BAB 17 : Aku Melihatmu Berdiri Di Sana

541 42 2
                                    

Sepulangnya dari salon, Azzalea keluar mobil dengan membawa banyak tas belanja. Disertai Raegan yang juga turun dari mobilnya. Melihat majikannya pulang, beberapa pelayan datang ke teras utama rumah.

"Selamat datang tuan muda," sapa mereka kompak.

"Tolong bantu bawakan tas belanja ini ke kamarnya." Raegan menunjuk tas belanja yang dipegang Azzalea dengan gerakan kepalanya.

"Baik tuan muda."

Para pelayan tadi mengambil tas belanja tersebut, membawanya ke kamar Azzalea.

"Masuklah, aku harus pergi ke kantor sekarang," kata Raegan datar pada Azzalea.

Azzalea mengangguk dan tersenyum. Masuk ke dalam rumah menuruti perintah Raegan. Sementara Raegan kembali masuk ke dalam mobilnya. Pergi ke gedung perusahaan Maxwell Group.

----

Banyak tas belanja menumpuk di atas ranjang Azzalea. Sebagian lagi ada di atas karpet lantai. Azzalea antusias melihat semua itu. Seperti anak kecil yang menerima begitu banyak hadiah, ia tak sabar membuka satu persatu tas belanja. Ingin mengetahui isinya.

Kedua tangannya sibuk membentang gaun - gaun indah dengan berbagai macam warna. Mulai dari warna terang, pastel hingga warna gelap. Matanya berbinar melihat sepatu - sepatu dan tas yang menawan. Dan beberapa tas belanja membuat Azzalea geli hingga tertawa terpingkal - pingkal di dalam kamar. Itu karena isi dari tas belanja itu adalah bra dan celana dalam wanita. Raegan memilih banyak warna gelap dan warna pastel ketimbang warna terang. Bahkan ia memilih bra yang berenda. Azzalea mengambil satu dari bra itu. Meraba kain bagian dalamnya. Sangat halus dan lembut. Pakaian dalam ini pasti harganya mahal, pikir Azzalea.

Tuan muda Raegan, bagaimana ku jelaskan rasa maluku karena pakaian dalam ini? Tapi aku juga berterima kasih padamu untuk yang lain. Sebagai yatim piatu dengan kondisi yang kurang mampu. Aku belum pernah menerima hadiah seperti ini dan sebanyak ini sebelumnya. Terima kasih telah membuatku sempat merasakannya. Azzalea membatin.

Beberapa saat setelah makan malam...

Azzalea memberanikan diri untuk menemui Raegan di ruang kerjanya. Ya, ia berniat untuk mengucapkan rasa terima kasih secara langsung.

Setibanya di sana, gadis itu melihat Raegan yang tengah sibuk dengan pekerjaannya. Awalnya ia ingin mengurungkan niatnya, takut kedatangannya akan mengganggu. Ia akan berbalik arah namun,

Tok.. Tok.. Tok..
Suara ketukan di pintu.

Azzalea memutuskan untuk tetap menemui Raegan. Sang tuan muda yang melihat Azzalea berdiri di ambang pintu segera meletakkan penanya. Meletakkan kedua tangannya di atas meja. Jemarinya saling bertaut.

"Masuklah." Raegan memberi izin.

Azzalea mengangguk singkat, lantas berjalan masuk ke dalam ruang kerja Raegan.

Malam ini ia menggenakan gaun putih pemberian Raegan. Gaun dengan potongan kerah V yang agak rendah. Keseluruhan gaun itu berwarna putih polos, hanya bordir yang memberikan sentuhan variasi pada gaun. Panjang gaun yang sedikit tinggi di atas lutut membuat kaki jenjang Azzalea tersingkap saat berjalan. Memperlihatkan kulit kakinya yang lembab dan kencang.

Sorot mata Raegan menatap lekat sosok gadis yang sedang berjalan ke hadapannya. Pandangannya merayap dari kaki naik ke lutut. Melewati paha dan sampai ke bagian tubuh gadis itu. Lalu pandangannya berhenti pada paras indah yang terbingkai rambut coklat panjang yang tergerai. Ketika Azzalea berjalan, rambutnya juga ikut bergoyang seirama dengan langkah kakinya. Secuilpun tak ada yang luput dari sorot mata Raegan yang jeli. Raegan mengedipkan mata sekali, lalu menatap fokus gadis itu lagi.

Umpan Sang Penguasa Where stories live. Discover now