"Lebih tepatnya pertama kalinya aku ke luar negeri."

"Jadi, orang yang baru pertama kali ke luar negeri ini mau menjagaku?" Ben menyipitkan matanya.

"Apakah kemampuan menyindirmu itu diturunkan dari gen kakakmu?"

Kemudian Ben pun tertawa. "Mungkin."

"Teruslah tersenyum seperti itu. Aku menyukainya." ucapan itu terlontar dari mulut Austin.

Ben mengentikan kunyahannya. "Humm?"

"Aku senang jika kau bahagia, Ben." Austin meralat ucapannya.

Mereka telah menyelesaikan makan malamnya.

"Mau melihat pesona menara paling indah di dunia?" ajak Ben.

"Eiffel?"

Ben mengangguk. "Kalau malam warnanya keemasan. Sangat indah."

"Ayo berangkat!" Austin sangat antusias. Ini pertama kali buatnya. Ke luar negeri, Prancis, Beef Burguignon, Eiffel, dan...bersama Benjamin. Anak ini sangat manis meski terkadang keras kepala seperti kakaknya. Akhirnya mereka pun berangkat untuk melihat pesona Menara Eiffel.

"Katanya tempat ini adalah tempat yang paling romantis di dunia." ucap Austin ketika mereka sudah berada di depan Eiffel.

"Dan kau percaya itu?" tanya Ben.

"Tidak."

"Kenapa?"

"Karena aku telah menobatkan tempat ini sebagai tempat terindah di malam hari." ucap Austin mantap.

"Kau benar-benar tidak romantis, Kak!" ucap Ben yang membuat suasana menjadi agak canggung. Ada jeda beberapa menit setelahnya.

"Maksudku kau tidak mengikuti alur dan kaku." ralat Ben.

"Alur? Kaku?" Austin tidak paham maksudnya.

"Lupakan saja. Sulit untuk berbicara pada orang yang tidak memperdulikan kehidupan asmaranya." Ben berlalu dari Austin dan mendekat ke arah Eiffel.

"Ben! Benjamin! Kehidupan asmara apa maksudmu?" Austin mengejarnya.

Mereka pun naik ke atas Eiffel.

"Apa kau benar-benar tidak memperdulikannya?" tanya Ben lagi penasaran ketika mereka sudah berada di atas Eiffel.

"Memperdulikan apa?"

"Hubungan asmaramu. Katakan padaku, apakah ada yang kau sukai, Kak?" Ben sangat antusias.

"Apa maksudmu?"

"Jangan berpura-pura tidak tahu." Ben menghela napas. Ia mengalihkan pandangannya ke depan. Pemandangan Paris di malam hari sangat indah. "Apa kau menyukai Kak Kenneth?" Ben beralih ke Austin.

Austin pun menoleh ke arahnya. "Astaga, sepertinya yang dikatakan Verina memang benar."

Ben hanya menyatukan alisnya, ia tak paham apa maksud Austin.

"Verina sering bilang kalau waktu SMA banyak orang yang mengira aku dan Kenneth memiliki suatu hubungan lebih selain persahabatan." Austin mulai menjelaskan.

"Jadi hubungan apa yang terjadi di antara kalian?" tanya Ben lagi.

"Apa-apa yang dipikirkan oleh orang lain. Yang pasti bukan hubungan intim layaknya kekasih. Sejak dulu aku selalu menjaganya, menghajar anak-anak nakal yang mengganggunya, protektif terhadapnya, saling berbagi masalah, dan semuanya. Aku tidak tahu apa sebutan hubunganku dengan Kenneth. Sudah selayaknya saudara? Tidak juga, aku merasakan hal yang lebih dari itu. Saudara tidak pernah saling menggoda, tapi sesekali kami melakukannya. Seperti pasangan kekasih? Tidak juga, aku tidak pernah menyukai Kenneth dalam tataran itu. Aku suka padanya hanya karena dia Kenneth, yang selalu membutuhkan perlindunganku dan selalu bersamaku." ia menjelaskan panjang lebar.

Meteor Ga(y)den [END]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt