10

173 33 0
                                    

Hello, dears. How are you? I know you're tired, but darl, don't give up ok? Just take a rest for a while. You are not alone, I'm here. You can knock my DM if you need someone to listen. Well, this part is written for you guys who are dealing with beauty standard.
Oh, please stay safe and please wear your mask.

If you don't mind, please hit the star button and leave you comments. I'd like to see what's in ur mind bout this part.

Enjoy!

---LAKSI---

Kala baru saja selesai mengikuti peribadatan malam itu. Ia duduk sebentar di taman depan gereja dan menikmati udara malam di sana. Ia menyepi di tengah keramaian.

"Kala?" Suara perempuan memanggilnya. Kontan, Kala menoleh ke asal suara tersebut. Ia mendapati seorang perempuan dengan wrap dress berwarna biru cerah.

Kala menyipitkan mata, wajah perempuan itu tampak tak jelas karena cahaya yang ada hanya remang-remang. "Laksi?" Perempuan itu mengangguk, "boleh aku duduk di sini?" Laksi menunjuk space kosong di samping Kala.

"Saya ga nyangka kita bakal bertemu di sini," ujar Kala.

"Aku juga. Udah dua minggu engga datang kemari." Laksi menatap lurus ke depan, memperhatikan jalanan yang ramai. "Naik apa kemari?" tanya Laksi.

"Jalan kaki. Udah lama saya engga jalan-jalan di sekitar sini," jawaban pria itu ditanggapi anggukan Laksi. "Kalau kamu?" tanya Kala balik. Apartment Kala dan Laksi hanya berjarak 1,5 kilometer, sedangkan jarak antara apartment Kala dengan gereja hanya sekitar satu kilometer. Kalau berjalan kaki, paling hanya memakan waktu delapan menit.

"Itu." Laksi menunjuk mobil kesayangannya di parkiran. "Kamu tinggal di Gresh Apartment?" tebak Laksi. Kala mengangguk membenarkan.

Laksi menoleh, mengamati wajah Kala. Meski dengan lampu yang remang-remang, Laksi dapat melihat jelas bentuk wajah pria itu.

Kala itu tampan. Sorot matanya tegas. Tetapi di lain sisi, ia juga imut dan manis. Ah iya, sedari tadi pria itu menutup matanya dan menikmati angin malam menggelitik wajahnya.

"Malam ini lumayan dingin, ya." Ujaran Laksi membuat Kala membuka matanya. Memang, malam ini Jakarta sedikit lebih dingin. Dan sepertinya sekarang awan mendung tengah menyelimuti langit malam.

"Kamu minum kopi, Kala?" tanya Laksi pada pria itu. Rencananya, sepulang dari gereja, Laksi akan mampir ke kedai kopi di seberang jalan. Ia ingin memesan roti bun kesukaannya dan secangkir matcha.  Tapi berhubung kini ia tengah bersama Kala dan sepertinya hujan akan turun, maka Laksi berinisiatif mengajak Kala untuk pulang bersama saja dan mampir ke kedai sebentar.

"Kayaknya bakal hujan malam ini. Kamu ada rencana kemana setelah ini?" tanya Laksi. Kala menggeleng, "tidak ada." Laksi mengangguk mantap. Ia berdiri dari duduknya lalu mengulurkan tangan ke arah Kala. "Ayo pulang bareng aku aja. Nanti kamu kehujanan." Kala hendak menolak, tapi sepertinya langit tidak mengijinkan. Hujan gerimis mulai turun, membuat Laksi menarik Kala tanpa pikir panjang. Ia segera membawa pria itu ke mobilnya.

"Mampir ke Coffee and Bun dulu ya, Kala? Aku ga punya bahan buat sarapan besok. Jadi, aku mau mampir dan membeli beberapa bun." Laksi mulai mengeluarkan mobilnya dari area gereja dan menuju kedai yang di maksud.

>>><<<

Mereka duduk di samping jendela untuk menikmati minuman hangat dan sepotong roti bun. Laksi mengamati sekeliling, hanya ada mereka berdua dan dua pasangan lain. Sejujurnya Laksi menyukai suasana kedai ini. Aroma kopi dan roti memberikan ketenangan tersendiri.

LAKSIOnde as histórias ganham vida. Descobre agora