Keyra menyeret tungkai panjangnya menuju kelas. Sepanjang perjalanan banyak pasang mata yang tertuju padanya. Beberapa siswi terutama kakak kelas melayangkan tatapan tak suka, mungkin karena wajah Keyra yang terlihat datar dan angkuh. Sementara murid laki - laki di sana tampan kagum dengan kecantikan gadis itu.
Keyra memilih tak memperdulikan mereka, ia terus melangkah dan menatap lurus ke depan. SMA Angkasa ini sedikit berbeda dari kebanyakan sekolah di mana kelas 10 berada dilantai 2, dimana menuju kesana harus melewati kelas 11 dan 12 terlebih dahulu.
"DOR," teriak seseorang sembari memegang bahu Keyra dari belakang, berusaha mengejutkan gadis itu. Keyra berbalik guna melihat sang pelaku lalu menemukan Alya yang justru cengengesan tanpa rasa bersalah. Gadis itu melayangkan tatapan menusuk, membuat Alya merubah air muka menjadi serius.
"lo biasa aja dong natapnya. Serem tau," ucap Alya bergidik ngeri. Keyra memutar bola mata malas, wajahnya kembali datar seperti biasa. Gadis itu melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda karena Alya, teman sebangkunya itu mengekori di belakang.
"Key, gue minta nomer Reihan dong," ujar Alya. Keyra yang baru saja hendak menaiki undakan tangga pertama seketika menghentikan langkah, dengan cepat menoleh pada gadis di samping kanannya.
"Buat apa?"
"Ya buat dihubungin lah, biar gue bisa deketin dia. Yah yah... bagi ke gue ya," pinta Alya. Ia tersenyum, menetap Keyra penuh harap.
Keyra mengalihkan pandangan ke depan, kembali menaiki tangga satu persatu. Ia menggeleng pelan, "minta sendiri ke dia."
Alya mendengus, berjalan mendahului Keyra lalu berdiri di hadapan gadis itu. Ia merentangkan tangan, menghalangi jalan Keyra. "Ihh, Key. Lo bilang kemarin mau bantuin gue kan, please lah."
Keyra berdecak, teman. sebangkunya itu pasti akan mengungkit perihal bantuan yang ia janjikan terus menerus "Iya. nanti gue send."
"Yes, thank you, Key," seru Alya kegirangan. Ia melompat hendak memeluk Keyra namun gadis itu dengan cepat menghindar. Alya mengerucutkan bibir sebal karena penolakan Keyra, kemudian segera menyusul gadis itu menuju kelas.
***
Keyra dan Alya berjalan menuju kantin. Seperti biasa, Alya selalu memaksa dan tak akan berhenti merengek jika gadis itu tak menurutinya sehingga Keyra hanya bisa pasrah saat dirinya di seret ke tempat ini.
Ditengah perjalanan, suara seseorang yang memanggil nama Keyra menghentikan langkah mereka. Baru saja Keyra berbalik, tubuhnya sudah terbentur dada bidang seseorang.
"Key, Rei lulus seleksi. Sekarang Rei jadi anak basket disini," kata Reihan senang setelah melepaskan pelukannya. Wajah pemuda itu berseri-seri, matanya menyipit hingga hanya tampak segaris karena tersenyum.
"Selamat kalo gitu," ucap keyra datar namun tak ayal dia tersenyum tipis.
Apa-apaan pake pelukan segala, batin Alya kesal melihat kedekatan kedua insan di depannya. Seperti ada sesuatu yang terbakar di dalam dirinya, Alya mengibas-ngibaskan tangan kanannya di depan wajah.
"Makasih Key, kalo gitu sekarang kita ke kantin. Biar Rei yang traktir," ajak Reihan lalu menarik tangan Keyra, meninggalkan Alya sendirian disana. Gadis itu melongo menatap kedua punggung yang mulai mengecil itu, bisa-bisanya ia dilupakan dan ditinggalkan begitu saja.
"Gue diabaikan? bangsat lo Key, padahal lo tau gue suka sama Reihan tapi lo malah kayak gini. Liat aja, gue bakal bikin Reihan jatuh cinta sama gue dan mengabaikan elu!" murka Alya.
Alya sebenarnya adalah gadis yang cukup berbahaya. Setiap keinginannya harus terpenuhi, tidak peduli dengan nasib orang-orang disekitar. Bagi Alya, kebahagiaannya adalah segalanya, tidak peduli jika harus menyakiti orang lain. Dia harus bahagia dengan segala hal yang ia punya, tidak peduli bagaimana cara mendapatkannya.
Alya duduk disamping Keyra yang tengah asik mendengarkan cerita Reihan, senyum tipis tercetak di wajah cantik gadis itu. Sekali lagi Alya berdecak kesal, sebelah tangannya mengepal erat. Cih ... lo bahkan gak merasa bersalah sedikitpun karna mengabaikan gue, Key.
"Kalian kok ninggalin gue sih." Alya akhirnya membuka suara, membuat Keyra dan Reihan menyadari keberadaannya.
"Ehh, Al. Sorry ya, gue tadi gak liat elo," aku Reihan sambil menggaruk tengkuk kikuk, ia sungguh tak menyadari kehadiran Alya tadi. Saat melihat Keyra, ia terlalu semangat ingin memberi tahu kelulusannya saat seleksi basket hingga tak memperhatikan sekitar.
"Iyalah gak liat, orang yang selalu lu liat itu ,Key," cibir Alya membuat Reihan sedikit meringis. Ia melayangkan tatapan permusuhan ke arah Keyra, namun yang ditatap justru terlihat santai dengan wajah datar andalannya.
"Al," tegur Keyra akhirnya. Ia merasa gadis itu tak seharusnya mengatakan hal demikian, seolah jika Keyra mengambil seluruh atensi Reihan padahal itu tidaklah benar.
Bukannya berhenti, Alya justru menatap sinis. "Apa? gue bener kan?"
"Sorry," ujar Keyra. Ia benar-benar tak ada niat mengabaikan gadis itu, Reihan yang tiba-tiba menariknya lah yang membuat ia mau tau mau mengikuti.
"Hm... yah, gue maafin. Tapi awas aja kalo lo berdua ngabaikan gue lagi." Alya menunjuk keduanya satu-persatu, lalu melipat kedua tangan di depan dada.
"Ya udah, mending sekarang lo pesen makanan. Gue yang traktir," kata Reihan sambil tersenyum yang membuat Alya luluh seketika.
Alya pun memesan makanan dan mereka memakan makanan dengan diselingi candaan. Lebih tepatnya, Alya dan Reihan lah yang bergurau karena Keyra hanya diam memperhatikan dan menyahut seperlunya. Keyra senang bisa melihat Reihan yang tersenyum dan tertawa seperti, walau bukan karenanya. Keyra harap Alya memang gadis yang tepat untuk bersama Reihan.
ESTÁS LEYENDO
Keyra's Style (REVISI)
Novela JuvenilTAHAP REVISI Cerita ini sebelumnya sudah pernah saya publish sebanyak 12 Bab di akun @aim_Key dengan judul My Childish Boyfriend __________-----___________ Tidak ada persahabatan murni antara laki - laki dan perempuan, perumpamaan itu nampaknya berl...
