Chapter 3

320 20 3
                                    

Azlan dan Maira terlihat fokus menatap Al-Qur'an yang mereka pegang. Lantas mereka menuliskan sesuatu di sebuah buku. Setelahnya, mereka mendiskusikannya bersama.

Mereka berdua ditugaskan dosen agar memahami dan menafsirkan Surah Az-Zukhruf ayat sebelas dan dua belas. Dan besok mereka harus mempresentasikan dan menjelaskan maksud dari ayat yang mereka baca.

"Zlan. Dalam ayat sebelas ini kan Allah menurunkan air hujan menurut kadar yang diperlukan. Nah, maksud dari kadar yang diperlukan itu nggak sedikit, juga nggak kebanyakan. Kalo sedikit kan pasti bumi kering. Dan kalo kebanyakan bisa jadi bencana. Dan maksud dari menghidupkan bumi yang mati. Bumi yang mati itu tandus kan? Nah, yang jadi pertanyaan itu yang kata seperti itu kamu akan dikeluarkan dari dalam kubur. Maksudnya kayak gimana tuh?"

Azlan diam dan berpikir, "Nah, yang kayak gini kamu harus hati-hati dalam menafsirkan. Karena kalo salah ya kamu dosa." Maira mengangguk.

"Gini aja deh. Kita cari referensi aja." Maira mengangguk dan mencari referensi di internet.

"Ini nih." kata Maira lalu menyodorkan ponselnya pada Azlan. Cowok itu menatap ponsel Maira dan meangguk-anggukkan kepala.

"Iya deh ini."

Azlan lantas menyodorkan bukunya pada Maira. Maira pun menerima buku Azlan dan membacanya. Ia mengangguk, "Sip."

"Nah, udah selesai kan. Kalo gitu saya duluan." Izin Azlan yang diangguki oleh Maira.

Azlan memasukkan buku-bukunya ke dalam tas ranselnya dan berdiri, "Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam." Jawab Maira seraya menatap Azlan sekilas dan kembali fokus pada kegiatan menulisnya.

***

Maira dan Azlan maju ke depan begitu nama mereka dipanggil. Mereka memulai presentasi dengan ucapan salam. Lantas dimulai dari Maira membacakan ayat dan artinya, lalu menjelaskan makna ayat yang dibacanya.

"وَالَّذِي نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَنْشَرْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا ۚ كَذَٰلِكَ تُخْرَجُون."

"Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan), lalu dengan air itu Kami hidupkan negeri yang mati. Seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur)."

"Nah, maksud dari ayat ini adalah Allah menurunkan hujan dengan kadar yang diperlukan. Tidak sedikit dan tidak terlalu banyak. Jika sedikit pastilah tanaman tidak bisa tumbuh subur dan sumber air kering. Dan jika terlalu banyak bisa menimbulkan bencana seperti banjir. Lalu dengan air itu Allah menghidupkan negeri yang mati. Maksud dari negeri yang mati disini adalah tandus. Jadi dengan diturunkannya hujan tumbuhan bisa hidup. Dan Allah mengeluarkan atau membangkitkan manusia dari dalam kubur itu seperti Allah menghidupkan bumi yang mati. Dengan mudahnya Allah mengembalikan nyawa manusia saat hari kebangkitan seperti Allah menghidupkan tumbuhan sebagai sumber kehidupan." Jelas Maira panjang lebar.

Lalu Azlan melanjutkan ayat berikutnya. Ia mulai membacanya dengan suara indahnya yang berhasil menyihir seluruh penghuni kelas.

"وَالَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْفُلْكِ وَالْأَنْعَامِ مَا تَرْكَبُونَ."

Maira menikmati lantunan indah yang keluar dari mulut Azlan. Wanita itu terpaku menatap Azlan dari samping. Entah kenapa hatinya merasa bergetar. Ia lupa jika Azlan juara satu qiro'at tingkat provinsi. Ditambah lagi Azlan hafidz Qur'an tiga puluh juz. Sungguh pencapaian yang luar biasa.

Azlan melanjutkan dengan pembacaan arti dari ayat yang dibacanya, "Dan yang menciptakan semua berpasang-pasangan dan menjadikan kapal untukmu dan hewan ternak yang kamu tunggangi."

"Allah menciptakan semua makhluk itu berpasangan. Bukan cuma manusia aja. Tapi hewan, tumbuhan, buah-buahan, bunga-bungaan, dan lainnya. Dia pula yang menjafikan kendaraan berupa perahu dan binatang ternak sebagai kendaraan yang bisa membawa kita kemana saja." Jelasnya.

"Nah, jadi hikmah dari kedua ayat ini kita haruslah banyak bersyukur atas semua yang Allah karuniakan." Tambah Azlan.

"Iya betul. Karena nikmat Allah pada kita sudah banyak dan banyak dari kita tak menyadarinya. Contohnya seperti pada kedua ayat tadi. Allah menurunkan hujan itu merupakan nikmat karena air adalah sumber kehidupan." Lanjut Maira.

"Serta Allah menciptakan semuanya berpasangan. Coba aja kalo kita manusia nggak ada pasangan, pasti kesepian sebagaimana nabi Adam dulu sebelum ada siti hawa. Dan juga jika saja tidak ada perahu atau hewan yang bisa ditunggangi pasti zaman tak akan maju hingga sekarang sudah ada kendaraan." Sambung Azlan.

"Jadi intinya kita harus banyak bersyukur karena Allah akan menambah nikmat." Tegas Maira.

"Sekian penjelasan dari kami. Jika ada kurang lebihnya mohon maaf. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab penghuni ruangan lalu bertepuk tangan.

***

Maira merebahkan rubuhnya diatas kasur yang ada di kamar kosnya. Ia masih terngiang suara indah Azlan. Jadi selama ini suara adzan yang dikaguminya dulu di pesantren adalah suara Azlan. Ia baru tahu. Ia kira itu bukan suara Azlan. Karena pasti bukan hanya Azlan yang memiliki suara indah.

"Kok jadi gini ya? Hatiku bergetar denger suaranya." Gumamnya dengan senyum tipis.

Dan entah kenapa ia sekarang tidak bisa berhenti memikirkan Azlan. Ia ingat sekali saat dulu di pesantren hatinya selalu bergetar mendengar suara adzan yang ia tak tahu siapa pemilik suara itu. Kini ia sudah tahu pemilik suara emas itu. Ia kini mengenalnya.

"Ini aku kenapa sih?" Gumamnya lagi lalu menepuk kedua pipinya.

"Udah ah, jangan kebanyakan mikirin dia. Mending mandi aja." Katanya lalu melepas jilbabnya dan mengambil baju di lemari tak lupa juga handuk yang tergantung di pintu kamarnya. Ia lantas keluar dari kamar dan antre didepan kamar mandi.

"Eh Mai, kok muka-muka lo kayaknya lagi seneng nih." Tanya Gina yang berdiri di depannya.

"Seneng? Biasa aja tuh."

"Biasa aja gimana? Keliatan dari muka lo kalo lo itu lagi seneng. Habis ditembak cowok ya?" Tanya Gina sok tahu.

"Eh, jangan ngawur deh. Masa anak UIN pacaran. Malu sama kampusnya dong." Sahut Diva yang baru saja datang.

"Ya terus?"

"Udah udah. Nggak lagi seneng banget. Biasa aja. Nggak ada apa-apa." Kata Maira.

"Tapi kayak bahagia banget gitu." Ujar Gina.

"Sotoy deh." Kata Diva.

"Udah udah. Gitu aja diributin."

"Ya gue kan coba baca mimik wajahnya Maira." Gina tak mau kalah. Maira menghela nafas mendengar perdebatan kecil kedua teman kosnya itu.

"Iya deh yang anak psikologi."

Maira geleng-geleng kepala. Hanya karena Gina mencoba menebak saja malah terjadi debat. Mungkin jika dilombakan mereka akan menang. Dan bisa-bisanya Gina sudah tahu jika ia sedang bahagia. Padahal dia juga mahasiswi baru. Mungkin Gina banyak membaca buku tentang psikologi saat masih sekolah. Jadi ia sudah mempunyai wawasan tentang psikologi.

Suratan Takdir dari Arsy [SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now