18

31 6 9
                                    

•Rasa ini ada untuk dijaga, bukan hanya diciptakan lalu dibiarkan begitu saja.•

-MY HOMO-

Saat ini Khanza dan Exal sedang berada di angkringan dekat terminal. Duduk bersila berhadapan beralaskan tikar juga berbatasan meja panjang dari triplek. Menikmati cemue hangat dengan aroma khas bau jahe yang menenangkan. Angin bertiup lambat lambat, seolah mengiringi suasana malam ini agar menjadi suasana malam yang menenangkan.

Awalnya tadi Exal mengajak Khanza ke Cafe, tapi Khanza tidak mau, lalu ia mengendarai motornya masuk kedalam beberapa warung bakso, mie gacoan, geprek, ayam bakar, dan lain lain. Tapi, Khanza menolak juga. Kemudian Khanza diajak makan pecel lele dipinggir jalan, ini pilihan terakhir Exal, dan Khanza kembali menolak.

"Terus lo maunya apa? Udah sejam lebih gue muterin jalanan. Dan lo gak mau semua. Terus mau lo apa?" Tanya Exal frustasi.

"Oh, jangan jangan lo mau modus ke gue ya? Mau lama lama gue boncengin? Iya? Modus duduk dibelakang gue, mantengin wajah gue dari spion gitu?" Cerosos Exal kesal. Khanza menggeleng dengan wajah polosnya.

"Nggak lah! Mana ada gue modus! Lo kali ngajak gue keluar mau modus berduaan sama gue, iya kan?" Balas Khanza ngegas merasa tertuduh.

"Kog lo jadi galak lagi sih? Kan lo yang salah kenapa jadi gue yang di marahin?" jawab Exal membela diri.

"Ya, ya kakak sih, nuduh Khanza modus padahal kan nggak." Khanza berujar malu malu, malu karna ia telah berkata yang tidak sesuai dengan ekspetasinya yang akan membuyarkan semua rencananya.

Exal mengangkat kedua alisnya, merasa aneh akan perubahan cara bicara Khanza. Khanza gugup, ia menyatukan kedua tangannya lalu meremas remas kesepuluh jarinya tak beraturan, matanya menatap Exal yang raut wajahnya berubah. Ia berharap Exal tidak elfeel dengannya.

Exal menghela napas tidak mau memperpanjang masalah yang menurutnya sepele ini. "Terus lo maunya kemana?" Tanya Exal sabar. Khanza ingin menjawab, namun suara adzan magrib menginterupsi keduanya, Khanza mengangguk, lalu mengganti jawabannya.

"Kita ke mushola atau masjid terdekat dulu deh, baru nanti Khanza kasih tau mau kemana oke?" Ujar Khanza mencoba bernegoisasi.  Exal hanya mengangguk.

-MY HOMO-

Berakhirlah kedua orang tersebut disini. Diangkringan 97 dekat terminal. "Tau kalo lo maunya kesini, gue gak bakal muter muterin kota anjir."  Ucap Exal membuka percakapan setelah cukup lama mereka diam.

"Hehe, maaf ya kak, habisnya tadi mau bilang gak berani sih, jadinya nunggu ditanya. Lagian biasanya kan kalo di wattpad wattpad atau di tv tv gitu, sicowok nanya dulu ke sicewek, mau kemana? Makan apa? Khanza kira kak Exal bakal nanya gituan juga."

Exal melongo, matanya melotot, ia hampir tersedak. Cepat cepat ia menormalkan tenggorokannya. Lalu berucap "Lo mikir sampe segitu?" Khanza mengangguk lugu.

"Korban Sinetron sama kebanyakan jadi tukang halu ya gini, apa apa ngandelin ekspetasi. Gak tau apa kalau ekspetasi tak pernah seindah realita?" Cibir Exal. Khanza diam tak merespon.

Exal menggeleng "Terus lo kenapa milih kesini? Enakan juga makan di cafe, apa resto gitu, lah ini ngapa malah minta di angkringan heh?" tanyanya heran.

Khanza memasang wajah berfikir "Khanza juga gak tau, lagi pengen aja sih. Tapi kalau di angkringan itu kaya lebih bersahabat aja sama diri Khanza. Kaya gini misalnya, duduk lesehan dibawah pohon, anginya seger, terus minum wedang cemue anget, ini tu rasanya nyenengin banget tau kak. Lagian kan ini juga sehat buat tubuh. Jahe bikin anget." Jelas Khanza meembeberkan apa yang ada dibenaknya.

MH [HIATUS] Where stories live. Discover now