Last

2.8K 237 8
                                    

Tubuh Jeongin membeku, barang-barang bawaannya sudah terjatuh akibat tangannya yang melemah dan bergetar.

Jeongin bahkan tidak bisa mengalihkan pandangannya dari sosok yang menatap kosong kebawah.

Otak Jeongin menyuruhnya untuk berteriak atau meminta bantuan kepada tetangga tapi tubuhnya kaku dan kakinya melemas hingga membuatnya jatuh terduduk.

"Ka-kak Hyunjin?"panggilnya lirih, tak sadar airmatanya mengalir dengan deras.

Jeongin berusaha sangat keras untuk berdiri dan menolong Hyunjin, ia terus berusaha berdiri sambil terisak sangat keras hingga membuat dadanya sakit.

"J-jangan."

Jeongin segera memeluk kaki Hyunjin sambil mencoba mengambil kursi yang sudah tergeletak tak jauh dari tempat Hyunjin.

Tangis Jeongin semakin deras, ia frustrasi karena kursinya tak bisa ia gapai.

Tubuh Jeongin bergetar. Ia ketakutan. Ia panik. Perlahan ia melepaskan kaki Hyunjin dan ia meletakkan kursi tepat dibawah kaki Hyunjin agar tubuh kekasihnya tidak menggantung di langit langit rumahnya.

Dengan tangan yang masih gemetar, ia mencoba menelepon ambulance, polisi serta keluarga dan teman-teman dekat Hyunjin.

Walaupun dengan tangis dan terbata-bata Jeongin berusaha memberitahu apa yang terjadi pada kekasihnya pada pihak berwajib.

Setelah selesai menelepon, Jeongin berjalan menuju apartemen sebelah dan meminta tolong.












***

Jeongin memandang kosong pada gelas ditangannya. Kepalanya sakit. Matanya bengkak. Hatinya sangat sakit.

"Saya gak tahu kenapa Hyunjin ngelakuin itu."kata Jeongin yang sedang dimintai keterangan oleh pihak berwajib.

"Apa korban pernah mengalami hal buruk akhir-akhir ini?"

Jeongin lagi-lagi menggeleng. Akhir-akhir ini ia sangat sibuk dengan pekerjaannya sebagai model. Ia bahkan tidak punya waktu untuk membalas pesan dari kekasihnya.

"Saya nggak tahu."

"Setelah dilakukan penyelidikan kami menemukan bahkan korban mengonsumsi obat anti depresan. Apa anda mengetahui hal ini?"

Jeongin spontan menoleh dengan tatapan terkejut. Ia mulai menangis lagi. Ia bahkan tidak tahu keadaan kekasihnya separah ini. Jeongin hanya bisa menggeleng.

"Bisa anda jelaskan kenapa anda berada di tkp?"

Perlahan Jeongin mengusap airmata yang sudah mengotori wajah tampannya.

"Kemarin, Hyunjin telpon saya. Dia suruh saya datang ke sini. Saya awalnya nolak karena masih ada kerjaan tapi Hyunjin maksa untuk datang. Dia bilang dia pengen ngeliat saya. Dia bilang dia mau ngomong serius sama saya."

Jeongin mencoba menenangkan dirinya sendiri. Suaranya sudah mulai hilang dan sangat lirih. Tenggorokannya sakit.

"Jam duabelas saya sampai. Saya telpon, saya chat nggak di bales akhirnya saya nyoba buat masuk karena saya tahu passwordnya. Dan saya lihat.... Hy-Hyunjin sudah gantung diri."

"Baik terima kasih. Kami berusaha mengusut kejadian saat ini, jika ada informasi kami akan memberitahu keluarga korban."

Jeongin mengangguk pelan dan ia hanya menatap punggung polisi tersebut menjauh.














Hyunjin itu penyanyi yang lumayan terkenal. Akhir-akhir ini ia memang menolak semua tawaran pekerjaan. Hyunjin selalu merasa buruk apalagi semenjak ia mulai memerankan karakter di sebuah drama.

Oneshoot HyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang