Chapter 30

3.6K 565 59
                                    



🌸🌸🌸

Baik Hani, Seulgi, Yena, Yujin, bahkan Jisung sama Nari udah undur diri. Kasih waktu dua orang cewek itu buat ngobrol. Mereka tau banget kalau ada hal serius yang harus mereka bicarain.

Makanya pas Jamie dateng, mereka langsung pamit buat keluar.

“Lo udah nggak papa? Kata Jae lo abis kecelakaan,”

Wendy mulai pembicaraan. Ya beramah tamah apa salahnya sih? Walau jujur ada perasaan kesel ke Jamie. Tapi mengingat dulu Wendy juga pernah jadi 'pihak ketiga', jadi Wendy berusaha buat nggak sekesel itu sama Jamie. Rasanya nggak menyenangkan dibenci.

“Kaya yang lo liat, sementara waktu gue harus pake tongkat. Tapi selebihnya, gue baik-baik aja,”

Setelah Jamie jawab kaya gitu, dua-duanya diem. CANGGUNG BANGET.

Wendy sih masih bingung plus kaget sama kedatangan Jamie yang tiba-tiba.

“Lo nggak papa? Gimana sama kandungan lo?”

Akhirnya Jamie buka suara lagi. Nanyain hal yang nggak terduga. Darimana Jamie tau?

“Gue… Gue baik-baik aja. Kandungan gue juga,” balas Wendy pelan, refleks pegang perutnya.

Jamie mainin tangannya, dan itu nggak luput dari penglihatan Wendy. Cewek di depannya keliatan gugup. Kalau nggak salah, Wendy juga pernah berada di posisi seperti itu.

Delapan tahun lalu, dengan orang yang sama. Tapi kali ini posisi mereka yang berbeda.

“Gue udah denger semuanya dari Kak Sungjin. Maaf, gara-gara gue lo sama Jae jadi berantem sampe lo masuk kesini,” kata Jamie, menyesal.

Kemarin dia ketemu Sungjin. Awalnya bahas masalah manager yang bakal menggantikan posisi Jamie tapi malah merembet mengenai masalah Jae sama Wendy. Dan akhirnya Jamie tau semuanya.

Makanya hari ini Jamie putuskan buat ketemu Wendy, menyelesaikan masalah yang seharusnya sudah 8 tahun lalu mereka selesaikan.

“Bukannya lucu? Kita kaya bertukar posisi. Mungkin ini karma buat gue karena delapan tahun yang lalu gue jadi penyebab lo sama Jae putus,” Wendy ketawa padahal nggak ada yang lucu dari ucapannya.

Karma. Kata itu juga yang Wendy denger dari mulut suaminya. Nggak akan pernah lupa karena terlalu menyakitkan buat sekedar lupa.

Jamie jelas kaget. Nggak berharap kalau Wendy bisa bilang kaya gitu. Jamie mengehela napasnya keras. Hubungan dia sama Wendy emang seburuk itu ya.

Mungkin salahnya juga yang dulu masih belum nerima kalau Jae lebih memilih Wendy. Salahnya juga karena nggak pernah secara gamblang bilang kalau dia udah memaafkan kejadian delapan tahun yang lalu dan berdamai sama keadaan.

“Jae berubah. Cowok itu yang mati-matian mengacuhkan gue tiba-tiba jadi berusaha buat membuka percakapan diantara kita disetiap kesempatan. Aneh bukan?”

Wendy mengiyakan dalam hati karena beberapa kali mendapatkan sikap Jae yang aneh luar biasa. Dan mungkin juga Jamie ngerasain itu.

“Jujur, gue sempet berharap lebih. Sempet berfikir kalau mungkin Jae punya rasa lebih ke gue karena sikapnya jadi kaya dulu lagi,” lanjut Jamie.

Denger itu ngebuat Wendy meremat keras selimutnya. Kesal kala sadar bahwa perempuan lain tengah berharap pada suaminya. Pada cowok yang udah jelas dimiliki sama perempuan lain.

“Gue awalnya mengabaikan Jae, tapi terus dihujami perhatian dari dia buat gue luluh, Wen. Beberapa kali kita memang jalan bareng. Gue nggak akan bohong kalau gue bahagia karena bisa ngerasain hal yang sama saat gue masih berstatus pacar Jae. Gue terlalu terlena sama kebahagiaan yang gue dapet dari Jae tanpa mikirin perasan lo. Sampai akhirnya gue sadar kalau hatinya bukan sama gue lagi,”

Jamie berhenti disitu, mengundang tanda tanya bagi Wendy sendiri. “Maksud lo apa? Bukannya udah jelas kalau Jae suka sama lo?”

Jamie ketawa, “Lo tau tiap Jae sama gue apa yang dia inget?”

Wendy diem karena dia emang nggak tau.

“Semuanya tentang elo sama Jisung. Yang dia inget dan yang dia bahas selalu tentang elo dan Jisung saat sama gue. Yang nggak secara sadar tiba-tiba nyeletuk ‘Wah, ini makanan favorit Jisung. Kayanya baju ini cocok buat Wendy deh. Ini kalau Wendy sama Jisung diajak kesini pasti seneng. Ini kan tas yang Wendy cari. Jisung kalau liat ini pasti udah ngerengek dibeliin.’. Semuanya tentang kalian. Dan gue nggak akan pernah bisa menggantikan posisi lo ataupun Jisung buat Jae,” jelas Jamie serius.

Sementara Wendy dibuat bungkam nggak percaya. Ada perasaan lega, ada perasaan membuncah saat denger penuturan Jamie yang buat Wendy berpikir kalau memang Jae masih mengingat mereka –Wendy dan Jisung. Cowok itu masih memikirkan mereka.

“Jae itu bodoh. Terlalu bodoh buat mengenali perasaannya sendiri. Terlalu lama buat sadar sama perasaannya sendiri sampe dia kebingungan sendiri sama apa yang dia rasain. Tapi begitu dia yakin sama perasaannya, dia nggak akan goyah. Lo pasti lebih tau tentang itu. Dan sikap Jae ke gue bukan didasarkan sama rasa suka dia ke gue. Dia cuma merasa bersalah, dia cuma berusaha buat memperbaiki hubungan kita yang lo tau sendiri seperti apa. Gue yakin itu,”

Wendy nggak bisa menjelaskan perasaannya kaya gimana sekarang. Dia pengen percaya sama apa yang diucapkan Jamie.

Berharapa kalau memang itu benar. Tapi secuil perasaannya masih ragu.

Apa iya? Apa Jae cuma sekedar merasa bersalah? Apa Jae cuma nggak bisa membedakan perasaan suka sama perasaan bersalahnya dan Jae cuma berusaha buat memperbaiki hubungannya dengan Jamie?

“Gue tau lo bingung. Gue cuma berharap kalo lo mau kasih kesempatan buat Jae. Gue sama Jae beneran nggak punya hubungan apapun dan gue juga nggak berencana buat ngerebut Jae dari lo. Kita juga udah nggak ada komunikasi. Gue yakin sekarang Jae udah tau apa sebenernya yang dia rasain baik ke gue ataupun elo,” Jamie meraih tangan Wendy, menggenggamnya sambil tatapannya nggak lepas dari Wendy.

Jamie senyum. “Maaf gue telat bilang ini.”

Jamie berhenti sebelum akhirnya ngelanjutin kalimatnya. “Wendy, gue udah maafin kejadian 8 tahun lalu. Dan sekarang, gue yang minta maaf karena kehadiran gue buat kehidupan rumah tangga lo jadi kacau.”

Wendy yang tadinya masih diam balas senyum ke arah Jamie.

Mungkin ini saatnya. Saatnya buat mereka berdamai, saatnya buat mereka melupakan kejadian masa lalu, dan saatnya mereka menata masa depan yang jauh lebih baik.

“Hmm. Gue juga maafin lo. Jadi kita temen kan?”

“Iya, kita temen.”

Dua-duanya senyum. Lega saat semua masalah diantara keduanya terselesaikan dengan kata maaf.

Mereka berdua berdamai. Dan masih ada satu lagi masalah yang belum Wendy selesaikan.

Masalahnya dengan Jae.


🌸🌸🌸

Guys, kayanya buat jumat mendatang 10YL ga bisa update dulu ya. Cuma ga tau deh tetep diusahakan 😅
Btw, PACMAN BAGUS!!!! 👍👍👍Dia live ig dongssss hari ini 😄😄

7 Juli 2020

10 Years Later ✔️Where stories live. Discover now