Part 8

113K 14.9K 1.2K
                                    

Bagi para pekerja kantoran sepertiku bahagia itu sederhana. Itu adalah momen ketika pertama kali membuka mata di pagi hari dan benakmu menyadari kalau kamu tak perlu buru-buru mandi dan bisa bergelung di tempat tidur hingga matahari semakin tinggi. Wow, itu perasaan yang sangat menakjubkan.

Seperti hari ini, aku membuka mata dan menyadari kalau hari ini adalah hari Sabtu pagi, yang artinya  weekend telah tiba. Untuk sejenak aku bisa terbebas dari rutinitas yang sama, kesempatan untuk melepaskan penat setelah lima hari bekerja.

Aku menguap lebar, udara AC yang dingin membuatku semakin merapatkan selimut. Jam di dinding baru menunjukkan pukul setengah enam. Kebiasaan bangun pagi memang sulit diubah, tapi tidak dengan kebiasaan mandi pagi.

Saat libur begini aku paling malas mandi pagi, apalagi kalau nggak ada janji yang harus kutepati. Biasanya aku hanya akan cuci muka dan sikat gigi lalu lanjut bermalas-malasan di tempat tidur sampai siang sambil menonton acara masak di televisi, ditemani sepotong roti dan secangkir kopi. It's heaven.

Weekend sebelumnya, saat menjelang siang barulah Yudha biasanya datang menjemput dan kami akan keluar makan siang dilanjutkan dengan nonton film atau hanya sekedar jalan-jalan di mall. Tapi tentu saja itu nggak akan terjadi di weekend kali ini, karena ini adalah weekend pertama aku menyandang status jomblo setelah delapan tahun selalu punya pasangan.

Rasanya aneh, tapi di saat yang sama aku juga merasakan sebuah sensasi baru, pertama kalinya aku akan punya waktu untuk diriku sendiri. Dan me time versiku adalah mencoba berbagai macam resep kue. Sayangnya jarang sekali ada waktu luang untuk melakukan itu. Sejak kecil aku suka makan kue dan sangat suka nonton acara baking di televisi sampai-sampai pernah punya cita-cita ingin jadi pastry chef yang terkenal.

Saat ini acara televisi sedang menayangkan proses pembuatan muffin coklat yang terlihat sangat cantik dengan taburan butiran coklat yang menggiurkan. Niatku langsung tergugah untuk mencoba membuatnya tapi sayang aku belum punya bahan-bahannya dan sedang malas beranjak keluar rumah untuk membeli bahan yang dibutuhkan.

Aku sedang menimbang-nimbang hendak menggunakan jasa ojek online untuk membeli bahan saat handphoneku berdering. Aku mengambilnya dan terpaku melihat nama yang tertera di layar. Bapak Direktur Marketing yang terhormat.

Ngapain dia nelepon di saat weekend begini? Jangan bilang dia akan menanyakan progress proses produksi amoxicillin, atau menambah beban produksi dengan memberikan orderan baru. Aku langsung bergidik membayangkannya.

"Pagi, Pak," sapaku sopan saat sudah menerima panggilan.

"Ini sudah siang, Ra," suara beratnya terdengar di seberang.

Aku melirik jam dinding dan ternyata memang sudah hampir jam dua belas. Wow, waktu sungguh nggak terasa saat sedang malas-malasan.

"Eh iya, sibuk dari tadi sampai nggak kerasa kalo udah siang," kilahku.

"Oh ya? Sibuk apa?" Tanyanya.

"Ya sibuk ini itu, cuci baju..." Aku menatap keranjang pakaian kotor yang masih penuh.

"Rapiin rumah..." Aku memandang tempat tidur yang masih berantakan dan lantai yang belum disapu.

"Wah, maaf deh kalo ganggu, tapi sekarang saya ada di bawah nih," balasnya santai namun membuatku melongo. Ngapain Pak Abhi datang ke apartemenku?

"Saya bawain makan siang," ucapnya seakan bisa membaca pikiranku.

"Mama saya hari ini masak rendang, kemarin kamu bilang suka makan daging rendang, jadi saya pikir saya saya bawain kamu. Sekalian kita makan siang bareng," lanjutnya lagi.

Amoxylove (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang