Chapter 08. Petunjuk

Start from the beginning
                                    

"Kita Kakak-Adik tirian." Arsyad menjawab spontan.

"Kita sahabatan," timpal Jason.

"Lalu kenapa kalian lakuin ini? Kenapa? Main nggak ngajak-ngajak." Zoya ingin menarik dasi keduanya namun gagal. Arsyad mengibaskan dasinya ke belakang dan Jason langsung menggulungnya masuk ke dalam seragamnya.

"Lo rese kalau kesal." Jason mengeluarkan sebungkus lolipop dari dalam tasnya lalu mengulurkannya pada Zoya.

"Tch, gue nggak semudah it---"

"Ice cream-nya nanti siang nyusul," timpal Arsyad.

"Oke." Jari Zoya membentuk tanda Ok bertanda setuju. Merebut kemasan besar lolipop dari Jason. Melewati keduanya sambil menatap lolipopnya. Lumayan.

Zoya berjalan jauh di depan Jason dan Arsyad. Asyik memandangi satu bungkus lolipopnya dengan senyum tertahan. Sebenarnya Zoya masih kesal tapi ia tidak bisa marah pada keduanya, bukan karena sogokan Jason tapi memang ia tidak marah pada keduanya. Mereka sahabat sekaligus saudaranya. Sejak dulu mereka selalu di sampingnya dan terus bertahan dengan sifatnya yang menyebalkan. Menyebalkan? Kata orang seperti itu.

Zoya berhenti membuka kemasannya. Matanya membulat penuh binar melihat penampakan puluhan lolipop di dalam sana. Dari kemasannya Zoya bisa memastikan lolipop di tangannya bukan produksi Indonesia. Apa mungkin ini dari Singapura? Kemarin Jason bilang papanya akan pulang dari Singapura setelah beberapa hari mengikuti seminar di sana.

"Permisi."

Refleks Zoya mendekap lolipopnya menoleh ke sumber suara dengan wajah judes. Membawa lolipopnya ke belakang tubuhnya.

Sesaat pemilik suara itu terdiam menatap Zoya sebelum mengerjap. Ia meringis melihat gerak-geriknya yang menyembunyikan lolipopnya, 'tipe cewek pelit' batinnya.

"Mau nanya, ruang kepsek di mana?" tanyanya to the point.

Siswa baru!

Zoya sudah bisa menebaknya. Zoya menyelisik penampilannya, wajahnya cukup tampan, tidak! Hanya Orion yang tampan. Zoya menampik pikiran yang mengakui orang di depannya tampan. Kulitnya putih bersih, badannya tinggi tegap, seragam dan celananya melekat pas, sepatunya hitam berlogo centang putih, lengannya dihiasi dengan jam tangan hitam serta tas hitam menggantung di sebelah bahunya. Tipe siswa baru yang akan digemari oleh kuman-kuman Atlanta.

"Di sana!" Zoya menunjuk ke arah berlawanan dari datangnya orang itu. "Lo terus aja sampai dapat belokan sebelah kanan, naik tangga sampai lantai tiga, nah dari tangga belok kiri! Lo terus aja sampai mentok!"

"Ruang Kepseknya di situ?"

"Rooftop." Orang itu menatap Zoya bingung. Nanyanya apa jawabnya apa. "Kali aja setelah ini lo butuh udara seger," imbuh Zoya.

"Apa?"

"Ruang Kepseknya di sana!" Zoya menunjuk gedung sebelah kanannya, diikuti oleh orang itu. "Gedung kedua dari gedung itu."

"Sebelahnya ini?" tanyanya memastikan. Zoya mengangguk. "Kepseknya ada?"

"Jangankan Kepsek, semua jajaran di Atlanta ngumpul di sana, mulai dari Kepsek, guru, staff tata usaha sama makhluk halus juga ada. Pokoknya di sama paket komplit!" bebernya sebelum berbalik meninggalkan orang itu yang tercengang.

******

Kelas begitu ramai pagi ini. Bagaimana tidak jika semua penghuninya kini muncul dari peradaban setelah dua minggu mereka diliburkan. Jika tahun sebelumnya mereka akan dikejutkan dengan pergantian anggota kelas maka tahun ini mereka masih dengan anggota yang sama. Itu yang membuat mereka bahagia karena mereka tidak dipindahkan ke kelas lain. 

ZORION (Tamat)Where stories live. Discover now