Chapter 08. Petunjuk

Start from the beginning
                                    

Mata bulatnya memperhatikan mobil itu seksama lalu bergumam. "Spongebob." Warnanya mengingatkan dirinya dengan kartun kesukaannya selain Doraemon, Shinchan, Avatar, dan Naruto. Naruto?

"Seranggaku apa kabar ya?" tanyanya mengingat wajah serangga menyebalkan di rumah papa Raihan-nya. Zoya menggeleng menepis wajah serangga yang terbayang di kepalanya.

Klakson dari mobil di depannya kembali berbunyi, bukannya menggeser tubuhnya membiarkan mobil itu lewat Zoya hanya berdiri tenang menatap polos. Terdengar klakson lain yang berbunyi dari arah belakang mobil ferrari, terdapat 3 mobil dan kendaraan roda dua yang mengantri untuk lewat. Karena Zoya tak kunjung menggeser tubuhnya, pintu mobil ferrari di depannya terbuka sesaat sebelum kembali tertutup melihat gadis aneh di depan mobilnya tertarik ke samping.

"Lewat! Lewat!" Jason Adiwiguna berdiri mengibaskan tangannya seperti pengatur rambu lalu lintas di jalan raya. Mobil-mobil itu kini kembali melaju ke parkiran.

Sesaat mobil terakhir melewati mereka ia berbalik menatap Zoya yang kini lengannya dipegang erat oleh Arsyad, takut Zoya nekad lagi masuk ke bawah mobil untuk bunuh diri.

"Lo ngapain?" Arsyad kini menoleh padanya dengan pandangan lurus.

"Berdiri di depan mobil orang." Zoya membalas tatapan Arsyad lugu.

"Lo ngapain berdiri di sana?" tanya Jason berkacak pinggang. "Bunuh diri? Kayak punya beban hidup aja lo."

"Zoya kaget."

"Kalau kaget langsung minggir dong atau minimal teriak kek kayak di tipi-tipi terus pura-pura pingsan!" usul Jason greget ingin menampol kening Zoya.

Beberapa saat yang lalu ia dan Arsyad berada di parkiran, mendengar suara klakson yang berisik mereka mencari sumbernya dan alangkah kagetnya sumber klakson itu disebab oleh sahabat gilanya.

"Kan kagetnya Zoya beda," sahut Zoya.

"Aneh lo!"

Arsyad menutup mata sesaat mendengar omelan Jason. "Iya Zoya beda. Saking bedanya gue jadi terharu." Arsyad melepaskan lengan Zoya. Menatapnya tidak habis pikir. Dia terlambat, harusnya tadi ia menyaksikan ulah Zoya.

"Ah, pagi-pagi kepala gue udah pening." Jason melenggang meninggalkan keduanya.

"Tunggu!"

Zoya melingkarkan tangannya di lengan Arsyad. Mendekati Jason yang berhenti dan menoleh padanya. Setibanya, Zoya juga melingkarkan sebelah tangannya pada lengan Jason dan berjalan di antara dua cowok tampan di Atlanta. Bukannya bahagia kedua cowok itu merinding sendiri, instingnya mengatakan ada makna tersembunyi dibaliknya.

"Zo--Zoya kayaknya gue mau pipis" Arsyad tergagap memegang perutnya.

"Nahan pipis sekali nggak akan buat Kak Ar kena batu ginjal."

"Nasib punya Adik tiri jahat." Arsyad membeo.

"Kacamata gue buram, gue ngel..."

"Gue bakal nuntun jalan Kak Jason jadi jangan khawatir!"

Jason mengatupkan mulutnya,  merutuk gelisah memikirkan bagaimana cara agar terlepas dari Zoya. "Penglihatan gue buram Zoya gu...."

"6 bulan lalu Kakak baru operasi mata masa udah minus lagi?"

Jason memukul kepalanya, berbeda dengan Arsyad yang memutar otaknya mencari alasan.

"Soal kemarin kami minta maaf. Gue kira Orion udah ngasih tahu lo sebelum nyusulin kami," papar Jason tidak tidak tahan lagi. "Iya, kan Syad?"

Arsyad mengangguk membenarkan. Zoya berdecak menyentak lengan mereka kasar. Menatap mereka dengan wajah mengkeruh.
"Kita ini sebenarnya apa?" tanya Zoya baik-baik.

ZORION (Tamat)Where stories live. Discover now