Chapter 13 Perubahan

12.5K 856 4
                                    

Mobil Porsche hitam memasuki pekarangan rumah megah nan elegan, Daffa tidak biasanya pulang di jam makan siang. Entahlah, dirinya seperti kehilangan semangat untuk bekerja hari ini. Daffa memasuki rumahnya, sepi dan hening... Wajarlah hari ini hari senin, Kia pasti sedang mengajar, pekerja rumah? Daffa tidak mematok jam kerja untuk semua pekerja rumah, asalkan rumah rapih dan terawat itu sudah cukup.

Kaki jenjangnya berjalan menaiki tangga, sudah seminggu ini Kia menghindari dirinya. Walau begitu ia selalu menyiapkan segala yang diperlukan Daffa tanpa sepengetahuan tentunya. Setiap pagi Kia selalu memasak dan bergegas mengajar, pakaian Daffa pun selalu sudah disiapkan di walk in closet dan Kia selalu mengirimkan kabar atau agenda harian dirinya via WhatsApp.

Daffa memijat pangkal hidungnya, ia memilih ke ruangan kerja tanpa makan siang. Daffa terlalu sibuk bekerja ah bukan bekerja tapi terlalu sibuk memikirkan bagaimana cara agar Kia kembali seperti biasa. Ada sesuatu yang hilang dari tubuhnya selama Kia menjauh darinya, entahlah apa itu, Daffa tidak bisa memastikannya.

Tiga jam sudah Daffa berkutat dengan laptopnya, kacamata yang bertengger di hidung mancung nya dilepas sebentar, Daffa kembali memijat dahinya. Adzan ashar terdengar, ia harus segera menunaikan ibadah salat ashar.

"Loh Bapak sudah pulang toh, saya kira masih di kantor," ucap salah satu pekerja rumah yang sedang membersihkan lemari kaca rumahnya.

Daffa menoleh. "Eh iya mbak, tadi saya pulang pas makan siang."

Pekerja wanita yang sedang membersihkan lemari itu hanya manggut-manggut.

"Saya ke kamar dulu ya mbak." Pekerjanya mengangguk.

"Eh iya mbak. Istri saya sudah pulang?" tanya Daffa saat mengingat Kia.

"Tadi ke rumah sebentar, Pak ambil berkas gitu, katanya ada masalah di rumah singgah."

Terlintas ide di otaknya, segera ia pamit untuk ke kamar menunaikan ibadah salat Ashar nya. Setelah salat Ashar, Daffa bergegas pergi ke suatu tempat.

✨✨

Kaki lenjang Kia berjalan cepat, ia harus cepat mengambil berkas itu dan segera ke rumah singgah, ia merutuki kecerobohannya. Harusnya berkas tadi ia bawa saat pagi, tapi karena terburu-buru ia melupakannya.

Kia bernapas lega saat berkas itu masih ada di atas kasur, ia segera merampas nya dan kembali menuju rumah singgah. Sebelum benar-benar pergi, Kia sedikit bercengkrama dengan pekerja rumah yang sedang membersihkan kursi memakai vacum Cleaner dan Mang Oki-Pekerja yang bertugas menjaga taman.

"Alhamdulillah," ucapnya saat semua telah ia bereskan.

Hari ini rumah singgah nya kedatangan audit untuk meninjau semuanya. Masih ingat tentang perizinan? Nah sekarang ia sudah mendapatkan izin dan hari ini adalah perilisannya.

Nasya-Guru di rumah singgah yang masih berumur dua puluh tahun itu menghampiri Kia.

"Kenapa Nasy?" tanya Kia.

"Sudah beres semuanya, mbak?"

"Alhamdulillah, untung saja kamu ingetin aku. Coba kalau enggak, gak tahu deh."

Nasya ikut mengucapkan hamdalah, Nasya adalah mahasiswi kesehatan masyarakat yang bekerja di sini membantu Kia, dan masih ada satu lagi yang bekerja saat Kia tidak ke sini, Lea namanya.

"Eh iya, mbak gak pulang? Udah mau ashar," ucap Nasya.

Kia nampak sedikit berpikir, seminggu terakhir ini ia selalu pulang setelah maghrib, selain karena masih kesal dengan suaminya, ia pun akhir-akhir ini memang disibukkan dengan urusan rumah singgah dan di TK.

Satu Shaf di Belakang Mu [Squel IUM]Where stories live. Discover now