Caution: adanya adegan low key yang cukup di atas umur.
==========
"I guess space, and time
Takes violent things, angry things
And makes them kind."
- Sun by Sleeping at Last
==========
Yoongi tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan senekad ini.
Setelah memasuki hotel, ia mengangguk pada petugas-petugas di sana, seakan-akan ia adalah salah satu tamu yang tinggal di hotel tersebut, atau hanyalah tamu yang mengunjungi seseorang di hotel. Tentunya setelah Jungkook memberitahunya mengenai lantai dan nomor kamar dari Namjoon, ia tak segan memilih lift manapun yang terbuka duluan untuk dapat menekan tombol nomor, dan cepat-cepat menuju Namjoon berada.
Sesampainya di lift, ia menutup matanya, menarik napas panjang, dan menghembuskannya perlahan. Ia melakukannya untuk menenangkan hatinya. Hatinya tengah dipersiapkannya untuk dapat menghadapi Namjoon hari ini, setelah apa yang telah diperbuat Yoongi semalam terhadapnya.
Ya, kini ia menyadari bahwa ia telah melakukan kesalahan. Mungkin kesalahan terbesarnya.
Selama perjalanannya ke hotel, ia terus mengumpat pada dirinya karena telah menyia-nyiakan waktunya yang tidak ingin menerima perasaannya sendiri dan pada akhirnya membuang waktu bersama Namjoon yang sebenarnya dapat dimilikinya selama ini. Perkataan Seokjin, Hoseok, dan yang lain ada benarnya; bahwa sebenarnya situasi ini sebenarnya tidaklah sesulit itu.
Ia dapat memiliki apa yang berhak dimilikinya.
Namun, perkataan Jimin beberapa waktu lalu di apartemennya membuatnya berpikir kembali; bagaimana kalau Namjoon kini memilih orang lain ketika ia menerima bahwa Yoongi menolak untuk bersamanya?
Tentunya, ia takut akan hal itu, tetapi usaha untuk memperbaiki situasi saat ini sangatlah sepadan untuk menghadapi kenyataan tersebut.
Ketika pintu lift terbuka sesuai dengan lantai kamar Namjoon, Yoongi melangkahkan kakinya keluar dan mencari nomor kamarnya. Selama perjalanannya ke sana, ia terus memikirkan apa yang harus dikatakannya pada Namjoon.
Apakah ia akan percaya?
Apakah ia akan memaafkannya?
Apakah ia akan masih...?
Yoongi menekan tombol bel kamar, menunggu responnya kemudian. Ia berharap tidak salah kamar. Respon yang tak kunjung datang, membuat Yoongi menekan bel kembali. Tak ada respon. Kemudian menekannya lagi. Lagi. Lagi. La—
"Permisi, bukankah sudah kukatakan untuk room service-nya bisa nanti sa—"
Pintu yang terbuka memperlihatkan seorang Kim Namjoon yang dikenal Yoongi, berpakaian kaos dengan rambut tidur yang berantakan, dan kacamata yang menggantung lemah di batang hidungnya. Yoongi dapat melihat adanya sedikit garis hitam di bawah matanya. Mengapa dia terlihat lelah sekali?
Kedua matanya yang hitam itu kemudian terbuka lebar.
"Hyung? Apa yang kau—? Tunggu sebentar," Namjoon melepas kacamatanya, kemudian mengusap kedua matanya sebelum memakai kacamatanya kembali. "Astaga, kau benar-benar di sini..."
Yoongi hanya memasang senyum canggung. Ia tidak yakin apa yang harus dibalasnya pada perkataan Namjoon tersebut.
"Emm... Hai," gumam Yoongi.
YOU ARE READING
With Golden String
Fanfiction[COMPLETED] "Maaf aku tidak punya apa pun, Hyung. Maksudku... jika aku seorang pelukis, aku akan melukiskan dunia untukmu, dan jika aku seorang penyanyi, aku akan menyanyikan lagu untukmu. Namun, aku hanya... aku. Aku hanya bisa memberikanmu puis...
