Chapter 05. Keselek

Start from the beginning
                                    

Mereka semua menoleh pada cowok yang keselek tadi, "Lo beneran keselek, Gam?"

Gama menggeleng polos, "Pura-pura biar masalahnya nggak panjang." Mereka semua menaikkan jempol pada Gama, bangga karena memiliki penyelamat sepertinya.

"Tapi Vin, emang mereka tadi ciuman?" tanya Gama serius.

"DIAM! GUE NGGAK MAU GINJAL GUE DISENTIL, ANJIR!!!"

*****

"Ngapain lo liatin cowok gue?!"

Orion memejamkan mata, meremas tangan mungil digenggamannya sambil berusaha bersabar. Pacarnya itu benar-benar menguji kesabarannya, sepanjang jalan ia terus menggertak mereka yang terang-terangan menatap keduanya. Tidak peduli itu seangkatannya dan lebih-lebih junior mereka, Zoya menyamaratakan mereka.

"Zoya, jangan gitu!" Entah ini teguran yang keberapa kalinya Orion lontarkan padanya.

"Emang Zoya kenapa, Kak Ori?" tanya Zoya polos.

"Menggertak mereka, melototin mereka, ketus sama mereka."

"Itu karena mereka natap milik Zoya, Kak Ori" sahutnya cepat.

Refleks Orion berhenti melangkah, terpaku memandangi Zoya yang mengerucutkan bibir karenanya. Zoya melepaskan tangan mereka, mengarahkan jari telunjuknya dari atas kepala ke kaki Orion lalu terakhir naik dan berhenti tepat di dada cowok itu, "Semuanya milik Zoya."

Zoya mendongak menatap Orion yang merunduk membalas tatapannya. "Kalau natapnya biasa aja, Zoya nggak bakal negur, tapi kalau natapnya kayak tadi Zoya nggak bakal biarin. Siapapun nggak boleh."

Zoya pernah biasa saja jika mereka menatap Orion begitu dalam, seakan mengagumi dan menyukainya, Zoya tidak peduli yang jelas Orion mencintainya. Tapi suatu waktu salah satu dari mereka mengatakan perasaannya pada Orion, padahal dia jelas tau kalau Orion memiliki Zoya. Semenjak saat itu Zoya bertekad akan menegur siapapun yang melakukannya, kuman-kuman bermental pelakor seperti itu harus dihentikan demi kemaslahatan umat.

Setelah mengatakan itu, Zoya melangkah meninggalkan Orion yang masih tertegun, memiringkan tubuhnya memandangi punggung Zoya lekat. Kedua sudut bibirnya terangkat samar, tersentuh dan merasa bersalah dalam satu waktu. Ia mengetahui kekhawatiran Zoya sebagai pacarnya tetapi sebagai pacar yang baik untuk gadis itu tentunya ia punya tanggung jawab menegurnya jika dia berlebihan.

"Zoy!" panggilnya berlari pelan menyamai langkah gadis itu. Mengulurkan tangan di depan Zoya yang menoleh bingung, "Supaya mereka tau kalau Orion milik Zoya dan Zoya milik Orion" perjelasnya tersenyum manis. Senyuman seperti itu hanya diperuntukkan bagi Zoya seorang.

Seakan ada panah cinta yang tertuju padanya, Zoya menepis panah itu jauh-jauh seraya menggeleng, ia tidak boleh lemah dengan omongan manis pacarnya yang mengandung tipu muslihat. Zoya harus teguh pada pendiriannya. Lemah hati berarti lemah iman.

"Sayangku."

Zoya memegang dadanya yang semakin berdetak tak karuan, tubuhnya melemah seakan aliran darahnya berdesir hebat, wajahnya memerah seraya menyumpahi dirinya sendiri. Dengan sangat-sangat terpaksa Zoya menyatukan tangan mereka, berjalan menggandeng Orion yang terkekeh mengikuti langkahnya.

"Bikin dag-dug aja" desisnya.

"Aku juga."

"Ih Kak Ori ngeselin!" sentak Zoya melepaskan tangan mereka, mendongak menatap Orion emosi. Kalau begini terus kapan Zoya bisa marah padanya. "Zoya mau marah sama Kakak tapi kalau gini terus Zoy nggak bisa! Bisa nggak kalau marah jangan panggil sayang dulu! Kan Zoya nggak kuat na...."

"Kan emang sayang."

"Ya Allah!" Jerit Zoya ingin melompat ke sungai Han saking senangnya. Dasar lemah iman kau Zoya! Nggak pantes jadi gadis sholehah, batinnya.

Orion terkekeh mencubit kedua pipi pacarnya yang merah merona, lucu dan menggemaskan, Zoya merengek meminta dilepaskan tetapi Orion menggeleng tidak mau. Sadar atau tidak, keduanya menjadi perhatian semua orang di koridor. Tidak jauh dari mereka, dua orang cowok berbalik saling merangkul, mendesah kasar meninggalkan posisinya.

"Jason jomblo," ejek Arsyad.

"Ngaca sana!" balas Jason tidak terima.

*****

"Karena hari ini masa orientasi terakhir maka kita semua akan pulang belakangan sebab kita akan membuat kenangan indah sebelum resmi mejadi siswa-siswi Atlanta. Ada yang tau apa itu?"

Orion Lintang Bratama berdiri di depan ratusan siswa-siswi baru Atlanta di aula, memegang mikrofon di depan mulut, menatap juniornya tanpa ekspresi. Mereka semua menggeleng dengan posisi istirahat. Tidak ada yang berani bermain-main atau hanya sekedar memalingkan wajah dari ketua osis itu, auranya yang dingin dan penuh intimidasi membuat siapapun takut membuat masalah.

"Kakak Pendamping kalian belum memberitahu?" tanyanya lagi, menoleh pada panitia ospek di belakangnya, lalu kembali menghadap ke depan, "Kalian sudah membuat sesuatu untuk Kakak Pendamping kalian, bukan? Bukan makanan atau barang mahal, tapi hasil karya kalian sendiri, misalnya surat." Mereka semua mengangguk.

Orion mengedarkan pandangannya, mata tajam dan dinginnya menangkap sosok yang berdiri di samping pintu aula utama. Sosok itu mengangkat ponselnya, menunjuknya memberi isyarat. Orion mengeluarkan ponselnya membaca pesan yang masuk.

Pacar sholehahku ♥️

Kak, Zoya pulang duluan, Bang Ozil ada di depan jemput Zoya. Jangan kangen 😘

Orion menyerahkan mikrofonnya pada salah satu panitia ospek, berjalan disela-sela barisan mendekati pacarnya, semua siswa-siswi baru menoleh mengikuti langkah ketua osis tampan itu. Ternyata pacarnya ada di sana.

Langkah Orion berhenti tepat di depan Zoya yang berdiri mendongak padanya, "Nggak ke rumah dulu?"

"Besok aja ya, Kak Ori."

"Padahal cuty kangen"

"Cuty apa Kak Ori?" Zoya menaik-turunkan alisnya menggoda.

Orion mengarahkan jarinya ingin menyentil tapi Zoya lebih dulu menempelkan tangannya di sana, "jahat!" ucapnya manja. Orion mendesah, padahal ia berharap Zoya ke rumahnya dan bermain bersama cuty.

"Hari ini jadwal kamu di Andaras." Orion sempat lupa.

"Iya, kalau mau ngapelin ke Andaras aja jangan ke Hadinata! Kalau ke sana Kak Ori berarti ngapelin Kak Arsyad, bukan pacarmu yang syantik ini" cerocos Zoya menangkup wajahnya seraya mengerjap-erjap.

"Pulang sana!" usir Orion berbalik ingin meninggalkan tetapi tangannya digenggam oleh seseorang, ia menoleh mendapati Zoya yang mendongak dengan mata puppy eyes-nya.

"Pacar, anterin ke depan!" rengeknya membuat Orion frustrasi, mau tidak mau ia menggandeng Zoya ke depan.

Tbc

GIVEAWAY TIME!!!

Ada yang udah baca cerita aku yang satu ini? Atau ada yang sementara baca dan belum selesai udah aku unpublish? Dan ada yang belum sempat beli? Kalian bisa ikutan GIVEAWAY-nya mulai hari ini tanggal 8-14 Juli

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Ada yang udah baca cerita aku yang satu ini? Atau ada yang sementara baca dan belum selesai udah aku unpublish? Dan ada yang belum sempat beli? Kalian bisa ikutan GIVEAWAY-nya mulai hari ini tanggal 8-14 Juli.

Info lebih lanjut bisa langsung cek di instagram ; @unianhar @gloroiuspublisher16 @glorindo.group @prismatikpublisher16

Ditunggu!

ZORION (Tamat)Where stories live. Discover now