New Story

7.4K 424 25
                                    

PROLOG

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PROLOG

"Cepat, Jade!"

Noah berseru pelan mengarahkan Jade melewati lubang pada tembok yang telah mereka hancurkan dini hari. Tidak terlalu besar, tapi bisa memuat tubuh kecil mereka. Mereka tidak mempunyai waktu untuk memperbesar lubang karena berlomba dengan terbitnya matahari, dan juga alat tidak cukup memadai. Bocah berusia lima belas tahun itu mendorong Jade yang kesusahan melewati lubang, walau Roan dan Asher membantu menariknya. Diantara mereka Jade cukup memiliki tubuh berisi.

"Sekarang giliranmu, Noah!" Roan mengintip Noah dari lubang seberang.

Noah bergegas menyusul ketiganya sebelum ada yang menyadari rencana mereka. Ia hendak membungkuk, selangkah lagi akan terbebas dari tempat sialan itu. Selama ini ia dan teman-temanya dikendalikan oleh para binatang berwujud manusia. Perasaan menggebu-gebu membuatnya persemangat, wajah tampannya dipenuhi dengan tekad kuat. Ia memang tidak tahu dunia luar seperti apa, tapi ia bisa memastikan kehidupannya akan lebih baik dari sebelumnya.

Drap!

Drap!

Samar-samar derap langkah terdengar. Refleks jantung Noah berpacu lebih cepat, wajahnya memucat panik buru-buru ingin melewati lubang yang terasa sesak untuknya. Sialan! Harusnya lubangnya muat, kenapa tiba-tiba sempit? Noah memaki dalam hati. Berusaha tetap melewati lubang itu. Ia tidak boleh tertangkap kalau tidak ingin mati.

"Ada yang datang, cepat tarik aku!" titahnya kalap dipatuhi oleh Jade, Roan dan Asher.

Glek!

Mendadak Noah mematung kala merasakan tarikan di ujung sweater hitamnya. Napasnya tercekat, keringat dingin menjalar ke seluruh tubuh, serasa nyawanya terongat dari tubuhnya tanpa tulang. Habis sudah! Noah benar-benar akan mati sebelum dijual.

Dengan gerakan kaku serta ekspresi masih syok, Noah memutar tubuhnya menghadap orang yang telah memergoki. Memastikan tubuhnya menutupi lubang itu agar teman-temannya tidak ketahuan. Noah memilih mencegat dan mengorban diri dari pada melihat teman-temannya ikut tertangkap. Setidaknya mereka tetap hidup dan menikmati kebebasan yang mereka dambakan selama ini.

Dalam keadaan tertangkap basah, Noah masih memberanikan diri melihat orang yang memergokinya dengan perasaan takut. Mau satpam atau pun pengurus panti, tetap saja Noah akan mati di tangan mereka. Ya, harusnya mereka yang memergoki. Tapi nyatanya bukan. Noah mengerjapkan mata beberapa kali memastikan sebelum tanpa sadar bernapas lega. Nyawanya selamat kali ini.

"Kamu kenapa di sini?" tanya Noah menekan kalimatnya, celingak-celinguk memastikan di sekitar mereka tidak ada yang melihat.

"Aku juga ingin kabur," jawabnya polos.

"Riche."

"Aku nggak mau dijual. Tolong bawa aku juga, Noah!" Gadis manis berambut digerai itu mendongak menatap memohon. Noah kelimpungan karena permintaannya yang tiba-tiba.

"Aku janji nggak nakal, aku akan nurut sama Noah, aku juga nggak akan nyusahin Noah, jadi tolong bawa aku, aku nggak mau dijual, aku takut." Gadis mungil berusia dua belas tahun itu menangkup kedua tangan, memohon, mata ambernya berkaca-kaca.

Noah mendesah kasar. Nasib mereka sama. Mereka sama-sama takut dijual. Noah kasihan, bimbang untuk menerima permintaan Riche. Ia ingin mengajak teman laki-laki saja bukan perempuan yang menyusahkan. Ia dan Riche juga tidak akrab  walau mereka dibesarkan di tempat yang sama.

"Noah, kamu baik-baik saja?"

Noah menoleh sekilas ke arah lubang kala mendengar suara Asher. Dari nadanya yang ragu, sepertinya mereka mengira Noah tertangkap basah.

"Iya. Semuanya baik-baik saja." Noah menjawab risau. Antara mengajak Riche pergi bersama atau meninggalkannya.

Dari seberang dinding, Roan, Jade dan Asher bernapas lega. Lalu Roan menunduk mengintip dari lubang melihat bokong Noah yang menghalangi. "Lantas apa kamu lakukan? Ayo cepat sebelum matahari terbit!" seru Roan tak sabar meninggalkan neraka yang mereka tinggali selama hidup.

Entah pilihan yang tepat atau keliru, Noah memutuskan membiarkan Riche ikut. Ia tidak mungkin meninggalkannya disaat gadis itu mengetahui aksi kaburnya. Butuh seharian pengurus panti menyadari ketidak hadiran mereka, dan butuh beberapa detik mengetahui ketidak beradaan mereka di sana kalau Riche mengadu. Zaman sekarang mulut manusia sama saja seperti ular.

"Aku harap kamu menepati janjimu," peringat Noah sebelum menggeser tubuhnya, memberi Riche akses meninggalkan Panti Asuhan.

Riche tersenyum lebar. Gurat kesedihannya sirna begitu saja. Tanpa menunggu lama gadis itu melepaskan tas ranselnya dan melemparnya melewati lubang di depan, lalu ia menyusul tasnya. Noah yang melihat tas-nya sempat tercengang, sepertinya gadis itu juga merencanakan untuk kabur dijauh-jauh hari. Setelah memastikan Riche bersama ketiga sahabatnya, barulah Noah menyusul.

Sejurus kemudian, Noah berhasil melewati lubang, menyeka serbuk pasir yang menempel pada jaketnya. Ia belum menyadari tatapan Roan, Jade dan Asher yang meminta penjelasan dengan kehadiran personel baru. Riche tidak termasuk dalam rencana pelarian mereka.

__________________

Setelah berakhirnya cerita ZORION, aku akhirnya kembali dengan cerita baru berjudul D E E P E R. Cerita ini sedikit berbeda dengan cerita sebelumnya. Kali ini tentang kekeluargaan dalam persahabatan.

Yang penasaran dengan cerita Riche dan keempat superhero-nya bisa masukkan cerita ini ke library kalian. Jangan lupa vote dan komentar sebanyak-banyaknya. Terima kasih dan sampai jumpa ! 😘

ZORION (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang