"Yoongi-hyung!"

Yoongi tertawa ketika ia melihat wajah Namjoon terlalu dekat dengan layarnya. "Namjoon-ah, kau terlalu dekat."

"Ah iya. Maaf, Hyung."

Namjoon memperbaiki posisinya dan kini Yoongi dapat melihat Namjoon dengan jelas. Cahaya di belakang Namjoon menunjukkan langit siang New York yang kontras dengan langit malam Seoul, dan Namjoon tersenyum sambil memamerkan lesung pipinya, membuat Yoongi ingin semakin merindukan pemuda itu. Kemudian ia menyadari posisi kamera Namjoon tidak stabil, membuat Yoongi tidak tahan untuk menanyakannya.

"Kau sedang dalam perjalanan pulang?" tanya Yoongi.

Namjoon mengangguk lalu tertawa, "Lebih tepatnya kabur, Hyung."

Yoongi terkejut dengan jawaban Namjoon, "Kau kabur dari editormu lagi?"

"Aku lelah mendengar omelannya, Hyung," Namjoon kemudian masuk ke sebuah kafe dan memesan kopi di sana sebelum kembali berbicara pada Yoongi. "Lagipula aku butuh waktu menyendiri denganmu sebelum mendengarkan rencana mengenai promosi novelku lagi."

Yoongi menyesap kembali kopinya untuk menutupi rasa malunya.

"Yoongi-hyung, di sana sudah malam. Mengapa kau masih minum kopi?" tanya Namjoon. "Kau berniat begadang?"

Mendengar itu, Yoongi terdiam.

Ia menghela napas lalu memijat keningnya ketika ia ingat kembali alasan dirinya membuat kopi dan menelepon Namjoon di ruang kerjanya sendiri. Ia harus menyelesaikan file itu sebelum mengirimnya kembali ke produser lainnya.

"Begitulah. Masih ada yang harus kukerjakan," gumam Yoongi lelah.

Ruang kerjanya yang sepi pun sangatlah tidak membantunya. Menatap wajah Namjoon di layar laptopnya juga tidak membantunya. Namun, sebagai yang paling tua ia harus mampu menahan emosinya, terutama di depan yang setahun lebih muda darinya.

Namjoon baru saja pergi selama tiga minggu dan Yoongi sudah sangat merindukannya. Yoongi harus dapat menahan dirinya.

"Ah, apakah aku mengganggumu? " tanya Namjoon khawatir. "Kalau kau memulai pekerjaanmu sekarang, kau dapat menyelesaikannya sebelum tengah malam. Ah, lalu apakah kau memakai kaosku, Hyung?"

Yoongi tidak menjawab.

"Eeh... Yoongi-hyung?"

Yoongi merindukan Namjoon.

"Kapan kau akan pulang?" tanpa sadar, kata-kata itu terlontar begitu saja dari bibir Yoongi, dan ia ingin sekali menamparnya saat itu juga.

Namun Namjoon hanya tersenyum.

"Aku merindukanmu juga, Yoongi-hyung."

———

"Jadi? Kapan dia pulang?"

Suatu sore menjelang movie night, Yoongi yang kali ini adalah gilirannya untuk membuatkan makan malam, harus menghabiskan waktunya di dapur bersama Jimin yang menawarkan dirinya untuk membantu.

With Golden StringWhere stories live. Discover now