Chapter 2

427 30 17
                                    

"Cheers~!"

Suara gelas-gelas berisi champagne saling bersentuhan diikuti dengan tawa menggelegar. Ada beberapa di antara mereka yang gelasnya menumpahkan sedikit champagne ke atas meja makan, dan ada beberapa orang lainnya yang menertawakannya, ada juga yang membantu mengelap tumpahan minuman tersebut supaya tidak menimbulkan bekas yang lengket di atas meja.

"Mewah sekali ya kita, melakukan semacam perayaan memakai sebotol champagne."

"Ingat, Jimin-ah, champagne dari ayahnya Seokjin-hyung."

"Tapi, Hoseok-hyung, ini... champagne. Jin-hyung, kalau kau begini terus, entah kenapa aku jadi akan merasa memiliki hutang seumur hidup padamu."

"Tidak apa-apa, sekalian merayakan maknae kita yang sudah menginjak umur legal untuk minum-minum, hahaha..."

"Ah, terima kasih, Jin-hyung!"

"Sebenarnya kita merayakan apa sih?"

"Banyak sekali yang dirayakan hari ini, Taehyung-ah! Yah, sebenarnya tidak banyak sih," jawab Seokjin sambil meraih gelasnya yang masih berisikan champagne lalu mengangkatnya ke atas. "Pertama-tama kita tepuk tangan dulu pada Yoongi yang telah memperoleh pekerjaan yang diinginkannya! Dipersilahkan, Min PD-nim!"

Perkataan Seokjin membuat Yoongi membulatkan matanya sambil menatap satu-satu teman-temannya — Seokjin, Hoseok, Jimin, Taehyung, dan Jungkook — bertepuk tangan sambil memasang senyum lebar di masing-masing wajah mereka. Yoongi kemudian meletakkan gelasnya ke meja.

"Sebenarnya itu masih terlalu cepat untuk memanggilku dengan sebutan itu," kata Yoongi sambil tertawa kecil, "lalu, Jin-hyung, dari mana kau tahu? Aku belum menyebutkan satu pun pada kalian."

"Bisa dibilang aku punya telinga di mana-mana," jawab Seokjin dengan singkat.

"'Telinga di mana-mana' bagaimana...," Yoongi menghentikan kata-katanya sambil berusaha mengingat-ingat memorinya. Seingatnya ia belum menceritakannya pada yang lain, karena ia masih cukup pesimis dan tidak yakin akan kemampuannya, tetapi bagaimana Seokjin bisa tahu? Ia tidak menceritakan pada siapa pun, kecuali—

"Ta-da!" tiba-tiba pintu restoran terbuka dan memperlihatkan seseorang yang familiar di mata Yoongi. Orang tersebut seperti raksasa ketika memasuki restoran dan berjalan ke arah meja mereka, terutama karena pakaian yang dipakainya berupa mantel berwarna coklat tua dan beanie hitam yang ditutupi dengan hoodie dari sweaternya yang berwarna sama. Jangan lupakan celananya yang besar, melihatnya saja sudah memperlihatkan betapa besarnya orang itu.

Tentunya reaksi teman-temannya pun bermacam-macam.

"Hyung!"

"Namjoon-ah!"

"Yah, kau dari mana saja? Sendirinya yang merencanakan malah sendirinya juga telat!"

Yoongi hanya memasang senyum dan tertawa. Tentu saja, siapa lagi kalau bukan sahabatnya sendiri, Kim Namjoon? Tidak mungkin Seokjin dapat mengetahuinya secepat itu. Lagipula, Namjoon adalah orang pertama yang diberi tahu oleh Yoongi.

"Maaf, semuanya, keretaku tadi sempat delay," kata Namjoon sambil memasang senyum minta maaf, "tetapi sebenarnya yang membuatku memakan paling banyak waktu adalah ini."

Namjoon menolehkan wajahnya menatap Yoongi yang berada di sampingnya. Kemudian perlahan-lahan ia mengeluarkan tangan kanannya—yang ternyata ia sembunyikan dari tadi dan tidak disadari oleh yang lain. Dari tangan kanannya itu, diperlihatkannya sebuah buket bunga yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil. Buket tersebut berisikan bunga mawar, peony, dan hydrangea dan bunga lainnya. Setelah menunjukkannya, Namjoon memberikannya pada orang yang duduk di sampingnya.

With Golden StringWhere stories live. Discover now