Zero-Sum Love - Safest Place 1/2

9K 1.3K 63
                                    

Kota ini beda jauh dengan yang terakhir Rhea ingat. Dulu ketika pertama mereka ke sana saat SMA, mobil yang lalu lalang lebih sedikit dari sekarang.

Kereta, sebutan motor yang digunakan orang-orang di sana, lebih sering digunakan sebagai sarana transportasi ketimbang mobil. Atau yang paling sering digunakan adalah sepeda ontel.

Jarak rumah satu dengan yang lainnya jauh, lebih dari lima meter, terkadang ada bangunan yang menyerupai rumah tetapi tanpa jendela tempat mereka memakamkan keluarga yang berada persis di samping rumah.

Setahunya, warga di sana dimakamkan dengan dua cara, dikubur atau petinya disimpan di tempat itu, biasanya dimakamkan bersama dengan keluarga besar dan dibuat bertingkat bangunannya agar dapat memuat banyak peti, ini biasanya untuk yang mengawetkan mayatnya.

Persis seperti rumah nenek dari Nadi yang  dia panggil ompung. Seingatnya dulu neneknya dimakamkan di samping rumah, makam keluarga katanya. Makam dan rumah itu hanya dipisahkan oleh kebun ubi yang berjarak satu meter.

Mereka berempat baru saja sampai di depan rumah neneknya Nadira. Masih sama seperti dulu, bagian depan rumahnya berjarak lebih dari lima meter dari jalan raya yang di isi dengan pasir-pasir putih. Dulu, ini diisi oleh ubi jalar.

"Sepi, lo yakin dia di sini?" Farras membuka suara, dia bergidik ngeri saat melihat makam.

"Lo jangan berisik sama jangan ngomong sembarangan, disamperin leluhurnya Nadi baru tahu rasa lo." Rhea menggunakan kesempatan ini untuk menakut-nakiti Farras yang sangat penakut, setidaknya itu bisa membuat dia lebih menjaga sikapnya.

Sementara itu Damayanti mendekati rumah dan mengintip ke dalam melalui kaca saat mendengar suara anak kecil di dalam sana. "Ada suara Himeka." Serunya.

Kedua orang lainnya mendekat kecuali Farras yang sudah siap kabur, "Yakin lo itu suara Hime?"

"Cemen." Ejek Damayanti, "Beneran suara Hime."

Rhea lalu mengetuk pintu itu beberapa kali, "Nadi? Hime?" Panggilnya.

Tidak ada jawaban dan dia berusaha lagi memanggil kedua orang itu.

"Rhe, jendela samping kebuka, nih." Janu memanggilnya dari samping rumah dan Rhea mendatangi tempat itu. Benar jendelanya terbuka, tidak ada teralis, hanya gorden berwarna putih lusuh dan juga merah padam.

"Dam! Ras! Sini!" Teriaknya dan mendapatkan balasan dari Farras.

"Ogah gue ke situ! Itu jendela depannya makam persis, Rhea!"

"Gak bisa masuk." Ujarnya setelah berusaha mengangkat badannya agar bisa masuk rumah melalui jendela. Dia menatap Janu yang kini sudah mendengkus lalu menjatuhkan dua lutut dan tangannya ke tanah agar wanita itu bisa menjadikannya pijakan.

Belum sempat dia memasuki jendela sudah terdengar teriakan.

"MALING!"

28/7/20

Repubnya cukup sampai di sini ya. Ceritanya sudah tamat sejak 2020. Bisa dibaca di Lontara.app (ios dan android) atau baca cerita lain yang sudah tamat dan masih lengkap di wp

app (ios dan android) atau baca cerita lain yang sudah tamat dan masih lengkap di wp

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Zero-sum Love (REPUB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang