Romantisme Di Musim Gugur

1.1K 47 7
                                    

Azzalea mencondongkan tubuhnya ke dekat cermin. Ia tengah berusaha memasang anting mutiara di telinga kirinya. Gadis muda itu sudah bersiap diri sejak dua jam yang lalu. Memakai riasan wajah natural. Rambut hitam panjangnya di sanggul model vintage rolls.

Di lehernya tergantung seuntai kalung mutiara berwarna senada dengan antingnya. Mengenakan gaun beludru panjang tanpa lengan warna merah marun dengan potongan kerah V yang cukup rendah. Memperlihatkan sedikit belahan dadanya yang ranum. Kedua tangannya terbalut sarung tangan hitam yang panjangnya hampir mencapai siku. Sepasang kakinya sedari tadi berusaha tetap stabil berdiri di atas stiletto hitam.

Ia melakukan ini karena sang tuan muda Raegan Maxwell mengajaknya pergi berkencan. Layaknya kelopak sakura yang bermekaran, hatinya pun berbunga - bunga. Ini adalah kencan pertama mereka. Azzalea benar - benar tidak ingin mengacau di hari bersejarah ini. Bahkan tidak boleh ada yang luput atau kurang sedikitpun. Sebagai wanita, ia ingin tampil maksimal di depan kekasihnya.

Jam 8.00 malam waktu kota New York, Luke tiba di teras utama rumah. Memarkirkan mobil dan menunggu Azzalea. Tak berselang lama gadis itu muncul, berjalan anggun sambil menenteng clucth hitam di tangannya. Luke segera membukakan pintu.

"Selamat malam nona," sapa Luke seraya mengangguk singkat.

"Selamat malam," balas Azzalea sembari tersenyum tipis.

Ia melangkah masuk ke dalam kabin belakang mobil. Lantas Luke menutup pintunya. Menyalakan mesin dan melajukan mobil menuju Midtown Manhattan.

Sepanjang perjalanan mereka saling diam, canggung dan kaku. Azzalea tidak dekat dengan asisten pribadi Raegan karena mereka belum saling mengenal. Ditambah lagi Luke adalah orang yang memberikan obat bius padanya di acara gala dinner malam itu. Wajar saja Azzalea masih berhati - hati terhadapnya.

Beberapa saat kemudian...

Suasana tampak sangat sepi tatkala Azzalea datang ke restoran Le Bernardin. Meja - meja bertaplak putih berbaris rapi. Panjang taplak meja itu sampai menjulur ke lantai dan di atas setiap meja terdapat vas bunga. Namun, tidak ada seorang pun yang duduk di sana selain tuan muda Raegan yang berada di balik meja bagian tengah ruangan.

Pria itu kelihatan tampan dalam balutan jas hitam. Penampilannya semakin elegan dengan dasi kupu - kupu berwarna sama. Ia duduk tegak sembari memegang gelas tinggi dengan tangkai yang panjang berisi white wine. Sorot matanya membidik Azzalea yang berjalan ke arahnya. Memperhatikan lekat - lekat gadis itu dari atas hingga bawah. Lalu pandangannya naik ke atas lagi. Gadis itu benar - benar nampak anggun malam ini.

Raegan berdiri, menghampiri Azzalea yang sudah berada di dekat mejanya.

"Selamat malam, sayang." Raegan bersuara lembut sambil mengulurkan tangannya. Binar matanya teduh menatap sang juwita hati.

"Selamat malam tuan." Azzalea tersenyum menyambut uluran tangan Raegan.

Raegan yang sudah memegang tangan Azzalea, melangkah merapati gadis itu. Lalu,

Cupp...

Ia mencium pipi Azzalea dan berbisik mesra di telinganya.

"Kamu cantik sekali, sayang."

Sontak saja pipi gadis itu merah merona, malu mendengar pujian Raegan. Ia pun menundukkan kepala.

Raegan menarik kursi untuk kekasihnya dan mempersilahkannya duduk.

"Silahkan duduk, sayang."

"Terima kasih tuan."

Mereka duduk saling berhadapan. Kemudian seorang pelayan pria datang, memberikan buku menu restoran pada keduanya.

Umpan Sang Penguasa Where stories live. Discover now