Lamaran

4.8K 420 34
                                    

Hyunjin mengetuk pintu rumah mewah milik Jeongin dengan yakin. Tak butuh waktu lama pintu dibuka oleh pemiliknya.

"Kak Hyunjin ? Tumben dateng pagi-pagi."ucap Jeongin heran.

"Je,bisa kita ngobrol sebentar ?"

Jeongin mengangguk lalu mempersilahkan Hyunjin masuk.

"Mau minum apa ?"tanya Jeongin pada Hyunjin yang sedang menyamankan duduknya di sofa.

Hyunjin menggeleng lalu menarik tangan Jeongin hingga duduk disampingnya.

"Kangen."kata Hyunjin lalu memeluk Jeongin lama.

Jeongin memejamkan matanya nyaman. "Lagi ada masalah ?"tanya Jeongin pelan.

Hyunjin melepaskan pelukannya lalu mengerucutkan bibirnya sebal. Jeongin memukul gemas bibir Hyunjin.

"Jangan di monyongin. Jelek !"

Hyunjin memutar bola matanya malas.

"Aku mau ngomong serius."ucap Hyunjin dengan tatapan seriusnya yang membuat Jeongin menegakan badannya.

"Kakak mau ngomong apa ?"

"Ayo menikah."ajak Hyunjin yang membuat Jeongin menaikan sebelah alisnya.

"Hah ? Gimana-gimana ?"tanya Jeongin ragu

"Ayo nikah Jeongin. Kita udah lama pacaran, aku mau menaikan status kamu jadi Istri aku. Milik aku."

"Kenapa ?"tanya Jeongin sambil menatap Hyunjin yang terlihat kebingungan.

"Maksudnya ?"

"Kenapa kamu mau nikah sama aku ? Cuma karena mau naikin status aja ?"

Hyunjin menggeleng lalu kembali berucap "Nggak sekedar naikin status aja Je, aku mau kita selalu ada satu sama lain tanpa takut ditinggalkan."

"Kamu udah dapet kerja ?"tanya Jeongin datar.

Hyunjin menciut saat ditanyai seperti itu. "Belum Je. Tapi aku bakal berusaha keras buat dapet kerja biar bisa ngasih kamu makan."

Jeongin menatap malas Hyunjin. "Coba kamu liat sekeliling kamu."perintah Jeongin yang dituruti Hyunjin.

"Kamu tau kan kalau aku gak pernah hidup susah. Aku gak mau nikah sama orang yang gak punya kerjaan. Aku gak mau hidup susah !"pekik Jeongin untuk menyadarkan Hyunjin.

Hyunjin yang mendengar itu hanya menunduk.

"Kamu aja gak punya kerjaan gimana bisa ngasih makan aku nantinya ? Jangankan makan coba kamu pikir, kalau aku nerima lamaran kamu sekarang nanti siapa yang biayain pernikahan kita ? Siapa kak ? Orangtua kakak ? Orangtua aku ? Atau aku ?"tanya Jeongin bertubi-tubi.

Jeongin meraih bahu Hyunjin agar Hyunjin melihat kearahnya. "Kamu pikir kita hidup di zaman batu yang kalau makan tinggal ambil di alam ?"tanya Jeongin sambil terus menatap mata Hyunjin.

Hyunjin menggeleng lalu berkata "Nggak Je."

Jeongin memijat keningnya lelah. "Aku tolak lamaran kamu."

Hyunjin yang sudah menduga akan ditolak itu merasa harga dirinya hilang.

"Aku ngomong kayak gini supaya kamu sadar kak. Aku mau kamu kerja yang bener, cari uang buat diri kamu sendiri aja belum bisa kak. Kamu ngerti kan maksud aku ? Aku bener-bener gak bisa hidup susah !"

Hyunjin menatap Jeongin sedih lalu berkata "Aku ngerti Je."

"Aku bakal nunggu kamu kalau kamu mau berusaha untuk kerja kak. Tapi kalau keadaan kamu gini-gini aja aku rasa lebih baik kita putus."

Hyunjin yang mendengar itu menggeleng keras. "Jangan ! Aku nggak mau. Kasih aku waktu, aku bakal berusaha cari kerja dan cari uang buat kita Je."ucap Hyunjin sambil memegang tangan Jeongin.

Jeongin menghembuskan nafasnya lalu memejamkan matanya. "Janji kamu bakal berubah ?"tanya Jeongin setelah membuka kedua matanya.

Hyunjin mengangguk keras lalu memeluk kekasihnya itu erat. "Aku janji Je."

Jeongin tersenyum senang mendengarnya karena sudah hampir satu tahun sejak kelulusan Hyunjin, ia belum mendapatkan pekerjaan dan hanya bermain game di ponselnya setiap hari. Setidaknya ancaman putus darinya sedikit membuat Hyunjin semangat untuk mencari pekerjaan.












End






***





Makasih udah baca cerita ini :)

Love you guys ❤️💚💙💜

Oneshoot HyunjeongWhere stories live. Discover now