Part 50

997 62 7
                                    

Ini bukan awal berakhirnya sebuah hubungan namun ini awalnya perubahan sebuah hubungan

Georgio Juliano

Selamat Membaca
Dan Vote

Hembusan angin menambah suasana rumit antara Marisa dan Julian. Kedua pasangan berbeda jenis itu saling berhadapan canggung ingin menawali percakapan seperti apa, sejak dokter yang bersama Julian tadi pamit untuk pergi. Marisa dan Julian sama-sama saling diam dan menatap satu sama lain.

Julian yang senang melihat Marisa berdiri dihadapan-nya, mengepalkan kedua tangan yang berada di dalam saku jas putihnya mencoba menahan diri untuk tidak memeluk Marisa begitu saja. Padahal sejak mereka bertemu dengan yang lain tadi, Julian sudah sekuat tenaga untuk  tidak memeluk Marisa begitu saja, namun jika sudah berdua seperti ini rasa dirinya tidak bisa menahan diri kembali. Aroma parfum yang Marisa gunakan sungguh mengundang dirnya untuk memeluk Marisa erat, rasa rindu tidak melihat wanita itu walau beberapa hari saja sudah mampu membuat Julian hilang akal.

Julian sepertinya sudah tergila-gila dengan Marisa.

Sebaliknya Marisa yang binggung harus berbuat apa dihadapan Julian memilih untuk diam, berharap Julian berbicara terlebih dulu membuka obrolan dengan dirinya. Namun melihat Julian yang hanya diam sambil trus menatap dirinya semakin membuat Marisa gelisah dan salah tingkah, binggung mau mengatakan kepada Julian bagaimana. Marisa memutar otaknya, mencari cara bagaimana mengatakan perasaanya kepada Julian, haruskan ia bertele-tele atau to the point langsung mengatakan-nya.

"Julian.."

"Marisa.."

Mereka, Marisa dan Julian saling tersenyum simpul saat secara tidak sengaja berbicara secara bersamaan. Sang wanita memainkan tangan-nya sambil menunduk malu dan sang pria menatap sang wanita dengan tatapan memuja, sampai akhirnya sang wanita mulai berbicara kembali terlebih dahulu.

"Aku perlu bicara sama kamu." Ujar Marisa yang akhirnya menatap Julian berani

Julian tanpa berpikir panjang langsung mengiyakan yang Marisa ucapkan dengan segera dia menarik tangan Marisa mencari teman yang lebih sepi dari tempat mereka berdiri saat ini. Marisa yang melihat Julian menariknya tangan-nya menjauh dari tempat tadi membuat jantungnya secara tidak langsung berdebar-debar, ia memikirkan kata-kata sebagus apa yang harus dia ucapakan ke Julian nanti.

Julian menghentikan langkah kakinya  kemudian berbalik menatap Marisa kembali. "Kamu bisa bicara di sini. Apa yang ingin kamu katakan," katanya menuntut Marisa untuk segera berbicara

Marisa yang sedang terengah-engah karna ditarik Julian terburu-buru tadi, seketika menjadi terdiam binggung harus mengatakan apa. Mata Marisa melirik ke sembarang arah mencoba trus merangkai kata di dalam kepalanya, namun Julian yang tidak sabar membuat sekumpulan kalimat yang Marisa telah susun jadi buyar karna Julian menyadarkan-nya.

"Marisa!!" panggil Julian mengoyangkan tangan Marisa yang masih setia berada di genggamnya

Marisa terlihat kikuk ia melirik tangan-nya yang masih di pegang Julian. Mata mereka sempat bertemu, Julian tersenyum mengenggam kedua tangan Marisa mengelusnya pelan menggunakan kedua ibu jarinya. Kenapa tatapan-nya itu bisa membuat jantung Marisa berdetak tak karuan, walau dulu ia pernah mendapatkan perlakukan seperti ini dari Bram, namun efeknya sangat jelas berbeda ketika bersama Julian.

Apa yang Julian perbuat pada dirinya? Sih.

Julian sebenarnya masih tidak menyangka dia bisa mengengam Marisa semudah ini. Jujur bukan-nya apa, sejak pernyataan perasaan kepada Marisa waktu itu, dirinya sadar betul Marisa masih sangat syok atas apa yang dia lakukan namun disitulah juga batas kesabaran Julian habis, ia tidak bisa menunggu terlalu lama lagi melihat Bram selalu mengambil kesempatan lebih banyak jika bersama Marisa.

Ketika tangan Marisa berada masih di dalam digengamnya Julian mengelus telapak tangan itu, sampai dirinya tersadar bahwa ada sebuah benda melingkar di jari manis Marisa. Pikiran-nya bertanya-tanya sejak kapan Marisa mengenakan cincin, Julian sangat tau Marisa paling tidak suka mengenakan perhiasan apapun pada tangan-nya. Julian menarik tangan Marisa dan memperlihatkan itu di depan wajah Marisa.

"Kamu menerima Bram kembali." katanya tak suka memperlihatkan cincin itu di depan wajah Marisa

Marisa mengeleng buru-buru menarik tangan-nya dari Julian. Sedangkan, Julian terlihat sangat marah saat Marisa tidak jujur demgan-nya. Julian sangat tidak suka cincin berwarna silver itu melingkar manis di jari Marisa. Apa Marisa sengaja memamerkan cincin itu kepadanya, jika itu memang keinginan-nya, maka Marisa sudah sangat pintar dalam menyakiti perasaan-nya.

"Eh.. ini-- ini sebenarnya enggak seperti apa yang kamu pikirkan Jul. Cincin ini.. oke aku jujur." Kata Marisa yang agak binggung dalam menjelaskanya, setelah itu ia melepaskan cincin itu dari tangan-nya dan menujukan-nya kepada Julian.

"Cincin ini, cincin yang memang Bram yang memberikanya kepada aku," Julian terdiam menatap Marisa datar

"Tapi, sebelum dia berikan kepada aku. Aku sudah menolaknya terlebih dahulu Jul, hanya saja Bram tetap bersikukuh untuk aku mengenakan-nya. Bram hanya ingin aku mengenakan sebagai hadiah tanda persahabatan darinya setelah itu aku dan Bram tidak memiliki hubungan apa-apalagi." Jelas Marisa menatap Julian, ia berharap setelah ini Julian percaya dengan apa yang dia katakan karena semuanya apa yang ucapkan adalah kebenaran-nya.

Entah yang Julian rasakan saat ini hanya senang sekaligus bahagia, sudut ujung bibirnya-pun ikut terangkat setelah Marisa menjelaskan seperti itu. Sekarang tiada lagi segela ketakutan atau kegelisahan Julian setiap kali Marisa bersama Bram karna dengan jelas Marisa memilih dirinya bukan pria itu.

Julian tidak tau cara dia berterima kasih dengan Bram seperti apa nantinya, yang jelas Bram adalah orang mengerti bertapa berharga dan berarti Marisa dalam hidupnya. Dan sekarang giliran dirinya membahagikan wanita bertubuh gemuk ini bersama dirinya.

"Marisa.." ujar Julian di sela-sela pelukan mereka

Marisa berdeham sebagai tanggapan darinya

"Kita nikah yuk," kata Julian kembali  membuat Marisa kesal karna ucapan- Julian itu. Bagaimana tidak kesal Julian tidak ada sisi romantis-nya sama sekali bukankah seharunya dia mengucapakan kata manis menyenangkan hati Marisa.

"Menyebalkan." Runtuk Marisa melepaskan pelukan-nya dari Julian dan bersedekap dada memasang wajah pura-pura marah

Julian yang melihat Marisa merajuk-pun binggung. Apa dia membuat sebuah kesalahan?

"Kamu kenapa? Marisa,"

Marisa melirik Julian sekilas kemudian membuang pandangan-nya dari pria itu. Pikirnya, Julian benar-benar tidak mengerti dalam bersikap romantis terhadap wanita.

Sementara Julian yang melihat perubahan sikap Marisa pun menjadi sangat gemas menginginkan wanita itu untuk terus berada di dalam pelukan-nya. Namun ia paham apa maksud dari sikap Marisa tersebut, tangan-nya pun merogoh saku jas putih yang dia kenakan dan mengeluarkan sebuah kontak cincin kemudian memperlihatkan isinya kepada Marisa. Jemari Julian pun memasangkan cincin itu di jemari tangan Marisa. Sedangkan Marisa nyang melihat Julian memasangkan benda itu di jemarinya terharu meneteskan airmata.

"Terima kasih Julian. Maaf untuk waktu dan sikap aku yang selalu mengulur tarikan perasaan kamu." Ucap Marisa kini giliran memeluk Julian

Julian tidak banyak bicara dia hanya memeluk Marisa sesekali mengecup puncak rambut Marisa.

Tamat

Salam

MyMine













Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Love You Ms. FatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang