BAB 15 : Sesuatu Di Hatimu

524 48 2
                                    

Tuan muda Raegan yang telah rapi dengan setelan jas eksekutif warna merah marun berjalan keluar kamarnya menuju ruang makan. Langkah kakinya pasti menapaki lantai.

Sementara itu di ruang makan ada tiga orang pelayan yang sudah menunggu kedatangan sang tuan muda. Di atas meja makan bertaplak putih telah tertata apik menu sarapan klasik ala negeri paman Sam. Quiche, oatmeal, scrambled egg, muffin blueberry, omelet, hashbrown dan pancake. Seteko teh daun raspberry dan segelas susu segar. Di tengah meja elok berdiri sebuah vas berisi sebuket bunga baby's breath. Jendela di ruang makan terbuka lebar. Udara segar yang berhembus dari kebun bunga masuk ke dalam ruangan. Suasana pagi hari di rumah tuan muda Raegan begitu tentram dan damai.

Begitu sosok Raegan muncul, salah satu pelayannya langsung bergerak sigap menarik kursi. Ia pun bersemayam di pagi yang tenang sembari menikmati sarapannya. Mengunyah makanan dengan ritme yang teratur. Selesai makan pilihannya jatuh pada segelas susu segar untuk mengaliri dahaganya. Lalu mengambil selembar tisu, menyeka tiap ujung bibirnya.

Sang tuan muda yang telah selesai sarapan menoleh pada tiga orang pelayannya, lantas berkata,

"Ada tamuku yang sedang tidur di kamar tamu. Kalau dia sudah bangun tolong kalian kabari aku."

Tiga pelayan itu mejawab serempak dengan kepala menunduk, "Baik tuan."

Saat itu Luke, asisten tuan muda Raegan menyambangi kediamannya.

"Selamat pagi tuan muda," sapa Luke seraya membungkuk sebentar.

"Pagi Luke," Raegan menoleh.

"Bisa kita berangkat ke kantor sekarang tuan?"

"Ya, ayo kita berangkat."

Raegan bangkit dari duduknya. Berjalan mendahului Luke di depan. Begitu mereka berdua tiba di mobil sedan mewah sang tuan muda, Luke segera membukakan pintu kabin belakang. Bahkan saat masuk ke dalam mobil, gerakan Raegan tetap anggun dan berkelas. Mobil itu pun melesat pergi ke gedung perusahaan Maxwell Group.

Beberapa jam kemudian...

Raegan yang berada di ruangan kantor CEO Maxwell Group terlihat kurang tenang sekembalinya ia dari luar untuk makan siang. Ia mengangkat tangan kirinya, melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan. Jarum jam sudah menunjukkan waktu tengah hari, tepatnya pukul 1.00 siang. Namun sampai detik ini, pelayan di rumahnya sama sekali belum memberi kabar perihal Azzalea.

Ia berinisiatif menelepon ke rumahnya. Bertanya tentang Azzalea pada pelayannya.

"Selamat siang tuan muda," salam seorang pelayan pada majikannya.

"Apa tamuku sudah bangun?" tanya Raegan sedikit antusias.

"Maaf tuan muda, tamu anda belum keluar kamar sampai sekarang. Kami tidak berani masuk ke dalam kamar tanpa perintah dari tuan," jawab pelayan.

Raegan merasa heran mendengar jawaban pelayannya, hari sudah siang tapi Azzalea sama sekali belum keluar kamar.

"Tolong masuk ke dalam kamar dan periksa keadaan tamuku. Apakah dia baik - baik saja," titah Raegan.

"Baik tuan, akan saya laksanakan sekarang."

Raegan pun menyudahi percakapannya, menunggu kabar Azzalea dari pelayannya.

----

Di rumah pribadi Raegan...

Pelayan wanita yang tadi menerima perintah Raegan mengetuk pintu kamar tamu yang ditempati Azzalea. Namun sampai tiga kali ketukan, tidak ada sahutan dari dalam. Perlahan pelayan tersebut memutar gagang pintu dan membuka pintu kamar. Ia melongokkan sedikit kepalanya ke dalam lalu berkata,

Umpan Sang Penguasa Where stories live. Discover now