1

446 23 2
                                    

MY HOMO

"Ok, akhirnya ngaku juga, kakak mau gue bantu nyembuhin ga?"

"Nyembuhin apanya?" Khanza memutar bola matanya malas.

"Nyembuhin ke homoan kakak lah."

"Caranya?" Khanza tersenyum mata berbinar.

"Langkah pertama...."

-MY HOMO-

"Ok kak, sekarang kita buang baju baju ketat kakak, baru habis itu kita beli baju baju baru buat kakak, oh dan iya, ga ada yang ketat, dan ga ada yang warnanya pink. Astaga!!"

"BACOT BAMBANK."

"Gue Khanza kak."

"Terserah ya. Eh btw lho tau dari mana gue ngoleksi baju ketat?" Exal memelankan suaranya.

"Dari handponenya kak Bani."

"Bentar bentar, lo pacarnya Bani?"

Jadi, ceritanya si Khanza ini maksa buat kerumah Exal, buat nglakuin langkah pertamanya. Awalnya Exal nolak tapi karna terus dipaksa akhirnya dia ngalah..

"Bukan, gue sepupunya kak Bani, gue tinggal serumah sama dia, sering juga ngoperasi handponenya, maka dari itu, gue tau kalo kakak homo karena, kakak suka selfi di handponenya kak Bani."

"Oh, pantes. Tapi, kenapa Bani ga cerita? Terus apa untungnya buat lo?" Khanza berdecak pelan.

"Gue baru seminggu diaini. Homo Bego Dasar. Yang jelas dan pasti, itu karene kak Banilah, gue ga mau sepupu gue jadi target HOMO kaya elu.« Khanza tersenyum penuh arti "Sekalian nambah daftar HOMO yang udah gue bantu."

"Oohhh gitu.« Exal manggut manggut kemudian ia sadar akan suatu hal yang ganjil. "Bentar bentar, lo nambah daftar orng HOMO? Lo udah pernah nyembuhin orang HOMO?" pekiknya kaget. Setelah menyadari nada bicaranya yang tinggi, ia menutup mulutnya.

"Ho'oh, udah ada 25 orang dalam 6 tahun yang gue bantu ya, rata rata sih 2 sampe 3 bulanan lah ya, mereka sembuh. Dan lo kak, lo orang ke 26 yang gue bantu." Exal melongo mendengar kenyataan itu.

"Edan we!! Gila parah, lo kog ngeri?"

"Bodo amat, udah ayok ke mall."

-MY HOMO-

"Kak Exal!!" Teriak Khanza sangat lantang,, untung hari masih pagi.

"Paan elah."

"Gapapa sih, hehe. Oh ya kak, nanti pulang sekolah lanjutin langkah kedua ya kak." ucap Khanza mengamati Exal yang kini sedang ribet membenarkan dasinya. Khanza berdecak.

"Lo itu ya kak« ucap Khanza sambil mengambil alih dasi Exal, lalu mengalungkan di kerah seragam Exal "Selain lo homo, lo juga bego. Lama lama lo bukan homo deh, lebih mirip banci." Exal tak menggubris ia masih bergeming, apa yang dilakukan Khanza? Apakah ini tidak slah? Sialan dia deket banget.

"Itu tu dimasukkin sini, terus diputer, habis itu dimasukkin lagi, gitu aja ga bisa." Exal tak menggubris.

Setelah selesai membenarkan dasi Exal, Khanza menoleh, ia menoleh karna tak mendapat jawaban apapun. Saat dia mendongak, hidung pesek nan besarnya bersentuhan dengan dagu lancip Exal, membuat hidung itu semakin kedalam, mereka bertatapan Exal takut, takut jika ia sembuh ia akan suka oada wanita, ia tak mau kehilangan lagi, cukup satu, dan biarkan dia HOMO saja, tp dia jg tak mau terus menerus hidup dikelilingi laki laki.

Sedangkan Khanza dia juga terkejut, mata Exal bukan hitam taoi coklat, itu aneh, baru kali ini ia bertemu HOMO dengan mata coklat dan dagu lincip. Oh dia sadar apa kabar dengan hidungnya? Ia beralih melirik hidungnya. Hidungnya makin kedalem, oh tidakk hidungnya kan sudah pesek, tidak akan ia biarkan tambah mancung kedalam. , tangannya masih memegang dasi Exal, dia mundur, refleks, menarik dasi Exal membuat Exal kaget sekaligus tercekik.

"Ekekek leher gue." ucao Exal terbata, Khanza meleoas tangannya dari dasi Exal. Lalu memegang hidungnya, ia menarik nrik hidungnya, berharap tidak makin pesek. Exal melotot tak terima. Khanza hampir membunuhnya tadi, dan kini? Dia malah memperdulikan hidungnya? Sialan.

"Lo gila, gue hampir mati."

"Hehe, maaf kak masih hampir juga, oh ya itu kerahnya belum gue benerin, benerin sendiri ya, gue mau pegi dulu bayyy." ucapnya cengengesan sambil menunjuk kerah seragam Exal. Lalu pergi entah kemana.

MH [HIATUS] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang