06

233 50 3
                                    

Hello, how was your day? Anw, you're doin great today. Here's chap 6 of Laksi. Semoga bisa menghibur(?) Haha. Please press the vote button and leave your comment bellow. Stay safe and stay healthy.

>>><<<

Laksi tengah berlari diatas treadmill saat bel apartment nya berbunyi. Ia segera memastikan treadmill dan menyambar kaus kutangan yang disampirkannya di kursi.

"Lama banget!" cerocos seorang lelaki yang langsung masuk tanpa permisi. Diikuti dengan temannya yang lain.

Laksi menatap empat manusia yang kini memenuhi ruang tengahnya malas. Tanpa repot-repot mengurusi 'tamu' nya, Laksi langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Butuh lima belas menit untuk Laksi membersihkan dirinya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ia keluar dari kamarnya dengan selembar handuk di rambut dan denim hot pant serta rainbow crop tee. Semerbak masakan memenuhi apartment Laksi. Ia sudah hapal betul siapa yang kini asik mengobrak-abrik dapurnya.

Perempuan itu memilih menuju kulkasnya dan mengambil botol jus strawberry dan langsung menenggaknya tanpa gelas.

"Jorok banget!" seru seseorang di balik punggungnya. Seorang perempuan dengan dress santai berwarna mint berdiri di belakang Laksi. Suara tiba-tiba perempuan itu membuat Laksi hampir menyemprotkan jusnya.

Laksi mengangkat bahunya kemudian menuju kitchen island memperhatikan lelaki yang asik memasak hidangan yang entah apa. "Masak apa, Ron?" Laksi membuka percakapan diantara mereka. Ron yang tengah fokus dengan saus buatannya hanya menoleh sekilas kemudian kembali fokus kepekerjaannya. "Beef steak." Setelahnya Laksi hanya diam memperhatikan. Setelah bosan, Laksi menuju ruang tengah untuk ikut bergabung dengan tiga temannya yang lain.

Ruang tengah telah kacau berantakan akibat perang dari kedua temannya. "Siapa yang mau beresin?" tanya Laksi kesal. Ia memilih meluruskan kaki di karpet bawah sambil memilih film di TV kabelnya. "Una dong!" jawab seorang lelaki dengan kemeja biru yang digulung sesiku. Perempuan berambut kriting alami itu mendelik tak terima, "enak aja. Lo dong, De." Pria bernama Debian itu tertawa.

Perempuan yang duduk di sofa paling ujung membuka suara, "kalian berdua lah. Pokoknya nanti harus diberesin." Una dan Debian menoleh dan memutar mata malas, "iya ndoro." Kemudian tawa menyusul setelahnya. Debian dan Una melakukan tos diiringi tawa puas.

"Eh, Swas. Gua denger lo masuk top 10 the most beautiful woman bulan ini ya?" tanya Laksi pada Swastika yang duduk anteng di sofa. Swastika mengalihkan pandangannya ke Laksi dan mengangguk, "iya. Kemarin gua lihat si Una yang bawain beritanya."

Swastika Adijaya adalah seorang model serta pemain film layar lebar yang kadar kecantikannya tidak masuk akal. Ya begitulah kalau kecantikan mempunyai standar putih, mancung, tinggi, dan lain lain. Makin lama mirip bihun saja.

Berbanding terbaik dengan Maruna Dawi, seorang perempuan dari tanah Timur. Una memiliki rambut keriting sepunggung yang dirawat dengan baik, berkulit gelap tapi terlihat bercahaya, dan tentunya senyum yang sangat manis. Una adalah salah satu representasi kecantikan tanah Timur yang jelas berbanding terbalik dengan Swastika yang separuh keturunan kaukasian.

Sedangkan Ron Martin adalah seorang celebrity chef yang sering kali mengisi acara-acara di televisi. Pria yang terobsesi dengan dapur ini adalah salah satu teman Kaesang yang ia kenal dekat.

Dan yang terakhir adalah Debian Pratama, pemilik perusahaan Greek Advisement yang masih saja merana mencari belahan hati. Pria itu sudah tiga puluh tahun dan bercita-cita menikah pada usia 32 tahun, yang artinya dua tahun lagi.

Setelah menikmati cek-cok antara De dan Una yang biasa terjadi, Ron memanggil Swas untuk membantunya membawa masakannya ke depan.

"Aww, looks yummy." Una tersenyum senang melihat aneka hidangan di depannya. De menonyor kepala Una yang menghirup aroma masakan dengan sangat khitmad.

"Oh iya, De. Di kantor lo ada anak marketing yang namanya Baskara?" tanya Laksi ketika semua orang asik menikmati hidangannya. De melirik sekilas dan tampak mengingat-ingat, "Adhiputra?" ia menyebutkan nama belakang pegawainya. Laksi mengangguk. De menatap Laksi penasaran, "memangnya kenapa hayo? Lo naksir? Ih, berat Ci. Dia mah gagal move on gitu katanya." Laksi mendelik, "iya, gua tahu. Beberapa hari lalu gua di jodohin sama dia. Ewh, jelas gua tolak lah." Tawa Debian menggelegar.

"Halah, kayak lo udah move on aja Ci. Ngaku lo, masih galau ditinggal Glen kan lo?" ledek Ron. Ketiga temannnya yang lain tertawa geli saat menangkap gelagat Laksi yang bersemu. "Engga." Mukanya dibuat sedatar mungkin menyorot malas. Mereka menyemburkan tawa lagi menertawakan kebohongan Laksi. "Gua serius ya. Gua udah move on dari rajungan saus wijen itu!" pekik Laksi kesal.

Laksi tak habis pikir mengapa kebanyakan orang mengira ia masih galau karena ditinggal Glen. Oh, tidak. Sebenarnya dari akar permasalahan pun sudah salah besar. Laksi tidak ditinggalkan Glen. Tapi Laksi yang memutuskan Glen setelah ia tahu sebuah fakta. Tapi ya namanya perempuan, dia yang pergi dia juga yang tersakiti. Yasudah lah, Laksi dan segala keanehannya.

>>><<<

"Kalian ngga nginep kan?" tanya Laksi dengan nada keraguan saat teman-temannya asik tiduran diatas karpet serta sofa bed padahal jam sudah menunjukan pukul 00.00.

Swastika menatap Laksi sebentar kemudian kembali menonton film yang diputar di televisi. "Ya menurut lo aja?" jawab De malas-malasan.

"Sialan lo pada. Habis nih stok makanan gua dalam sehari." Laksi mengumpat pelan dan ikut merebahkan diri di bawah, daripada di karpet Laksi lebih memilih di lantai.

"Minggu ke CFD yuk. Udah lama ga kesana bareng," ajak Una sesaat setelah film tamat.

Laksi menggeleng, "gua udah ada janji sama temen."

Teman-teman biadab Laksi mengeryitkan dahi. "Temen? Sejak kapan lo punya temen?" tanya Ron seolah menemukan sebuah keajaiban baru. Laksi melempar kacang yang baru akan ia makan ke arah Ron itu. "Gua punya temen, ya."

Swastika akhirnya buka suara, "siapa temen yang bisa lo ajakin ke CFD buat kulineran daripada olahraga?" Laksi menghendikan pundak, "sebenernya gua juga ga yakin itu temen atau bukan. Tapi singkat cerita gua ketemu orang gara-gara dikenalin Jule. Lalu gua nolong dia karena dia ga mau utang budi, akhirnya gua minta temenin ke CFD aja. Lagian anaknya gemesin." Keempat temannya berkoor ria mengumandangkan huruf O.

Teman-teman Laksi biasa mengadakan acara berkumpul bersama tiap dua minggu di kediaman salah satu secara bergantian pada Jumat malam. Laksi juga tidak paham apa faedahnya selain mengacaukan rumah satu sama lain dan menghabiskan malam dengan menonton film.

>>><<<

LAKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang