Chapter 17

177 7 0
                                    

Daffa terlihat menatap ke sekeliling, berharap menemukan sosok yang ditunggunya. Saat ini ia sedang berada di stasiun karena hari ini Maira berangkat ke Bandung. Ia harap dirinya bisa bertemu dengan Maira dan memberikan sesuatu untuk Maira. Sesuatu yang kemarin dibelinya untuk gadis itu.

Setelah beberapa menit, ia menangkap sosok yang dicarinya. Senyumnya mengembang dan ia segera mendekati Maira yang kini bersama kedua orang tuanya.

"Mai." Panggilnya dengan senyum manisnya. Maira dan kedua orang tuanya menoleh.

"Eh, Daffa kan ya? Yang beberapa hari lalu ke rumah?" Tanya Ibu.

"Iya Bu." Jawab Daffa lalu mencium tangan kedua orang tua Maira.

"Bah, ini yang Ibu cerita kemarin namanya Daffa. Dia mau nungguin Maira lulus S2." Kata ibu pada abahnya.

"Alhamdulillah kalo gitu. Jadi Maira udah nggak ada alasan lagi buat nangis dan sedih terus." Kata abah.

"Daffa. Kalo kamu memang serius, dua tahun lagi kamu lamar Maira." Daffa mengangguk dan tersenyum.

"Yaudah Bu, Bah, Daffa. Maira masuk ke kereta dulu yah." Pamit Maira yang diangguki oleh kedua orang tuanya.

"Mai. Ini buat kamu." Kata Daffa lalu menyerahkan sebuah plastik berwarna hijau.

Maira menerima pemberian Daffa dan membukanya. Di dalamnya terdapat mukena dan sajadah. Maira mengernyit bingung menatap Daffa, meminta penjelasan pada pria itu.

"Terima ya Mai." mohonnya.

"Tapi kita kan belum sah, kenapa kamu kasih aku seperangkat alat sholat?" Tanya Maira yang mendapat respon tawa oleh Daffa.

"Itu bukan mahar. Aku cuma mau ngasih itu buat kamu. Aku juga udah nulis surat buat kamu. Nanti kamu baca. Suratnya aku selipkan di tas mukenanya." Jelas Daffa.

"Udah, terima aja Nduk. Hargai pemberian Daffa." Ucap abah yang diangguki oleh Maira.

"Makasih ya." Ujar Maira dengan senyum manis mengembang. Senyum yang berhasil meluluhkan hati Daffa. Dan berhasil membuat sekujur tubuhnya mengeluarkan keringat dingin.

"Yaudah kalo gitu. Maira masuk kereta duluan yah. Assalamualaikum." Pamit Maira lalu mencium tangan kedua orang tuanya. Setelahnya ia menelungkupkan kedua telapak tangannya di depan dada pada Daffa.

"Wa'alaikumussalam."

"Hati-hati Nduk." Ucap sang ibu yang dibalas anggukan oleh Maira.

"Hati-hati Mai. Aku menunggumu." Maira hanya tersenyum dan melangkahkan kakinya menjauh.

Gadis itu menyerahkan tiket pada petugas dan berjalan menuju kereta. Sebelum benar-benar masuk, ia melambaikan tangannya pada ketiga orang yang kini menatapnya. Mereka membalas lambaian tangan Maira.

Maira menurunkan tangannya dan melempar senyum. Ia lantas masuk ke dalam kereta dan duduk. Ia menatap ke arah luar melalui jendela. Ia masih melihat ketiga orang yang tadi mengantarnya berdiri menatap kereta. Tak lama, kereta melaju dan menghilangkan ketiga orang tadi dari pandangannya.

Maira membuka barang pemberian Daffa dan mengambil surat yang terselip di tas mukena. Ia membukanya dan mulai membacanya.

Maira. Mungkin kamu belum bisa melupakan Azlan. Tapi harus kamu tahu, aku sangat mencintaimu dan aku yakin suatu saat nanti kamu akan jatuh cinta padaku.

Mai, saat nanti kamu sedih sholatlah dengan mukena dan sajadah pemberianku ini agar kamu tenang. Ingatlah bahwa Azlan sudah menjadi masa lalumu. Dan ingatlah aku sebagai masa depanmu.

Suratan Takdir dari Arsy [SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang