Chapter 32

4.2K 597 264
                                    

Jae ngerasa kalau tidurnya kali ini nyenyak banget. Hampir nggak mau bangun karena terlalu nyamannya.

Sayup-sayup, dalam mimpinya Jae nemuin satu sosok yang wajahnya nggak terlalu jelas Jae lihat. Lagi senyum ke arahnya.

Dan kalimat selanjutnya yang terdengar dari sosok tersebut buat Jae langsung terlonjak bangun dari tidurnya.

"Gimana? Masih mau mengubah takdir? Apa sosok Jamie bisa menggantikan Wendy buat kamu?"

"BUNDA!!!!"

Jae terlonjak bangun dengan teriakan nyaring yang bikin orang sekitarnya langsung menoleh menatap Jae penuh tanda tanya.

Sementara si tersangka langsung mengedarkan pandangan ke sekeliling. Mata Jae terbelalak.

Bukan ruangan serba putih khas rumah sakit yang Jae temukan tapi ruangan yang udah Jae hapal betul bentuknya –ruang UKM seni musik.

Dan bukan wajah Wendy si istri yang menyapa kala Jae membuka mata, tapi wajah keheranan dari teman-temannya yang masih berada di ruangan itu –ruang UKM seni musik.

"Apaan sih Bang? Bangun-bangun maen tereak aja bikin kaget. Anak mamih lo! Manggilnya pake bunda-bundaan!" protes Dowoon menyadarkan Jae yang masih dilanda kebingungan.

"Perasaan Bang Jae nggak manggil 'Bunda' ke mama nya deh!" sahut Wonpil heran.

"Eh iya ya. Bunda yang lo maksud siapa sih, Bang?" Tanya Dowoon kali ini meminta jawaban, sama kaya Wonpil yang juga ikut penasaran.

Mengabaikan Dowoon sama Wonpil, Jae malah menatap Brian yang kebetulan ada di sampingnya persis. "Bri, sekarang tahun berapa?"

Dapet pertanyaan kaya gitu buat Brian langsung mengerutkan dahinya. Bertanya-tanya apa Jae masih sehat atau gimana karena bisa-bisanya masih nanyain 'ini tahun berapa?'

"Ya 2020 lah! Masa lo lupa sih!"

Jawaban Brian mengundang kekagetan dari Jae.

Harusnya Jae seneng. Bukannya ini yang Jae mau? Balik ke masa yang seharusnya dan terbebas dari segala tanggung jawabnya sebagai suami dan ayah? Tapi kenapa perasaan Jae malah sebaliknya?

Ada kekosongan yang Jae rasain sekarang. Dan Jae nggak tau karena apa.

"Gue dari tadi disini? Tidur disini? Berapa lama?"

"Ya lo kan emang tadi numpang tidur disini abis rapat. Udah mau 20 menit lo tidur."

20 menit?

Gila aja. Yang Jae rasain, dia udah terjebak di tahun 2030 hampir selama 2 bulan dan Brian bilang kalau Jae cuma tidur selama 20 menit?

Nggak mungkin apa yang udah dilalui Jae cuma sekedar mimpi. Semuanya terlalu nyata. Tapi apa? Apa yang sebenernya terjadi?

Apa ini rencana yang kuasa untuk Jae memilih takdirnya? Untuk menunjukkan Jae tentang pilihannya?

Jae nggak tau. Tapi dibanding mikirin itu, dua nama yang langsung Jae ingat langsung buat Jae panik berdiri, mengedarkan pandangannya kesegala penjuru tapi masih nggak nemuin yang dia cari. Cuma sisa 4 orang selain Jae disini.

"Jisung, Wendy. Wendy mana?" tanyanya. Memohon siapa aja yang denger pertanyaan Jae buat langsung jawab.

Jae butuh nemuin sosok itu, butuh untuk tau kalau Wendy baik-baik aja, butuh untuk meredakan kekalutan dan kebingungan yang sekarang Jae rasain.

Jae butuh Wendy.

"Hah? Nggak salah lo nyariin Wendy? Kan lo sendiri yang bikin Wendy kabur dari rapat. Kalau mau diingetin lagi, lo yang bikin dia marah sampe rapatnya kacau!" itu sahutan dari Sungjin. Masih kesel sama sikap Jae selama rapat tadi.

10 Years Later ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang