

Satu bulan ini memang merupakan momen yang sangat hectic bagi mereka yang terlibat langsung pada peluncuran aplikasi baru dari perusahaan ini. Naya yang hanya sebagai intern saja merasakan seluruh energinya seperti terserap habis, bagaimana rekannya yang lain yang memang sudah berstatus sebagai pegawai tetap dan memiliki tanggung jawab yang lebih besar.

Meskipun lelah, Naya juga merasa sangat senang saat ini. Untuk pertama kalinya ia bisa ikut berkontribusi dalam peluncuran suatu aplikasi yang benar-benar akan digunakan oleh masyarakat luas. Segala rasa lelahnya seakan terbayarkan ketika ia tahu hasil dari pekerjaannya digunakan oleh banyak orang dan dapat membantu merrka. Ya walaupun pekerjaannya belum terlalu banyak jika dibandingkan rekan kerja lainnya.

"Eh, Nay. Nanti lo ikut kan, ya? Makan-makan sama seluruh tim plus Pak Bos." Tiba-tiba saja Luna sudah merangsek dari balik komputer yang berada di meja kerja Naya dengan wajah yang penuh penasaran.

Naya memutar bola matanya malas. "Ya menurut lo aja, Mbak. Masa iya gue menyia-nyiakan momen bareng Pak Bos kaya gini?"

Luna menaggung-angguk setuju. "Bener juga, ya. Patut dicurigai kalau lo gak ikut ke acara nanti malam."

Naya menjentikkan jarinya, tanda membenarkan ucapan Luna.

"Congrats semuanya!"

Tiba-tiba suara riuh yang diikuti oleh tepukan tangan beberapa orang memenuhi ruangan yang awalnya sunyi senyap. Aidan, Tommy, Mikkel, dan Chandra adalah tersangka dari keriuhan tersebut. Keempat lelaki itu berjalan ke arah Naya dan Luna, yang mana memang merupakan tempat dari tim mereka biasa bekerja. Selain Luna dan Naya, sebanarnya sedari tadi juga sudah ada Surya dan Firman. Hanya saja tempat kerja keduanya berada di paling ujung dekat jendela, sedangkan Luna dan Naya berada di ujung lainnya yang lebih dekat dengan pintu masuk ruangan.

"Pak Bos menyampaikan terima kasih buat kalian yang udah mau bekerja ekstra demi kelancaran peluncuran app hari ini. Beliau senang banget karena target yang diberikan bisa terpenuhi dan belum ada kendala berarti sejauh ini," ucap Aidan seraya berdiri di depan meja kerjanya, yaitu tepat di sebelah kiri Naya.

"Jangan lupa nanti malam kita ada makan-makan bareng Pak Bos ya. Jangan sampai gak ikut," lanjutnya lagi sebelum mendudukkan tubuhnya di kursi kebesarannya.

Semua orang mengacungkan jempolnya tanda mengerti. Naya yang mulai penasaran sedikit memutar kursinya agar ia bisa menghadap Aidan dengan lebih jelas.

"Memangnya mau makan-makan dimana, Mas?" tanyanya penasaran.

Aidan melirik Naya sekilas, "Mana saya tahu. Yang nentuin kan Bayu sendiri. Kamu tanya saja sana sendiri kalau penasaran."

Naya cemberut. Jawaban Aidan sangat tidak memuaskan. Padahal ia sudah ingin membayangkan suasana seperti apa yang akan ia hadapi bersama dengan Pak Bos pujaan nanti malam. Ya walaupun bukan makan malam romantis yang hanya melibatkan mereka berdua. Setidaknya Naya dan Bayu akan berada di satu restauran yang sama dan makan di satu meja yang sama. Membayangkannya saja sudah membuat Naya tidak sabar.

The AmbitionWhere stories live. Discover now