Prolog

152 32 106
                                    


"Papa! Mama! Abang! Reilly pulang!"

Gadis bernama Reilly tersebut segera memasuki rumahnya dengan semangat dan menelusuri setiap ruangan yang ada untuk mencari keluarganya. Namun aneh, ia tak mendapati seorang pun di dalam bangunan yang ia sebut rumah tersebut. Tidak keluarganya maupun para pekerja.

"Halo, ada orang di rumah?" teriak Reilly sekali lagi tanpa kakinya sedetik pun berhenti untuk menelusuri rumah megahnya.

Hening.

Tak ada seorang pun yang membalasnya.

Namun seiring kakinya melangkah ke arah taman belakang, gadis tersebut perlahan mendengar suara manusia.

Lagi ada acara? batin gadis berambut kecokelatan tersebut sambil terburu-buru menuju taman belakang.

Benar. Didapatinyalah banyak orang di taman belakangnya. Sepertinya memang ada acara yang ia sendiri tak tahu. Seiring matanya memandang, ia berhasil menemukan keluarganya di antara kerumunan. Papa, Mama, dan Abangnya. Ketiganya terlihat sedang mengobrol dan sesekali tertawa pula. Seketika, sebuah senyum lebar terlukis di wajah gadis tersebut hanya dengan melihat keluarganya.

"Papa! Mama! Abang! Di sini kalian ternyata," ucap Reilly dengan kakinya yang hendak berjalan menghampiri mereka. Namun langkahnya seketika terhenti saat mendengar respon dari keluarganya.

"Ngapain anak haram kayak kamu ada di sini?" ucap sang Mama dengan raut wajah keluarganya yang berubah 180 derajat.

"Ini Reilly, Ma. Reilly anak mama," balas Reilly dengan muka bingung dan air mata yang masih berhasil ia bendung seraya kakinya yang terus melangkah menghampiri.

Aneh.

Sejauh apapun kakinya melangkah, dirinya tak kunjung sampai kepada keluarganya. Dengan sekuat tenaga, ia pun mulai berlari, berusaha menggapai keluarganya. Namun usahanya nampak sia-sia.

Seperti belum cukup penderitaannya berusaha mengejar keluarganya, mereka pun mulai menyerang gadis tersebut dengan kata-kata menyakitkan.

Anak haram.

Penghancur keluarga.

Anak yang tak diinginkan.

Anak pembawa sial.

Mendengar hal itu, air matanya perlahan berhasil lolos, turun membasahi wajah mulusnya.

"Pa, Ma, Bang, Reilly minta maaf," ucapnya sambil terus berlari menggapai keluarganya dengan isakan tangis yang semakin keras.

Mendengar hal yang sama kembali keluar dari mulut keluarganya, gadis tersebut berlari semakin kencang dan terus meminta maaf sambil berharap usahanya dapat membawanya kepada sang keluarga tercinta.

"Pa, Ma, Bang, Reilly minta maaf."

"Maaf."

"Maaf."

"Maaf!"

Reilly pun seketika terbangun dari tidurnya dengan napas tersenggal-senggal layaknya dia baru saja berlari seperti dalam kejadian di mimpinya, serta dengan wajah yang dipenuhi air mata.

Mimpi itu lagi, batinnya dalam hati sambil kembali menormalkan napasnya.

"Maafin Reilly," ucap gadis tersebut sangat pelan dengan sisa kekuatannya yang masih ada di tengah tubuh lelahnya.


🌟🌟🌟

Hello guys!

Setelah cukup lama hiatus, aku kembali me-republish cerita baru aku Beautiful Chaos! 

Sebenernya ini idenya udah lama tapi baru niat nulis lagi mumpung masih di rumah aja.

Semoga keberadaan Reilly di cerita ini berhasil menghibur kalian di masa karantina ini (well udah new normal sih tapi tetep di rumah aja ya gais!! ehe)

Anw, semoga pada suka ya! 💜

Jangan lupa di vote + comment! 

Lastly, di rumah aja ya gais! stay safe dan stay healthy semuanya💜


Love, Tesa💖


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beautiful ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang