[17] Binggung

2.9K 314 30
                                    

-

Hari ini hujan turun dengan begitu derasnya, didalamnya kamarnya yang hening, Melan duduk diatas kasurnya, memandang layar ponselnya dan mulai menangis dengan kencang.

Rintik hujan diatas genteng, membuat Melan tak bisa mendengar suara tangisnya sendiri, hanya rintik air mata yang jatuh membasahi kasurnya.

Gadis itu meraih kotak tisyu disampingnya dan menghapus air matanya kasar. Kemudian, lanjut menangis. Begitu terus, sambil memandang layar ponselnya yang menampilkan room chatnya dengan Gelan.

Melan menangis kencang, saat menyadari satu hal; nomornya sudah diblokir Gelan.

Sebegitu bencinya lelaki itu padanya sampai tak ingin mendengar apapun lagi? Kenapa jadi dia yang marah? Bukankah seharusnya Melan yang marah? Melan menangis, berdecak menatap goresan luka di keningnya yang sudah mulai menghilang.

Ponselnya berdering, ada chat masuk disana. Gadis itu membukanya dan membaca.

Kak Gito: Mel, gue depan rumah lo.

Melan terkesiap, bergegas keluar dari kamarnya. Keadaan rumahnya sepi, kedua orangtuanya pergi ke acara kerabat beberapa jam lalu sebelum hujan mengguyur, sedangkan Gito belum pulang dari sepulang sekolah. Entah dimana abangnya itu, padahal sekarang sudah jam sembilan malam.

Melan membuka pintu rumahnya, dan penampilannya Gito yang basah langsung mencuri perhatiannya.

"Kak Gito ganti dulu," saran Melan. "Ke kamar Abang aja, aku anterin."

"Kenapa nggak kamar lo?" tanya Gito, bercanda.

"Hah?" Melan tersentak, terdengar agak ambigu, tetapi dia mencoba mengerti. "Kamar gue kotor, biar sekalian ganti pakai baju Abang juga, kan?"

Gito mengangguk, berjalan mengikuti Melan didepannya. Melan berhenti didepan sebuah kamar berpintu hitam dimana disampingnya ada pintu kamar putih yang terbuka, didalamnya berantakan, barang-barang berceceran, Melan buru-buru menutup pintunya ketika melihat mata Gito tertuju ke kamarnya. Dalam hati merutuk, kenapa tadi terburu-buru sampai lupa menutup pintu kamarnya.

Melan cengengesan menatap Gito, kemudian membuka pintu kamar Ichsan yang kebetulan tidak dikunci, kamarnya gelap. Melan menyalahkan lampu dan kamar itu langsung terang.

Melan bergegas memungut, bungkusan makanan ringan dan kotak rokok disana. Kemudian membuang ke tempat sampah.

"Punya Abang lo?"

Melan berbalik dan menatap Gito yang sedang mengangkat sebuah DVD.

"Hem?" Melan mengernyit binggung kemudian mengangguk.

Gito tertawa. "Gila DVD porn Abang lo banyak."

"HAH?" Melan berteriak, bener-bener malu. Dia akan menghabisi Ichsan setelah ini, bener-bener membuatnya malu.

Melihat wajah Melan yang memerah, Gito tertawa. "Bercanda, itu DVD game."

Melan cenggo, menatap senyuman Gito yang menghilang didalam kamar mandi.

"Sabar," gadis itu mengusap dadanya sabar sebelum bergegas keluar dari sana.

***

Gito keluar, menghampiri Melan yang duduk gelisah di ruang tengah. Entah apa dipikiran gadis itu sekarang, Gito sangat ingin menebaknya.

Melan melirik Gito yang menghampirinya, kemudian tertawa. "Baju Abang di badan kak Gito, aneh."

Gito mengernyit dan ikut tertawa. "Aneh gimana? Pas kok."

"Emang pas sih. Tapi rasanya beda, kayak lihat Abang dalam versi beda gitu." Melan kemudian tertawa lagi. "Kak Gito mau minum?"

Gito menatapnya tepat. "Gue baru sadar mata lo bengkak, terus suara lo serak. Lo habis nangis?"

Melan terkejut. "Ah." binggung sendiri ingin bilang apa. "Gue-"

"Lo suka Gelan?"

Melan merasa begitu berdebar bahkan hanya dengan mendengar nama Gelan. "Gue-"

Gito memotongnya, dia seperti bisa membaca pikiran Melan. "Lo ... nangis karena 'dia?"

Melan menunduk, seperti terkunci dengan ucapan Gito. Dia tak berkutik, terlalu susah bahkan untuk membalasnya.

Gito mendekat dan mengangkat wajah Melan agar menatapnya. "Nggak bisa kita mulai semuanya, lagi?" Gito semakin mendekatkan wajahnya. "Cuma ada lo dan gue. Lo bahkan belum jawab pertanyaan gue di UKS Mel-"

Buk

Mata Melan membulat ketika tubuh Gito tersungkur ke lantai akibat tonjokan seseorang. Gadis itu berbalik dan mendapati Ichsan baru saja melakukannya.

"Kak Ichsan gila!?"

Ichsan tak memperdulikan ucapan Melan. "Jauhin adik gue brengsek!"

Gito terkekeh, bangkit dan mengusap sudut bibirnya. "Kalian saudara?" kenapa bumi sesempit ini?

***

A/n: jangan lupa vote dan coment, ya!

Love u all,

Carlin.

Gelan & MelanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang