[35] Langkah Awal Gelan

199 30 105
                                    

-

"Kenapa?" tanya Melan pada akhirnya jenuh juga dipandang lekat oleh Gibran.

"Gak," balas Gibran sambil tersenyum kecil memikirkan kejadian barusan. Apakah Melan baru saja memilihnya?

"Melan?" suara mama terdengar, dan beberapa saat kemudian mama muncul di ruang tamu dan sedikit terkejut. "Ada tamu?"

Gibran refleks berdiri dari sofa. "Hi tante, saya Gibran–"

Melan memotong cepat. "Temen kelas aku ma."

Mama mendelik pada Melan. "Nggak sopan tahu motongin omongan orang."

Melan berdecak. "Habis Gibran pasti ngomong yang enggak-enggak."

Gibran terkekeh kecil dengan tingkah Melan. Dia mengalihkan pandangannya ketika seorang lelaki muncul dari pintu masuk.

"Kenapa lo juga harus pulang sekarang?"

Ichsan mendelik dengan perkataan Melan. "Kenapa masalah?" balas lelaki itu sambil sedikit tertawa, pandangannya beralih pada Gibran. "Oh, ada pacarnya, ya?"

Melan melotot karena ucapan Ichsan disambut tatapan mama. "Lo nggak usah ngomong yang aneh-aneh bisa nggak, sih?"

Ichsan mendelik penuh arti sambil mengangkat jempolnya kepada Gibran. Melan yang melihat tingkah kedua lelaki itu menahan diri untuk tidak mengumpat pada mereka. Kenapa mereka bisa sangat mirip–sama-sama menyebalkan, menghadapi satu laki-laki seperti Ichsan saja sudah membuat Melan ingin mengantung diri di pohon mangga depan rumah mereka, kenapa sekarang ditambah satu lagi!?

***

"I DON'T UNDERSTAND WHY YOU'RE SO COOL~"

Melan berdecak, pagi indahnya dikelas sudah diusik dengan suara cempreng Jihan yang sedang bernyanyi seolah dia adalah Taylor Swift yang dianugerahi suara yang sangat indah padahal suaranya sangat amat menganggu. Melan yang sudah banyak pikiran dengan kejadian kemarin semakin kesal. Ternyata banyak sekali orang menyebalkan di hidupnya.

Jihan berlari ke arah Melan yang duduk cemberut di bangkunya, memukul meja itu dengan keras. "BABY TELL ME WHY DID YOU GET SO COOL~"

"How did you get so cool!" koreksi Melan dengan ketus. "Lo kalau ga hafal lirik gak usah nyanyi, buat kesal aja!"

Jihan yang tiba-tiba di bentak Melan lebih terkejut. Gadis itu memegang dadanya seolah tersakiti. "Melan anak anjing lo kenapa sih? Berat banget hidup lo ya? Makanya jual di shoope aja!"

Melan tak membalas dia hanya mendelik karena beberapa menit kemudian Bu Indah sudah melangkah masuk kedalam kelas mereka.

"Melan?" Melan mendongak malas ketika Bu Indah memanggilnya. Menebak-nebak kesalahan apa yang dia perbuat lagi.

"Ibu harap kamu gak bolos les matematika sama Gelan lagi. Nilai kamu bener-bener hancur, kamu sama sekali gak mau ngerubahnya–"

Belum sempat Bu Indah menyelesaikan kalimatnya Gibran yang duduk di bangku pojok angkat bicara. "Kenapa harus les sama dia Bu? Bukannya mereka udah lama ga les bareng lagi dan itu permintaan Gelan sendiri? Katanya dia nggak bisa ngajarin Melan, kan–"

Kali ini giliran Bu Indah yang memotong ucapan Gibran. "Ini permintaan Gelan sendiri ke Ibu barusan untuk kembali ngajar Melan. Ibu nggak bisa nolak karena semua nilai matematika Melan hancur dan sepertinya dia nggak bisa dajarin sama Ibu, kan?"

"Saya bisa ajarin Melan, Bu. Saya janji ulangan berikutnya nilai Melan lebih dari 85."

Mata Melan melotot, begitupun Jihan. Keduanya saling pandang tapi paham dengan pikiran masing-masing.

Lo nggak pernah dapet 85, Mel. 60 aja jarang!?

Gibran babi kenapa suka nambahin masalah gue sih!?

Begitulah isi pikiran keduanya yang tak disuarakan tapi keduanya sangat mengerti.

"Hem?" Bu Indah mengernyit tak paham, sudah cukup pusing dia tadi dipaksa Gelan untuk diberi izin mengajari Melan matematika, kenapa sekarang murid baru dikelas-yang juga pintar ikut-ikutan.

"Gimana bu?" tanya Gibran tak sabaran. Satu kelas hanya menjadi penonton. Masih binggung dengan semuanya.

"Kamu battle matematika sehabis jam kelas sama Gelan yang menang bisa ngajarin Melan." putus Bu Indah asal, karena dia sendiri juga cukup binggung dengan situasi ini.

Melan mengernyitkan dahinya, merasa di perebutkan. Kemudian mengingat ucapan Gelan malam itu. Jadi ini langkah awal Gelan?

Melan tersenyum sinis. Oh, tidak semudah itu.

welcome to the games, Gelan.

***

A/n: masih adakaah yang nunggu kelanjutan cerita ini? gatau kenapa ngaret bangett huhuhu, tapi karena aku masih libur semester sampai akhir bulan agustus, aku mau usaha tamatin cerita ini sebelum masuk kuliah yey, so ditunggu yaaa!!!

Gelan & MelanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang