15

160 19 4
                                    

Hi! It's been a long time since my last update. How's your life? I hope you have a good life.
This is the 15th chapter of LAKSI.
Enjoy and please leave some comments and hit the vote button. It means a lot!
Thank you~

L•A•K•S•I

Una, Laksi, Swastika, De, dan Ron tengah duduk santai di gazebo milik keluarga Una. Mereka membicarakan hal-hal ringan seperti Laksi dan kekesalannya pada penyelenggara fashion week yang tidak cekatan, Ron dengan resep baru yang akan ia luncurkan, De dengan karyawan magang yang super bloon, atau Swastika yang tengah belajar berkebun dengan Bi Ati.

Una tampak lebih baik sore ini. Semu merah telah kembali menghiasi pipinya dan senyum manisnya telah merekah lebar. Perempuan itu bahagia karena keluarganya akhir berusaha memahami keadaannya setelah Laksi, De, Ron, dan Swastika memberi penjelasan panjang dan lebar.

Rencananya Bu Tari akan menyusul ke Jakarta ketika kasus ini telah diproses menuju meja hijau. Pak Anton pun membantu dengan menyiapkan bantuan dana untuk pengajuan kasus ini.

Karena hukum di Indonesia sendiri sering kali mempersulit proses penanganan kasus pelecehan seksual. Para penyitas harus melewati berbagai macam mekanisme ruwet dengan segala tetek-bengeknya yang akan membuka kembali luka dan trauma para penyitas. Tak jarang mereka harus mengalami kembali trauma tersebut sebagai pembuktian bahwa mereka mengalami pelecehan.

Belum lagi para pelaku yang nantinya akan didakwa dengan hukuman ini itu pun belum tentu merasa jera. Harusnya hukuman yang dijalani adalah rehabilitasi untuk membentuk pribadi baru yang anti-melecehkan. Percuma kalau pelaku dihukum sekian tahun penjara tapi tidak jua merasa sadar akan perbuatannya, tidak berubah, dan tetap mental pemerkosa. Ketika bebas nanti, mereka tetap akan menjadi manusia dengan pola pikir yang masih belum berubah. Tidak menutup kemungkinan kalau para pelaku pemerkosaan akan kembali melancarkan aksinya setelah proses hukum, dianggap sebagai balas dendam setelah mendekam di balik jeruji selama sekian lama.

Namun, tentunya apa yang dijelaskan di atas adalah gambaran ketika aparat mau memproses kasus pelecehan ini.

Yang paling parah dari kasus pelecehan seksual sendiri sebenarnya adalah mental para korban yang akan terus terganggu dengan segala trauma yang tertoreh. Para penyitas tak akan lupa, mereka hanya bisa berdamai dengan diri sendiri, serta mengikhlaskan. Cepat sembuh para penyitas, semoga cepat ikhlas.

>>><<<

Pelecehan seksual tidak hanya terjadi pada perempuan. Para lelaki pun sering kali mengalami pelecehan seksual yang dilakukan lawan jenis maupun sesama jenis sendiri. Pada kasus pelecehan terhadap pria, para pelaku sering kali berlindung dibalik kata bercanda atau main-main. Mereka yang merasa terdzolimi dianggap munafik. Katanya, "ah dia pasti menikmati."

Kasus seperti ini pernah dialami oleh Ron ketika melaksanakan studi di Australia. Pria itu beberapa kali mengalami pelecehan di tempat umum. Baik dengan bentuk seseorang menggesekkan kemaluannya pada pantat Ron, meremasnya, atau ia hampir diperkosa oleh seorang gay.

Kala itu Ron benar-benar bingung dengan keadaanya, lingkungannya pun tidak mendukungnya, tetapi malah menghakimi. Ron hanya memendam kekesalan dan kerisihannya. Ini alasan mengapa Ron jadi salah satu yang paling menggebu-gebu membereskan masalah ini setelah Laksi.

Kalau Laksi sendiri sering kali mendapat catcalling hingga sexual harrasment.

"Besok siang kita kumpulin orang-orang itu di Galeri Laksi." Ron mengambil sepotong kue buatan Bi Mariah.

Keempat temannya mengangguk paham.

"Gue ada ide sih. Tapi kita bahas besok aja," ujar Laksi.

>>><<<

Laksi memainkan ponselnya ketika menunggu panggilan penerbangannya. Ia mendapat sebuah pesan dari Kala.

Kala Krasa
Laksi, apa dress mama saya sudah siap? Ini sudah 12 hari, tadi saya kesana tapi tutup.

Oh, kamu bisa ambil di jam makan siang besok.
Maaf ya, hari ini galeri ku tutup.

Kala Krasa
Terima kasih, Laksi.

Anytime;)

Laksi mematikan ponselnya ia menghembuskan nafas kasar. Astaga, dress mama Kala belum sepenuhnya rampung, masih kurang 15% lagi dan ini sudah pukul sepuluh malam. Kemungkinan ia akan sampai di Jakarta pada pukul satu pagi dan baru dapat kembali ke galeri pada pukul dua. Astaga, ia harus memeras sisa tenaganya. Yasudahlah, setelah pesanan Kala diambil ia akan menutup galerinya beberapa hari. Ia akan memfokuskan diri pada kasus Una dan istirahat sementara waktu

Laksi melirik sekeliling, Una tampak di sudut seberang bersama Swastika. Ron baru saja kembali dari toilet, sedangkan De fokus dengan ponselnya di sudut lain. Laksi menghela nafas berat. Pikirnya terus berkecamuk. Fashion week yang segera tiba, peresmian Memories, dan kasus Una benar-benar menguras tenaganya. Laksi dituntut menyelesaikan semua yang ada di daftarnya dengan apik. Namun Laksi masih saja heran, dengan kondisi badan yang terasa remuk begini mengapa ia masih sehat-sehat saja?

Merasa bosan, perempuan itu membuka permainan ringan di ponselnya. Ia memainkan game itu hingga penerbangannya diumumkan.

Laksi mencoba memejamkan matanya saat penerbangan. Ia ingin beristirahat barang satu atau dua jam sebelum mengahadapi banyak hal setelahnya. Ia memasang airpod nya dan memutar lagu di playlist kesukaannya. Matanya memejam seiring dengan tubuhnya yang lebih rileks.

Dua jam tiga puluh menit Laksi terlelap. Hingga ia terbangun karena pesan beruntun yang masuk. Ia sedikit meregangkan tubuhnya dan meraba pahanya untuk mengambil ponsel.

Ia mengerutkan dahinya, melihat siapa pengirim pesan beruntun di tengah malam seperti ini. Aneh, Kala mengirimi banyak pesan tidak jelas kepada dirinya.

Pesan tersebut hanya berisi rangkaian huruf acak dan foto blur. Ada pesan suara yang terkirim. Laksi memutar voice note tersebut dan terkikik geli. Hanya ada racauan pria itu dan suara dengkuran. Ah, pasti pria itu mabuk atau tertidur dengan ponsel menyala di dekatnya.

Laksi mengetikan sebaris kalimat kemudian mengirimnya. Ia tersenyum geli membayangkan Kala yang tidak sadarkan diri. Ah, pasti imut dan hot! Laksi memukul kepalanya sendiri karena pemikirannya. Ya Tuhan, kenapa ia terdengar seperti perempuan mesum sih.

>>><<<

Pagi hari di Jakarta. Di sebuah kamar unit Gresh Apartment seorang pria dengan rambut acak-acakan, kaos hitam polos, dan celana tidur tengah mendelik kaget mentap ponselnya.

"Kala goblok! Lo ngirim apa ke Laksi semalam, bodoh." Ia mengumpati diri sendiri. Dengan berat menekan tombol play pada voice note semalam.

Hanya terdengar dengkuran dan racauannya mengenai chicken katsu buatan Laksi. Bodoh, ia memang ngidam masakan Laksi itu, tapi ia tak menyangka kalau akan sampai melindur bergini.

Ia menilik balasan Laksi, lantas tersenyum dengan pipi memerah malu.

Oh, kamu sebegitu ngidamnya sampai ngelindur gitu? Bilang dong, datang aja ke apart atau ke galeri ku, haha.

Okay, okay, selamat malam cutie guy. Have a nice dream, luv. xD

Begitulah isi balasan Laksi. Astaga, pipinya memanas dan ia tak hentinya tersenyum. Sepertinya pagi ini moodnya akan luar biasa bagus. Ia menikmati paginya dengan senyuman kecil dan jantung yang berdetak lebih cepat.

Ah, sepertinya Kala butuh pergi check-up jantung.

•••••

Covid-19 cases are getting worse lately. Please wear double masks and obey 5M.
Surgical mask + fabric mask.
Stay healthy 💪

LAKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang